"Suprisee!!!"
Binaria begitu sumringah menerima kado serta buket bunga dari laki-laki yang ada di hadapan nya. "Kak...? Makasih banyak!"
Geodewa membalas senyuman Binaria dengan tulus. Tanpa ba-bi-bu Binaria langsung membuka tutup kado. Terlihat sepatu balet bewarna putih bersih di dalamnya. Tidak hanya itu, terdapat mahkota putih yang dihiasi dengan bulu-bulu angsa di sekelilingnya. Ini adalah yang Binaria idam-idamkan sejak dulu, dan Geodewa mewujudkannya sekarang. Binaria memeluk sepatu dan mahkota itu dengan gembira.
"Gimana, senengkan?" tanya Geodewa memastikan.
"Tentu Bina senang! Kakak selalu tahu apa yang Bina mau!" jawab Binaria dengan antusias yang dibalas senyuman manis dari Geodewa.
"Kakak senang kalau kamu senang," ucap Geodewa tulus.
Binaria tahu bahwa kakaknya tidak seperti yang orang katakan. Geodewa adalah kakak yang manis dan begitu baik. Melihat ketulusan Geodewa membuat mata Binaria berkaca-kaca, dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya.
"Loh Bina kenapa malah nangis?" tanya Geodewa heran.
"Bina sayang banget sama kakak!" ujar Binaria mencebikkan mulutnya. "Bina selalu sedih kalau ada yang bilang kakak adalah orang yang buruk padahal itu gak benar. Rasanya Bina pengen sumpelin mulut orang-orang pake aspal yang bilang kak Geo jahat."
Geodewa tertawa kecil melihat adiknya yang begitu berapi-api. "Serem banget, sumpelin aspal."
"Biarin."
"Lucu ya, kalau orang-orang menganggap kita gak akur, padahal adik aku ini manja banget minta ampun," ujar Geodewa mengingat bagaimana stereotip tentang mereka berdua. Banyak rumor tidak enak tentang Geodewa dan Binaria. Entah Geo yang iri pada kesuksesan Binaria, entah bagaimana Binaria yang sombong dan tidak ingin mengakui keberadaan Geodewa, bagaimana ketidak-dekatan mereka di sekolah, padahal semua itu tidak ada benarnya. Mereka jarang bertemu karena berbeda jurusan dan kesibukan masing-masing.
Geodewa selalu bangga memiliki Binaria dan Binaria selalu bahagia memiliki kakak seperti Geodewa.
"manja dan cerewet!" lanjut Geodewa lalu mencubit pipi adiknya gemas.
Binaria mengaduh dan menepis tangan Geodewa. "Sakit kak!"
Geodewa tertawa puas.
"Bina cerewet itu buat kebaikan kakak juga, aku gak mau kakak terus-terusan di cap jelek sama orang-orang. Lagian kenapa sih kak, kakak hobi banget kayaknya bikin keributan di sekolah, kayak gak ada kerjaan lain aja?" cerocos Binaria masih mengusap pipinya yang terasa pedas.
Geodewa mengangguk pelan. "Paham, kakak tau kok kamu begitu buat kebaikan kakak. Tapi kamu tau sendiri kan kalau kakak gak suka diganggu. Kakak juga gak akan ngelakuin hal-hal seperti itu kalau bukan mereka duluan yang memulai."
Binaria membuang nafas. "Kak, semua orang yang ngelakuin itu bakalan berpikir hal yang sama kan?"
Geodewa mengulum senyumnya.. "Ya oke, kakak yang salah, kakak minta maaf karena udah jadi abang yang kasar."
Binaria menggeleng menanggapi ucapan Geodewa. Tidak begitu maksudnya. "Gak kak Geo bukan abang yang kasar, karena kak Geo sama sekali gak pernah bersikap kasar ke aku justru aku seneng dan bahagia. Tapi di sisi lain kakak kasar sama orang lain apalagi sama orang yang gak bersalah dan itu buat aku gak suka."
"Ke orang yang gak bersalah? Siapa yang kamu maksud?" tanya Geodewa mengkerutkan alisnya.
Binaria diam sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara. "Vigo. Aku lihat kok kak gimana kakak mukul Vigo di kantin cuma perkara dia numpahin air ke seragam kakak kan? Kak, dia ngelakuin itu nggak sengaja, tapi kakak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Tragedi Angsa Merah
Gizem / Gerilim[1] - Kartaleon Academy Universe Davigo begitu menyayangi Binaria, sangat. Bahkan rasa sayang Davigo pada Binaria begitu berlebih, melebihi dari dia menyayangi diri sendiri. Sampai akhirnya hal itu membawa rasa cinta Davigo menjadi sebuah obsesi yan...