Bagian 8

62 13 4
                                    

     Seperti yang aku katakan, kami akan pensi dan setiap hari kami akan latihan saat jam pelajaran maupun saat pulang sekolah. Aku dan Aini sudah memberitahu teman-teman rohis kalau kami tidak bisa ikut kumpul dulu dan mereka memaklumi itu, karena mereka terlebih dahulu merasakannya. Tapi, untuk shalat ashar berjama’ah aku dan Aini tetap mengikuti. Hampir setiap hari aku pulang sekolah jam 5 sore, tapi bagiku itu sudah biasa.

     “Kita bagi-bagi waktu aja. Dari pagi sampe jam istirahat pertama, tim cewek yang latihan. Abis istirahat pertama sampai zuhur, tim cowok yang latihan. Nah abis itu baru nari yang bareng-bareng.” Jelas Syifa

     “Tapi kalau yang anak ceweknya lagi latihan, yang cowoknya jangan main game! Ikut latihan, cari nada sama hafalin tariannya!” tambah Aya

     “Iya. Jangan ada yang game. Hp dikumpulin, kalo ada hal yang penting baru boleh ambil,” ucap Syifa. “Gerakan sama contoh perkusi udah gue kirimin ke Annanta. Udah lu kirimin ke grup, kan?” lanjut Syifa

     “Udah. Kita pake gerakan yang itu? Gila aja, malu,” ucap Annanta

     “Yaudah gampang, nanti gue bikin gerakannya deh. Yang penitng kalian hapal sama ketukan musiknya ya. Yaudah yok, latihan-latihan,” ucap Syifa

     Dalam gerakan tariannya tidak terlalu sulit dan tidak begitu menonjol gerakannya. Mungkin ada beberapa gerakan yang berlebihan, tapi, bukan bagianku, aku tidak mau. Awal tarian kami ada 5 orang yang menari balet, lalu di susul dengan tarian tradisional, dan terakhir tarian modern. Bagiku ini mudah karena saat Sd aku mengikuti eskul tari.

     Usai latihan, kami membicarakan pakaian apa yang akan kami kenakan. Kain batik dengan dalaman celana lagging, baju berwarna hitam, dan kerudung hitam. Hitam adalah warna alternatif, haha. Dan kerudung hitam adalah kerudung sejuta ukhti, benar? Tapi sehubung aku mempunyai rok batik, aku akan memakai rok batik.

     Kini giliran anak laki-laki yang latihan. Seperti yang kalian ketahui, anak laki-laki tidak akan serius dalam latihan. Maka, sekarang waktu yang tepatlah anak perempuan akan mengeluarkan jiwa keibuannya. Ya, seperti mengurus anak laki-laki, capek, kesal, narik urat, dan masih banyak lagi. Bahkan sudah seperti itu pun, mereka tetap bermain-main.

     “Imin yang bener! Capek nih gue treak-treak mulu!” ucap Sofi

     “Apasih Sofiiii. Kan nggak ada yang nyuruh lu treak-treak, lu sendiri yang mau, hahaha” ucap Muslimin sambil tertawa

     “Yang seriuss”

     “Ngapain serius-serius amad. Santuy aja..” jawab Muslimin sambil berjoget tidak jelas

     “Auah bodo amat” ucap Sofi lalu hendak pergi

     “Eh ayo ayo ego latihan, Sofi udah marah tuh,” kalimat yang dikeluarkan Muslimin membuat Sofi tidak jadi pergi. “Tapi boong, hahaha” lanjut Muslimin yang membuat Sofi semakin kesal dan pergi ke luar kelas.

     Selama kami latihan, semua alat yang dibutuhkan kami taruh di sekolah sampai hari tampilnya tiba. Alat yang kami butuhkan hanya ember, tongkat bendera semapur, dan topi  bangunan.

     “Sekarang  istirahat dulu, solat, abis itu kita latihan lagi,” ucap Syifa lalu membagikan ponsel kami. Anak perempuan langsung turun kebawah untuk shalat lalu makan, sedangkan anak laki-laki diam dikelas untuk bermain game, shalat, dan makan.

     “Jah, pasangan lu nanti siapa?” Tanya Sofi disela-sela makan

     “Ragas,” jawabku

     “Iya?!! Anjay!! Makin-makin udehhh,”

     “Apaansi nggak. Lu sama siaoa Sof? Imin?” tanyaku balik sambil tertawa pelan

Mau Kemana? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang