Wanita wanita cantik itu memang menawan. Tapi wanita yang menutup aurat dengan baik, jauh lebih terdepan bukan?
-Indifferent-🔆🔆🔆
"Tumben minta jemput" setibanya remaja laki laki itu dihadapan sahabatnya, ia langsung menyerahkan helm. Dia adalah Zaki Nur Alim. Akrabnya dipanggil Zaki, sahabat Zafran dari bangku sekolah Dasar.
Bukanya menjawab, Zafran langsung duduk di jok belakang sambil tangannya bermain untuk memasangkan helm di kepalanya itu. Biar safety.
"Berangkat" perintahnya datar. Zaki yang notabenenya adalah sahabat dari kecil, hanya menurut. Perkataan seperti ini bukan untuk dibantah. Segera ia melajukan motor nya.
Jika Zafran cenderung irit bicara pada orang lain dengan mengucap kata sepotong sepotong, lain dengan Zaki. Ia bahkan bisa berbicara panjang saat sedang bersama. Belum lagi saat Zafran curhat atau mungkin saat Zafran tengah menghiburnya.
Tapi, jika Zafran hanya mengucap satu kata satu kata padanya, maka itu bisa diartikan marabahaya. Apalagi jika itu berbentuk perintah. Zaki hanya akan menurutinya selama itu benar. Nah, jika pagi ini ia irit bicara padanya, berarti itu pertanda nya pagi ini, Zafran dalam mood yang buruk.
Selama perjalanan keduanya sama sama diam. Baik Zafran maupun Zaki. Zaki hanya konsen dengan motor yang ia kemudi. Walau sebenarnya sih otaknya berfikir keras untuk membuat Zafran bisa bicara banyak lagi padanya.
Tanya gak ya?
Lo kenapa si? Aduh enggak deh.
Lo pms Zaf? Aduh di amuk dong gua.
"Mmm... Zaf" dengan segenap keberanian Zaki mulai menyapa Zafran. Diliriknya sahabatnya itu yang kini tengah menunduk.
Lagi maen hp pula...
"Hm?" Zafran masih sibuk dengan gadget yang ada di genggaman nya.
Zaki masih berfikir.Satu...
Dua...
Tiga...
Keberaniannya belum ngumpul juga ternyata.
"Kenapa si?" Desaknya dengan nada kesal.
"Nanya gak?"
"Enggak deh gak jadi"
"Gak jelas lu!" Dibalik helm SNI nya, Zaki hanya nyengir kuda.
🔆🔆🔆
Dari koridor kelas nya yang berada di lantai tiga sekolah, Zafran bisa melihat hal hal yang menarik. Seperti teman temanya yang sedang latihan beberapa cabang olahraga seperti Futsal, bulu tangkis dan basket. Tentunya untuk membela sekolahnya, dalam kompetisi olahraga antar sekolah di kotanya. Dari sini pula ia melihat aktivitas lain seperti orang orang yang lalu lalang, sibuk bercanda dan bahkan berpacaran. Pemandangan yang sama mungkin dengan SMA lainya
Satu tangan merangkulnya dengan tiba tiba. Membuat netra mata remaja 17 tahun itu beralih ke pemilik tangan yang sebenarnya ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifferent
Roman pour AdolescentsAda dua wanita yang sangat Zafran cintai di muka bumi ini. Pertama jelas adalah ibunya. Namun Allah mengambilnya ketika Zafran belum sempat mengucapkan kata maaf. Kehilangan ibunya adalah hal yang paling berpengaruh dalam kehidupannya. Semula, Zaf...