3 Sekilas Masa Lalu

654 48 16
                                    

Dulu Bara mengenal Dara sebagai anak SMP yang lebih sering menghabiskan waktu di kamar dan main di luarsampai lupa waktu semasa SMA. Keponakan Elang itu tidak pernah bersikap ramah pada Bara. Sejak dulu bahkan mungkin hingga kini. Bara masih ingat kejadian sewaktu dia patah hati untuk pertama kalinya. Dia sengaja datang ke rumah Elang untuk sekadar meluapkan kekesalan atau main PS semalaman. Eh, Dara malah seenak jidat mengajak pamannya untuk makan es krim berdua. Tanpa Bara.

Sekarang, saat Bara begitu merindukan putri kecilnya, Acha malah lebih asyik mengobrol dengan Dara di perjalanan menuju sekolah. Wanita bernama Dara benar-benar mengambil perhatian orang-orang terpenting dalam hidup Bara.

"Te, nanti pulang sekolah bikin salad kayak kemarin, ya?" pinta Acha begitu mobil berhenti di depan gerbang sekolah.

"Oke. Nanti pulang sekolah kamu mampir ke rumah Tante, ya?" jawab Dara sambil menggandeng tangan mungil Acha. Mereka berdua berjalan beriringan tanpa memperdulikan Bara yang baru saja turun dari balik kemudi. Rasanya Bara mendadak berubah menjadi sopir untuk nyonya baru. Entah apa yang mereka obrolkan, mendadak Acha berbalik dan menatap Bara sambil berujar, "Pi, abis ini anterin tante Dara belanja, ya!"

Permintaan Acha seolah menegaskan kalau tugas Bara pagi ini tak lebih dari seorang sopir.

"Tante Dara, kan, bisa belanja sendiri, Cha?" protes Bara sambil berjongkok, menyamai tinggi Acha.

Acha menggeleng. "Kasihan tante Dara, Pi. Tante Dara mau repot bikinin salad sama makan siang, masa belanja sendirian."

Bara mengangguk setelah kalah perdebatan dengan putrinya. Jadilah sekarang dia hanya berdua di dalam mobil dengan Dara. Tidak ada obrolan sampai mobil berhenti di perempatan lampu merah.

"Kamu kasih apa putriku sampai nempel gitu ke kamu?" Bara berujar dengan nada ketus.

Bukannya membalas, Dara membuka satu kotak makan yang dia simpan untuk sarapan di rumah. Kelebihan masakan tadi pagi. Dia lalu mengambil satu lapis roti pizza isi ayam dan menyodorkannya tepat di depan mulut Bara. "Ini."

Dengan terpaksa Bara memakan roti pizza ayam yang disodorkan oleh Dara. Masalahnya tangan wanita itu tak beranjak dari depan mulutnya yang cukup menganggunya menyetir. Hingga membuat mulutnya penuh dan terpaksa mengunyah. Tadinya, Bara ingin protes atas kelancangan sikap Dara. Tapi tidak jadi begitu merasakan keju yang meleleh di lidahnya. Ayam yang empuk bercampur bumbu gurih sempurna mengurungkan niat Bara untuk protes. Memang enak!

"Enak?" tanya Dara di sela mengunyah sarapannya.

"Lumayan," sahut Bara lalu berusaha mengambil satu roti pizza ayam lagi di pangkuan Dara. Semalam dia tidak sempat makan. Tadi pagi juga tidak sempat sarapan karena insiden kecil tangan Dara yang melepuh hingga membuat Bara harus memangkas jam sarapan agar Acha tidak telambat. "Satu lagi."

"Ogah," balas Dara sambil menjauhkan kotak makan itu dari jangkauan Bara. "Bilang enak, dulu."

"Enak," sahut Bara. Singkat. Meski sebal, Dara tetap mengulurkan satu potong pizza ayam untuk Bara.

Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan sampai mobil berhenti di depan supermarket. Keduanya sibuk mengunyah sampai tidak sadar kalau enam potong roti pizza di kotak makan Dara telah tandas.

"Belanja di supermarket sini, nggak apa-apa, kan?" tanya Bara seraya melepaskan sabuk pengaman.

Dengan susah payah Dara berusaha menelan potongan roti pizza saat Bara turun dari mobil. Segera dia mengambil botol minum dan menegaknya. Sebenarnya ada masalah terkait supermarket yang dipilih Bara. Lokasinya, lebih tepat. Berjarak dua gedung dari tempatnya berdiri, ada Golden Memories Rsto&Course, restoran yang sudah tak lagi dimiliki Dara. Rasanya ada kekesalan yang memuncak jika tiba-tiba saat belanja nanti ketemu dengan Tama. Mengingat Tama juga sering belanja di sini.

"Ra," panggil Bara seraya mengetuk kaca jendela mobil.

Dara akhirnya turun dan mencoba berpikir positif. Sesempit apa dunianya sampai harus tak sengaja bertemu dengan mantan tunangannya? Sayangnya, dunia memang sempit. Saat memilih sayuran sesorang menarik tangan Dara dan memeluknya erat.

Sekuat tenaga Dara mencoba melepaskan pelukan Tama. Begitu pelukan terlepas, dengan seenaknya Tama berujar, "Aku mau kita balikan!"

***

Kira-kira Dara mau nggak ya balikan sama Tama?

Falling in Love to My Uncle's BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang