BAB 1

131 12 1
                                    

ZALEA WINGS ANANTA. Gadis kecil berusia 6 tahun itu kini tengah bermain di taman depan rumah nya bersama Mama dan Papa nya.

Ia tampak ceria bak bunga yang baru mekar di pagi hari.

Keluarga Wings terkenal dengan keharmonisan dan kesopanannya. Ditambah lagi jika Papa nya adalah Manager di perusahaan ternama.

Wings tampak bahagia dengan boneka beruang kesayangannya.

Boneka itu pemberian dari Papa nya setiba pulang dari Thailand bulan lalu.

Ya, Papa Wings kerap sekali pergi ke luar kota bahkan ke luar negri untuk menyelasaikan masalah perusahaannya.

"Papa, lihat ini, bonekanya cantik seperti Mama dan gagah seperti Papa," kata Wings sambil memainkan boneka nya.

"Iya sayang,"sahut Mamanya.

"Wahh, anak Papa makin besar makin pintar ya. Cantik pula," puji Alga Enewine. Tepatnya ia adalah Papa Wings.

"Papa jangan gitu dong. Wings cantik karena Mama juga cantik," sahut Wings.

Keluarga itu kini sedang berbahagia tanpa sedikit permasalahan pun.

"Papa sama Mama janji ya. 'Tak akan ninggalin Wings selamanya dan akan selalu ada buat Wings sampai kapanpun," pinta Wings.

Yang benar saja, anak sedini Wings sudah bisa berbicara seperti itu.

"Iya Wings sayang. Mama sama Papa 'tak akan pernah ninggalin Wings sendiri kok. Janji dehh," jawab Papa Wings sambil melayangkan jari kelingkingnya ke udara.

"Ma, makan malam nanti Mama harus siapin Roti Selai yang lezat banget untuk Wings ya Ma," pinta Wings bersemangat.

"Malas ahh ... Mama capek," canda Zein Agasha. Tepatnya ia adalah Mama Wings.

"Ahh Mama. Ya sudah Wings enggak mau makan malam nanti," balas Wings sambil bersedekap dada menampilkan wajah kusut khas tikus kecurut.

"Iya deh iya. Apa yang enggak buat putri kesayangan Mama," balas Zein sambil mengecup ujung kepala Wings.

"Eits, putri kesayangan Papa juga yah Ma. Mama ini ya, lupa terus sama Papa," sahut Alga.

"Iya Pa. Maafin Mama ya," kekeh Zein.

Keluarga harmonis itu kini berpelukan seperti layaknya teletubies. Semoga saja keharmonisan keluarga itu tidak pudar hingga maut menjemput mereka.

Ya, semoga saja.

Ditengah aktifitas berpelukan mereka, tiba tiba terdengar bunyi yang tidak asing di dengar oleh mereka.

Tilulit tilulit

Tiba tiba saja benda pipih yang disebut ponsel kepunyaan Papa Wings berbunyi menandakan ada panggilan masuk yang harus diterimanya. Siapa tahu panggilan itu penting.

Benar saja. Yang menelpon Papa Wings itu adalah atasan kerjanya.

Dengan sigap ia langsung menggeser tombol hijau yang ada di ponsel itu.

"Iya ada perlu apa pak?" ucap Papa Wings.

"Halo, persiapkan berkas perusahaan kita sekarang. Nanti malam kita akan pergi ke Filiphina untuk menyelesaikan sedikit masalah disana. Saya harap kamu bisa menerimanya," jawab orang di seberang sana.

"Oh, oh. Iya pak. Segera saya siapkan. Untuk soal keberangkatan, apa tidak bisa diundur barangkali besok pak?" sahut Papa Wings.

"Maaf tidak bisa. Ini bukan masalah yang sepele. Kita harus menyelesaikan nya secepat mungkin karena ini berdampak bagi perusahaan," tambah orang itu.

 WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang