Tanpa kita sadari, kita akan saling melengkapi nantinya. Seperti nama kita, Senja dan Fajar.
"Lo siapa?" sosok itu bertanya padanya. Senja sungguh tak mengerti, sosok laki laki di depannya mengganggu aktivitasnya. Mengeringkan air matanya. Meredakan isak tangisnya. Ia benar benar terkejut atas kehadiran sosok itu disini.
"Gue tanya lo siapa? Bukan nyuruh lo bengong."
Senja terpaku menatap laki laki itu. Seragamnya sama dengan yang Senja kenakan. Dia murid sekolah ini? Senja belum pernah melihatnya sebelum ini. Ia hampir mengenali seluruh anggota sekolah ini. Walau kebanyakan hanya mengenali wajah.
"Ciih..." lelaki di depannya mendecak sebal. Memalingkan muka. Risih dipandangi oleh wanita aneh yang ia duga penghuni ruangan ini.
Lidah Senja kelu. Ia tak mampu untuk sekedar menjawab pertanyaan pria aneh di depannya sekarang. Senja tak melepaskan pandangannya dari lelaki aneh yang juga kini sedang menatapnya tajam. Ia terkejut. Atau jangan jangan lelaki itu adalah penghuni ruang ini? Dan sekarang menampakan diri sebagai salah satu siswa. Senja bergidik ngeri. Ia tak bisa menggerakkan lehernya untuk menghindari menatap makhluk itu. Tapi rasanya sangatlah sulit. Ia seolah terpaku dalam sebuah sudut pandang yang tak diinginkannya. Senja semakin yakin makhluk di depannya adalah penunggu tempat ini, makhluk itu kini menatap Senja lamat lamat. Seolah ia ingin menghabisinya saat itu juga.
Senja memejamkan mata, merapal doa dan mendengungkan dalam hati ayat ayat kitab suci yang ia hapal.
Kakinya gemetar, ia benar benar takut saat ini. Bagaimana jika mkhluk itu menyerang Senja dan membunuhnya, sebagai balasan karena Senja menggunakan tempat tinggal mereka tanpa izin.Toh, mungkin dibunuh oleh makhluk itu adalah pilihan terbaik untuknya. Setidaknya ia tak perlu lagi mendapatkan serentetan cercaan dan hinaan dari mulut teman temannya. Juga tak membuatnya menatap hampa menunggu kematiannya tiba, laksana seorang nenek sepuh yang tinggal di panti jompo.
Senja membuka matanya. Bersiap akan apa yang terjadi nantinya. Ia akan menjadi santapan siang makhluk yang menjelma menjadi seorang siswa.
Batts...
Senja mengerjap ngerjap. Matanya menyapu ruangan tempatnya sekarang. Lenggangg. Suram. Sepi. Makhluk itu telah raib dari hadapan Senja. Memanfaatkan waktu yang ada, Senja pun segera berlari keluar ruangan kosong itu. Ia tak ingin mati konyol disana.
Kaki kaki lincahnya berjalan cepat menyusuri lorong sekolah yang mulai sepi. Bel sudah berbunyi sejak 30 menit lalu. Senja berkali kali mengecek belakang, menduga jika makhluk itu akan mengikutinya. Ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Mengambil ranselnya lalu setengah berlari menuju gerbang. Ia tak ingin makhluk itu menemukannya. Walaupun ia sangat ingin mati saat itu, tapi ia tidak ingin mati konyol di tangan makhluk yang tidak jelas asal usulnya.
Beberapa kali Senja menoleh, menastikan tidak ada yang mengikutinya. Tanpa merubah kecepatan jalannya ia terus saja menengok ke belakang, sekali lagi untuk memastikan tak ada makhluk aneh yang mengejarnya.
Brukk...
"Aduhh maaf banget aku lagi buru buru"
Senja menjerit. Orang di depannya juga menjerit. Kemudian selang beberapa detik lenggangg. Hanya suara angin terdengar berkesiur menggerakkan dedaunan.
Senja terdiam. Menatap makhluk yang berjumpa dengannya di ruangan tadi. Baru saja ia menabraknya. Kenapa tubuhnya tidak menembus badan makhluk aneh yang menjelma menjadi manusia ini? Atau cowok di depannya sekarang adalah monster dengan tubuh besi yang dapat berubah bentuk, seperti yang sering ia tonton di film thriller?
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR- The Sun After Set
Teen FictionSenja terpuruk atas keadaan yang menimpanya. Seperti namanya, ia ingin tenggelam dengan mencipta keindahan. Membuat orang takjub ketika memandangnya. Tapi, itu dulu. Kini Senja menelan pahit semua mimpi nya. Tak akan ada lagi keindahan yang mampu ia...