Budak cinta itu bernama Zafran

61 9 2
                                    

Secara tiba tiba, kepala Zafran bereaksi ketika melihat rumus dihadapannya. Laki laki berkulit sawo matang itu memang benci duduk lama lama dikelas. Zafran menyentuh lengan Daniel dengan sikutnya. Dan seperti dugaan, sahabatnya itu juga nampak ogah ogahan menyimak pelajaran.

"Sht...Cabut yuk!"bisik Zafran ditelinga  Daniel Ariesta itu. Kali ini responya nampak aneh. Daniel malah nampak tidak suka. Terbukti dengan tatapan nya yang terlihat sinis.

"Biasanya lu iyain karena mau ketemu eneng eneng" katanya lagi karena Daniel tidak menjawab apapun.

"Eh bulir jeruk palpi! lu gak inget kemarin poin gua udah 40? Bisa bisa gak dapet jatah jajan gua, kalo emak gua ngamuk gara gara dapet surat cinta sekolah. Terus nanti, Eneng Eneng gue pada gua jajanin apa??" Zafran menghela nafas. Sungguh sulit ditebak. Seorang Daniel tidak mau diajak kabur?

Zafran tak lagi bersuara. Kini pandangannya tertuju pada pintu kelas. Ingin keluar, tapi rasanya malas juga. Seperti nya dalam hal buruk sekalipun, setiap orang harus punya dukungan.

Laki laki itu masih menatap gamang pintu kelas yang terbuka lebar. Namun tiba tiba mata asia nya membulat seketika melihat seseorang. 

"Assalamualaikum Bu.." Meski pintu itu dibuka lebar lebar, namun gadis itu tetap mengucap salam dan mengetuk pintu pelan. Setelah Bu Rianti menoleh, guru Matematika itu tersenyum ramah dan mempersilahkan gadis itu masuk.

Jika saja gadis itu bukan seorang Aulia Hilmi Zhafira, maka bisa dipastikan respon Zafran tidak akan sekampungan ini. Namun karena yang ada dihadapannya benar benar Zhafira, bahkan pelipisnya mengeluarkan keringat.

Menyadari bahwa gadis itu adalah gadis yang Zafran kagumi, sekilas Daniel melirik sahabatnya yang sekarang tengah berekspresi seperti orang menahan poop. Hell! Bagaimana bisa dia suka sama cewe yang pake gorden gitu?!
Gerutu Daniel dalam hati.

"Mata Lo!" Tegur Daniel pada budak cinta disebelahnya yang tak lain adalah Zafran karena mereka memang satu meja.
Setelah ditegur, bukanya berpaling Zafran malah semakin menatap gadis itu lekat. Tanpa bergeming.

Tidak bisa dibayangkan perasaan laki laki itu setelah tidak bertemu selama kurang lebih lima hari. Setelah percakapan antara Zaki dan Zafran siang itu, keesokannya hingga beberapa hari Zafran tak kunjung melihat Zhafira. Mungkin karena sekolah yang terlalu luas atau murid SMA ini yang terlalu banyak? Yang jelas Zafran bahkan sampai rela menginjakkan kakinya di perpustakaan demi mencari gadis itu.  Dan kini, Zhafira ada dihadapannya? Zafran tak tau harus berbuat apa. Bahkan aksi yang telah ia pikir matang matang seolah lenyap saja.

Selain rasa rindu yang terobati setelah beberapa hari tidak bertemu, Zafran juga merasakan senang yang teramat sangat . Cinta dimana mana cinta. Tai kucing sekalipun kadang rasanya jadi coklat. Manis, namun kadang miris.

Zafran belum mau memalingkan wajah. Penasaran dengan tujuan apa gadis itu datang ke kelasnya. Ternyata saat gadis itu maju melangkah menuju meja guru, barulah Zafran sadar. Ternyata Zhafira membawa sebuah buku paket matematika untuk Bu Rianti.

Memang apa yang ia harapkan? Zhafira datang kesini untuknya? Impossible.

***

"Huuuhh... Yeay!" Sorakan riang itu berasal dari Zafran. Secepat itu pula, teman teman sekelasnya memalingkan wajah pada laki laki itu dengan tatapan bingung. Wajah Zafran pun akhirnya kembali datar. Seolah tak terjadi apa apa.

Zafran bernafas lega karena pelajaran matematika telah berakhir dan berganti menjadi bel istirahat pertama. Itulah alasan Ia bersorak riang.

IndifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang