4 Penyakit yang Tak Ada Obatnya

652 40 9
                                    


"Ogah!" sergah Dara seraya mengempaskan tangan Tama. Tapi cowok itu seolah tak kenal kata menyerah dan terus meraih lengan Dara.

"Bby, aku janji nggak akan ngulangi kesalahku lagi." Tama berujar dengan nada lirih penuh permohonan, "kita mulai lagi, ya, dari awal?"

"No! Selingkuh itu penyakit yang nggak ada obatnya," tolak Dara dan berusaha melepaskan cekalan Tama yang semakin lama kian kencang di lengannya. Rasanya lengan Dara hampir kebas karena ulah Tama. "Lepasin!"

Berjarak dua rak dari Dara, dahi Bara mengernyit sewaktu seorang cowok tiba-tiba datang memeluk Dara. Sambil mendorong troli dengan pelan, Bara mencuri dengar pembicaraan dua orang yang dia perkirakan sepasang kekasih yang baru saja putus. Tapi detik berikutnya Bara sudah tidak memperdulikan troli belanjaan dan langsung mempercepat langkah saat melihat raut wajah Dara yang meringis kesakitan.

"Nggak usah kasar sama cewek!" bela Bara lalu mengempaskan tangan Tama dari lengan Dara.

"Nggak usah ikut campur urusan saya, ya, Pak!" hardik Tama lalu kembali berusaha menarik tangan Dara. Dia berusaha keras untuk membawa Dara pergi dari kerumunan yang mulai berbisik tidak menyenangkan.

"Dara ke sini sama saya, urusan Dara di sini otomatis urusan saya," sergah Bara dan menghalangi niat Tama. Dengan erat, Bara menggeggam tangan Dara lalu menarik keponakan sahabatnya itu di belakang tubuhnya. Melindungi Dara dari tarikan tangan Tama. Tadi sekilas Bara melihat lengan Dara sedikit memerah karena cekalan tangan Tama. Dia tidak mau disalahkan Elang karena mengantar pulang keponakan sahabatnya dalam keadaan lecet.

Tama menatap jengah kehadiran pria yang sok membela Dara. Dia langsung bisa menyimpulkan sesuatu, "Oh, jadi ini alasannya kamu nggak mau balik sama aku?"

Kening Dara terlipat. Sedikit tidak paham dengan pertanyaan Tama. Dara bergeser sedikit dari tubuh kekar Bara dan berujar, "Nggak usah ngarang yang nggak-nggak deh, Tam. Alasanku tunangan kita udahan ya, karena kamu selingkuh."

Tama menyeringai. Tersenyum miring melihat reaksi Dara yang terlihat sedikit ketakutan. "Kamu nolak balik sama aku karena pacaran sama Om-Om ini, kan?" ujarnya bernada sinis sambil menuding Bara.

Mata Dara menyala marah. Ketakutannya sedikit teredam saat melihat genggaman tangan Bara, yang tanpa sadar dia bisa melihat guratan merah di lengannya. Perlakuan kasar Tama yang entah ke berapa. Kali ini, Dara tidak akan terjerat dengan ajakan Tama untuk kembali mengikat romansa.

"Iya! Emang kenapa?!" murka Dara. "Om Bara nggak kayak kamu. Yang doyan selingkuh apalagi main tangan," cetusnya tanpa pikir panjang. Dara sama sekali tidak memikirkan reaksi Bara. Dia hanya ingin mengusir jauh kehadiran Tama di hidupnya. Seminggu setelah putus dari Tama, cowok itu sangat mengganggu hidup Dara. Mengajaknya balikan tanpa henti karena beralasan hidupnya tak berarti tanpa Dara. Padahal Dara jelas tahu alasan Tama mengajak balikan adalah karena Golden Memories yang mulai berantakan karena sikap Tama yang kurang profesional.

"Aku bakal dapatin kamu balik, Ra," tekad Tama sebelum akhirnya pergi meninggalkan Dara. Sebuah tekad dengan tatapan mata yang tidak begitu disukai oleh Dara.

Selepas Tama pergi, Dara menyelesaikan belanja dengan cepat. Dia jadi tidak enak dengan Bara karena mengakuinya sebagai pacar. Barulah saat perjalanan pulang, Dara berujar pelan sambil menunduk, "Maaf ya, Om. Tadi ngaku-ngaku."

"It's okay," sahut Bara. "Saya tahu rasanya diselingkuhi. Jadi, annggap saja itu perlindungan dari sesama korban perselingkuhan."

Dara terbelalak tak percaya. "Jadi, mamanya Acha ..."

Kalimat Dara terpotong sewaktu Bara mengangguk. "Nggak usah dibahas lagi, ya. Luka lama, ya, biarin hidup di masa lalu. Nggak usah lagi dibawa di masa sekarang."

Meski berujar dengan nada setenang mungkin, Dara melihat ada kesedihan yang yang terpancar dari mata Bara. Dalam hati, Dara bertekad untuk tidak lagi mengungkit masalah mamanya Acha. Ada tekad baru juga, Dara berharap cinta pertamanya bisa tumbuh karena sekarang dia bukan lagi gadis remaja yang hanya bisa mencintai pria dalam diam.

Siap berjuang untuk nikah di usia dua lima, Ra? Suara hati Dara menyemangati.

***

Berhasil nggak ya, Dara wujudin tekadnya buat nikah di usia dua puluh lima tahun? Kalau kamu punya target nikah juga nggak kayak Dara? Kalau authornya sih makin bertambah usia makin merasa kalau nikah itu ya saat siap. Bukan soal usia.

Falling in Love to My Uncle's BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang