Ini semua terasa lebih berat dari yang seharusnya bagi Eloise. Rasanya ia berharap jika waktu berjalan dengan sedikit lebih lambat agar ia bisa lebih lama berada di sini. Eloise nampak murung belakangan ini dan Caroline pikir jika itu adalah hal yang wajar. Ia berusaha untuk menghibur Eloise karena Caroline pikir itu satu-satunya cara untuk membuat suasana hati Eloise menjadi sedikit lebih baik.
Kepindahan Eloise masih beberapa hari lagi namun ia sudah mulai mengemas barang-barang miliknya. Ia melipat beberapa pakaian miliknya lantas memasukkannya ke dalam koper. Ia juga sudah mengemas rapi koleksi buku miliknya. Eloise sengaja mulai mengemas dari sekarang agar ia tidak begitu kewalahan nantinya.
Sedari tadi Eloise hanya mengaduk-aduk makanannya dengan sendoknya sementara tatapannya terlihat begitu kosong. Pikirannya berada jauh entah di mana.
"Apa kau tidak akan memakan makananmu?" Tanya Caroline.
Eloise menghela napasnya. "Aku tidak lapar,"
"Setidaknya kau harus mengisi perutmu dengan sesuatu,"
"Aku sudah meneguk segelas air putih barusan,"
Itu bahkan tidak masuk dalam hitungan. Bagaimana bisa ia hanya meneguk segelas air putih dan menganggap itu cukup untuk mengganjal perutnya? Ia bisa jatuh sakit jika ia seperti itu terus menerus.
"Eloise?"
Caroline dan Eloise langsung mendongak secara bersamaan ketika seorang suster menghampiri meja mereka.
"Ya,"
"Dokter Susane ingin menemuimu di ruangannya," Ucap suster tersebut.
Eloise dan Caroline saling bertukar pandang sejenak. "Baiklah,"
"Kurasa aku harus kembali ke kamarku," Ucap Caroline seraya beranjak menuju ke kamarnya.
Susternya memberi isyarat agar Eloise mengikutinya. Eloise terdiam sejenak untuk beberapa saat. Mengapa Susane secara tiba-tiba ingin menemuinya? Eloise menggelengkan pelan kepalanya lantas melangkahkan kakinya mengikuti suster yang kini telah lenyap dari penglihatannya. Sesampainya di depan ruangan Susane, suster tersebut masuk terlebih dahulu sebelum mempersilakan Eloise untuk masuk ke dalam. Apa ini menyangkut sesi grup terapi barusan? Apa ia melakukan sesuatu?
"Kau pasti bingung mengapa aku memanggilmu, bukan?" Ucap Susane. "Duduklah,"
"Apa aku melakukan sesuatu?"
Susane menggelengkan kepalanya seraya terkekeh kecil. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,"
"Apa itu?"
"Terkait kepindahanmu,"
Oh. Pikir Eloise. "Baiklah,"
"Aku sudah mengetahuinya dari ibumu dan ibumu sudah mengurus semua urusan yang terkait dengan kepindahanmu,"
Eloise mengangguk. Susane melanjutkan ucapannya. "Aku dan ibumu telah berdiskusi mengenai tempat rehabilitasi mana yang akan kau datangi,"
"Itu terdengar bagus,"
Susane tersenyum. "Ibumu ingin kau sendiri yang memilihnya,"
"A-apa?"
Susane menggeser sedikit layar komputernya sehingga Eloise bisa menatap jelas layar komputer milik Susane. Di layarnya terdapat dua buah foto bangunan yang nampak asing bagi Eloise. Eloise sama sekali tidak mengerti mengenai hal ini.
"Kau ingin aku memilih satu di antaranya?"
Susane mengangguk. "Aku akan memberi sedikit penjelasan mengenai kedua tempat ini,"
Susane mulai menjelaskan secara singkat mengenai kedua bangunan tersebut. Eloise tidak begitu memperhatikan ucapan Susane karena kepalanya terasa berat. Ia bahkan tidak tahu harus memilih yang mana. Kedua bangunannya terlihat mirip baginya. Sama-sama terlihat tua dan juga membosankan.
"Jadi, kau akan pilih yang mana?"
Eloise diam. Apa ia harus benar-benar memilih sekarang? "Aku tidak tahu," Ucapnya. "Menurutmu mana yang harus aku pilih?"
"Jika kau kebingungan, aku akan memberikanmu waktu untuk memikirkannya,"
Mengapa Susane membuatnya menjadi rumit? Mengapa Susane tidak memilihkan tempat rehabilitasi untuknya? Bukankah Susane yang paling mengerti mengenai ini semua?
"Tidak perlu," Ucap Eloise. "Aku pilih ini,"
Eloise menunjuk sebuah bangunan yang cukup besar yang berwarna merah bata. Ia bahkan menunjuk bangunan itu tanpa berpikir terlebih dahulu. Ia hanya ingin kembali ke kamarnya untuk saat ini.
"Kau yakin?"
"Bukankah kedua tempat ini sama saja?" Ucap Eloise.
Keduanya sama-sama tempat rehabilitasi, bukan? Lantas apa yang membedakan keduanya? Ini sangat konyol. Untuk apa Eloise memilih salah satu di antara keduanya?
Susane hanya tersenyum. "Baiklah,"
"Apa ada lagi yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Eloise.
"Hanya itu saja," Ucap Susane. "Kau bisa kembali ke kamarmu,"
Eloise berdiri, namun kepalanya terasa sedikit berputar sehingga ia harus berpegangan pada meja.
"Apa kau baik-baik saja?"
Eloise mengangguk. "Ya,"
"Apa kau ingin aku memanggil suster?"
Eloise rasa itu terlalu berlebihan. "Tidak perlu," Ucapnya. "Kepalaku hanya terasa sedikit pusing,"
"Berhati-hatilah,"
Eloise mengangguk tanpa mengatakan apapun lagi. Yang ia inginkan sekarang hanyalah berbaring di kamarnya agar ia bisa beristirahat. Ia langsung membuka pintu kamarnya lantas mendapati kamarnya kosong. Tentu saja kamarnya kosong. Lagipula, apa yang Eloise harapkan? Ia melipat kedua tangannya seraya menggigit bagian dalam pipinya.
Ia berharap jika Justin berada di sini sekarang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insane | Justin Bieber
FanfictionJustin jatuh hati pada Eloise; seorang gadis yang harus menghabiskan musim panasnya di sebuah tempat rehabilitasi. Justin tahu perasaannya sia-sia karena ia tidak akan pernah bisa bersanding dengan Eloise. Tidak sekarang, esok dan selamanya.