Awal perjuangan

46 8 5
                                    

Secara tiba tiba Lukman menggebrak meja kantin. Hal itu membuat dua orang disekitar laki laki itu yang tak lain adalah Zafran dan Zaki sempat berjengit kaget. Satu alis Zafran terangkat. Mewakili kata tanya, ada apa?

Jika saat ini kalian menganggap bahwa Lukman sedang marah, maka jawabannya salah besar. Lukman itu tipikal orang yang tidak suka serius. Dan jarang sekali marah bila bukan suatu hal yang benar benar diluar batas. Dan bagi keduanya, mereka sama sekali tidak melakukan perkara yang membuat laki laki itu marah.

"Lu tuh bego Zaf!" Nada tinggi itu bukanya membuat keduanya takut,malah membuat Zaki dan Zafran menahan tawa. Lukman benar benar tidak cocok menjadi garang.

"Bego?" Tanya Zafran memastikan. Sebab, dengan sangat yakin Zafran tau bahwa Lukman bahkan seantero sekolah pasti tau. Selain dingin dan jago gelut , Zafran juga salah satu dari sekian siswa paling bodoh di sekolahnya. Cogan seribu julukan itu sebenarnya pernah menempati posisi bottom three dikelasnya. Dan parahnya, kelasnya merupakan kelas dengan nilai paling rendah tahun itu. Miris memang. Untunglah Zafran tabah. Lebih tepatnya tidak peduli.
Bahkan sampai Papa nya marah marah saat itu sama sekali tidak membuat Ia menyesal dan bertaubat untuk belajar lebih giat. 

Namun untuk tahun selanjutnya Ia memang naik empat peringkat. Dan posisinya dulu, digantikan oleh Lukman. Termasuk peringkat terakhir mereka sebelum naik ke kelas 12 seperti sekarang ini.

"Ya kan gua emang bego..." Jawab Zafran seadanya.

"Tapi masih bego elu!" Lanjut nya lagi ditambah dengan kekehan diujung kalimatnya.

"Inget ya! Cuma empat!" Lukman membentuk jarinya menjadi angkat empat. Raut wajah laki laki itu benar benar menggemaskan. Ketara sekali kalau dia tidak bisa marah marah.

"Lu tuh tega gitu..." Ucap Lukman lagi. Membuat dahi Zaki berlipat tiga. Gantian Ia yang bingung sekarang. Sebelum nya Lukman bilang Zafran bego, lalu tega? Ia tidak mengerti.

"Gak ngerti sama bahasa cah alay" komentar Zaki akhirnya yang dibalas anggukan persetujuan dari Zafran.

"Ya Lo tadi, ninggalin Rani gitu. Apa itu gak bego?!" Kini giliran Zaki yang menggebrak meja.

"Heh anakan cebong! Kan lu tadi yang dorong si lemak..." Bela Zaki tidak terima. Jelas jelas Lukman sendiri yang mendorong perempuan menye menye itu agar menjauh dari Zafran.

Mendengar kata lemak membuat Zafran bereaksi. Julukan itu pasti disandangkan untuk Rani kan?Dan apa maksudnya?

Lemak? Lemak itu apa gitu?

Hari ini setelah pusing melihat matematika, tiba tiba Zhafira datang dihadapannya. Lalu Rani dan sekarang? Sahabat sahabat nya! Hell!!! Mereka sama sama membuat otaknya semakin kacau.

"Apaan si lemak? " Tanya Zafran dengan nada Frustasi.

"Hehe. Lebay- maksimal" Zaki tersenyum bangga seraya menepuk nepuk dadanya.

Kedua bola mata Zafran berputar malas. Ia sempat melirik Lukman yang seperti tengah mencari jawaban.

"Woy! Lu harus tau man, luka fisik itu gak seberapa sama luka hati!"

"Nyeri euy..." Ceplos Zafran asal. Kali ini ia mulai terbahak. Tidak kuasa melihat wajah Lukman yang benar benar menggemaskan di matanya. Sungguh sangat tidak cocok.

"Terus mau Lo apa?"

"Ya minimal tuh, Lo gak usah kaya gitu. Dari awal kalo lu gak suka, yaudah! Jangan diterima!"

Entah bagaimana namun secara tiba tiba suasana berubah menjadi serius. Diawali dengan sorot mata Zafran yang berubah. Kemudian laki laki berkulit sawo matang itu nampak membenarkan posisi duduknya sebelum akhirnya kembali bicara.

IndifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang