12. MKL (GP)

85 19 8
                                    

Hari ini semua perkuliahan dibatalkan. Tentu saja, karena hari ini hari minggu.

Nala dan Reza juga sama-sama berada di rumah sakit. Setelah kejadian semalam yang sangat tidak masuk akal mereka berdua beristirahat. Nala mengalami memar yang cukup banyak.

"Apa perlu saya suruh orang buat jagain anak ibu?" tanya seorang pria pada wanita yang tengah membelakanginya.

"Tidak usah. Saya tidak ingin melihat anak itu."

"Baik."

Pria itu pergi setelah membungkuk hormat.

Nala di tarik lagi dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Tempat yang penuh dengan tulang belulang.

"Mama kapan sayang sama aku?" tanya seorang Gadis yang sesegukan.

Matanya sudah sembab dan ingin tertidur.

"Risa cuma punya mama sama papa. Papa kapan merhatiin Risa? Mama kapan sayang sama Risa?"

Gadis bernama Risa itu mulai frustasi. Ia melempar semua barang yang berada di kamarnya.

Nala tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa berdiri dan mematung melihat Risa didepannya.

Ia kembali di tarik dalam haluan waktu yang lain. Napasnya sudah tidak beraturan.

"Apapun yang lo lakuin jangan sampai ketahuan sama Risa," ucap Cowok dengan perawakan yang sangat amburadul.

Mereka tengah berada di dalam hutan. Hutan belakang kampus Nala. Tunggu ini mimpi apa?

"Revan lo bisa atur semua kan?" tanya seorang lain pada cowok bernama Revan.

"Tenang, Rey. Gue bisa apapun," jawab Revan.

"Angkat ini."

Mereka berlima mengangkat sebuah peti yang sangat besar.

Nala menahan napas lagi ketika di tarik ke waktu yang lain.

"Revan? Lo bisa gak bahas itu?"

Risa terduduk frustasi di kamarnya. Dari wajahnya ia memiliki banyak beban.

"Tapi, Ris--"

"Revan. Lo bisa ninggalin gue sendiri dulu? Gue butuh waktu buat mikir," ujar Risa

"Oke, Ris."

Revan berjalan meninggalkan Risa dalam kamarnya. Nala yakin Risa adalah dibalik semuanya.

Nala bingung. Mimpinya kenapa seperti ini? Ia mencari cara agar bisa keluar. Namun, melangkah saja tidak mampu.

"Risa!" teriak seorang pria.

"Maafin gue," ucap seorang cewek sambil menangis meminta dilepaskan.

Nala bahkan tidak tahu dia berada dimana sekarang. Rasanya semua suara itu ada disekitarnya.

"Mati kamu anak sialan!"

"Jangan!"

"Bangun!"

Nala memegang kepalanya. Suara-suara itu membuatnya tidak bisa berpikir.

"Jangan pergi!"

"Risa!"

"Tangkap jangan sampai lolos!"

"Anak sialan!"

"Nala bangun!"

Misteri Kampus Lama (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang