Epilog

83 9 0
                                    

     Sudah kurang lebih dua bulan Hafizah di Surakarta, belajar hidup sendiri tanpa orang tua, dan harus mengejar cita-cita. Hafizah mempunyai impian menjadi penulis buku, ia harap tulisan yang ia tulis sejak SMK sampai sekarang diterima oleh penerbit.

     Sejauh ini tidak ada kendala sama sekali selama ia menjadi Mahasiswa. Hafizah mengikuti organisasi internal dan juga eksternal. Meskipun ia tidak pandai bersosialisasi, Hafizah tidak ingin menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang), ia tahu kalau itu membuatnya capek, tapi bukankah itu sudah resikonya? Dia hanya perlu beradaptasi dengan lingkungan dan kehidupan barunya. karena setelah lulus dari bangku SMK kurang lebih 4 bulan, dia hanya diam didalam rumah, tidak berolahraga, hanya rebahan, dan pekerjaan rumah yang ia lakukan hanya mencuci baju dan menggosok.

     Hafizah berangkat ke Surakarta tidak mengabari siapapun kecuali Aida dan juga teman rohisnya. Seminggu sebelum keberangkatannya, Hafizah memuaskan diri untuk bermain dengan teman-temannya, entah itu menginap atau sekedar main ke rumah teman. Bahkan ia membawa kue yang ia bikin setiap main ke rumah temannya.

     Sehari sebelum keberangkatannya, Hafizah menitipkan surat untuk seseorang kepada Mamahnya. Ia bilang setelah dua bulan setelah keberangkatannya akan ada anak laki-laki yang berkunjung ke rumahnya dan ia meminta tolong untuk berikan surat tersebut. Dan benar saja anak laki-laki itu datang ke rumah Hafizah.

     “Assalamualaikum, Hafizah,” salamnya.
    
     Mamah Hafizah keluar untuk melihat siapa yang datang, “Waalaikumssalam. Sini nak masuk dulu,” ajak Mamah Hafizah.

     “Nggak papa tante saya disini aja,” ucapnya dengan sopan.

     “Yaudah sebentar ya, tante masuk dulu, ada yang mau tante ambiil,” ujar Mamah Hafizah lalu masuk ke dalam rumahnya.

     Anak laki-laki itu terlihat sangat gugup, ia datang dengan membawa sebuah bingkisan yang ada di tangannya, “Semoga lu suka,” ujarnya.

     “Nak ini ada surat dari Hafizah, dia nitip sama tante katanya tolong kasih ke anak laki-laki yang nanti dateng ke rumahnya,” jelas Mamah Hafizah.

     “Loh emangnya Hafizah kemana tante?” tanya anak laki-laki itu sambil menerima surat yag diberikan Mamah Hafizah.

     “Hafizah nggak ngasih tau kamu kalo dia berangkat ke Surakarta dua bulan yang lalu?” tanya Mamah Hafizah.

     “Dua bulan yang lalu?” tanya anak laki-laki itu tidak percaya.

     “Iya.”

     “Tadi Hafizah ngirim pesan ke saya kalo dia berangkat kesana hari ini.”

     “Waduh, anak itu.. maafin Hafizah ya nak, kayaknya dia nggak ngasih tau ke semua temennya.”

     “Hmm, iya nggak papa tante. Yaudah kalo gitu saya pamit dulu ya tante,” pamit anak itu sambil tersenyum.

Ragas POV

     Setelah pamit dengan Mamahnya Hafizah, aku tidak langsung pulang. Aku masih berada di depan rumah Hafizah sambil duduk di motorku. Aku membuka surat yang diberikan oleh Hafizah lalu membacanya.

     Oy Gas, sebelumnya gue mau minta maaf dulu nih udah boongin lu, hahaha. Habis gue bingung gimana caranya buat lu dateng ke rumah gue. Terus gue inget, lu pernah bilang ke gue,  kalo gue mau ke Surakarta suruh ngabarin lu, yaudah deh gue make cara itu, hehe maap Gas.

     Oiya, waktu itu lu sempet nanya siapa yang gue suka, kan? terus gue bilang, gue bakalan ngasih tau ke lu nunggu waktu yang pas dan gue rasa ini adalah waktu yang pas. Lu sempet nebak siapa yang gue suka, tapi lu sebutin semua nama anak kelasan, dan gaada yang bener. Dodol banget sih lu..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mau Kemana? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang