Chapter 1: Hei rival, we meet again!

3.2K 253 138
                                    

Latar waktu saat SMA. Sedikit AU–yang dimana di cerita tidak ada kelas pembunuh saat mereka SMP, hanya kelas biasa dengan koro-sensei versi manusia, walau nggak tau kapan munculnya :v

Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu punya Yusei Matsui-sensei, sedangkan cerita ini punya saya :v

Happy Reading~

***

Author POV

Angin malam terasa menusuk-nusuk kulit, memberikan indikasi bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang dan dingin.

Tidak ada yang menyukainya. Karena itu mereka semua menyelimuti diri dengan selimut hangat atau meringkuk berdekatan dengan orang yang mereka sayangi, sempurna.

"Akabane-kun, aku membawakan beberapa selimut tambahan–ah, kenapa kau membuka jendelanya? Diluar sangat dingin!" Ucap seorang perawat wanita seraya memasuki ruangan, segera mendekati jendela untuk menghalau angin kembali masuk. Pemuda yang sejak tadi melamun baru menyadari kedatangan tamunya itu mengerjap kaget.

"Ahhh~~ padahal tadi sejuk sekali..." Rengek pasien itu kesal, kemudian tersenyum kecil. "Anda seperti ibuku, mengomel karena hal-hal kecil."

Perawat itu tersenyum percaya diri, mengambil kesempatan ini untuk menyenangkan pasien. "Akabane-kun ternyata manja ya?"

Pemuda itu mengambil selimut yang disuguhkan, kemudian menjawab, kali ini lebih dingin dari sebelumnya, "Mungkin kalau aku tidak salah ingat. Karena itu terjadi saat umurku 10 tahun, setelahnya aku selalu sendirian di rumah–" manik mercury nya meredup, namun dia tetap melanjutkan, "–tidak sampai kecelakaan itu terjadi..."

Sang perawat merasa bersalah, kemudian segera meminta maaf dan dibalas dengan cengiran lebar. Pemuda itu melambaikan tangan mengantar kepergian wanita itu.

"Hihi, setidaknya dia benar soal aku yang manja."

Ruangannya gelap, hanya sinar bulan yang berfungsi sebagai penerangan. Pemuda itu kembali mendekati jendela, membukanya dan menikmati sekali lagi kedinginan yang mencekam.

"Apa aku bisa meminta maaf karena perkataanku tadi? Maaf...maaf... Aku tidak bermaksud mengeluh pada kalian, sungguh." Gumamnya seraya menatap langit, mengagumi keindahan malam ini sendirian.

Nyut

Ah, menyakitkan. Memang tidak baik mengeluh disaat banyak orang diluar sana yang lebih menderita. Lebih dari pemuda itu.

Tangan pucatnya menelusuri perban-perban di tubuhnya. Lengan dan dadanya dibalut dengan rapi, bahkan mata kiri yang menjadi masalah tertutup sempurna dengan intensitas putih itu.

Masalah lain ada di kakinya, karena sedari tadi dia tidak bergerak dengannya. Karena kini dia terikat dengan kursi roda.

Nyut

'Sakit! Berhenti menyakitiku!! Ini sangat menyakitkan!!!'

Nafas pemuda itu semakin pendek setiap waktu, membawa kenangan buruk dan kepanikan yang terus menyerang, membuat asam lambung naik dan menyeruak keluar dengan paksa.

"Ukkhh...ahh..hiks– hentikan itu, kumohon..." Rintihnya pelan. Dengan panik dia menggulir kursi rodanya ke dekat ranjang rumah sakit dan menekan tombol perawat. "Tolong... Siapapun..." Setelah itu hanya kegelapan yang setia menemani malamnya.

***

Bunyi bel berdering, memecahkan konsentrasi pembelajaran yang sedang berlanjut. Sebagian berteriak senang, dan lainnya bersikap normal-normal saja, sedikit yang sedih karena harus meninggalkan sekolah tercintanya dan beralih dengan kehidupan duniawi lainnya. Contohnya seperti pemuda ini.

Tomodachi to ishho niTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang