Chapter 8: Apa lebih baik pergi?

1K 138 42
                                    

Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu punya Yusei Matsui-sensei, sedangkan cerita ini punya saya :v

Happy Reading~

***

Author POV

"Shuu?"

Tepukan singkat pada pundak si surai senja, namun berhasil membuat pemuda itu terlonjak kaget, Karma dan anggota OSIS disampingnya ikut terkejut karenanya.

"Ka-karma? Maaf, aku melamun..." Ucap Gakushuu seraya mengusap tengkuknya pelan. Ingatan yang tiba-tiba menghantam membuatnya merasa gugup. "...Baiklah, ayo pergi."

Karma menaikkan alisnya, merasa aneh dengan tingkah laku Gakushuu sejak pagi.

"Hari ini kau banyak melamun, Shuu. Ada apa? Maksudku, hei-kita teman, kan? Ceritakan padaku masalahmu."

Manik violet itu membulat, tidak pernah menyangka bahwa dari semua orang- yang pertama kali menyadari kegelisahannya adalah sang iblis merah, Akabane Karma.

"Terimakasih, lain kali mungkin akan kuceritakan." Senyum hangat menghiasi wajah lelahnya, Gakushuu berbalik seraya berkata, "Oh, ya. Tentang pertanyaanmu tadi, kenapa aku menyukai musik Rock dan bermain bola..."

Pemuda itu menyeringai- yang sayangnya tidak terlihat oleh Karma karena sang surai senja yang membelakanginya.

.
.
.

"Tentu saja-

-karena aku tidak ingin menuruti perintah pria brengsek itu."

***

Angin berhembus kencang, seakan-akan mengamuk dengan para manusia yang kian hari semakin menjadi-jadi. Pemuda itu menatap sekumpulan khalayak ramai dibawahnya, rasanya ia ingin menginjak-injak mereka yang sedang berlalu-lalang, tapi itu mustahil mengingat kaki-kaki miliknya tidak akan sanggup menjangkau mahkluk yang menurutnya menjijikan itu.

"...Disini dingin..." Cicitnya seraya mengeratkan syal birunya lebih erat, hawa beku seakan mendekapnya, namun pikiran untuk beranjak tidak diindahkannya. "Tapi disini sepi, lebih baik daripada di kelas."

Manik mercury itu meredup, kemudian diarahkannya kelereng indah itu kebelakang, melewati pagar besi yang mengelilingi atap dan pepohonan rindang yang menutupi sebagian besar bukit didekat gedung SMA -nya, menghadap gedung tua tempat ia pernah menimba ilmu dulu. "...Terkadang aku merasa ingin kembali, mengulang semuanya dan membuatnya lebih baik... Kuharap masa depanku tidak sekacau ini..."

Ya ampun, betapa emosionalnya.

Tangan dingin itu saling bertautan, terlihat bahwa ia sedang menahan getaran ketakutan yang asing, karena dia sama sekali tidak tau apa itu.

'Kenapa sangat menenangkan disini?'

Diantara pagar pembatas dan udara kosong, Karma bahkan tidak menyangka dia berdiri dengan santainya disini.

'Ujung kematian... A-aku akan mati? Apa mungkin ini yang sebenarnya kuinginkan?'

Tidak ada yang menjawab, hanya hembusan angin yang menemaninya di atap. Surai merah menoleh, mendapati pintu yang didobraknya tadi terbuka lebar akibat amukan angin. Dia menunggu lagi, berharap mungkin seseorang dapat menyadarkannya dari apa yang hendak ia lakukan.

Tomodachi to ishho niTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang