Minggu pagi. Mentari bersinar cerah hari ini. Langit biru membentang sejauh mata memandang.
Selepas sarapan Senja duduk di tepi ranjang. Berkali kali ia mengecek ponsel disampingnya. Menanti notifikasi pesan masuk dari sebuah aplikasi chat yang ia miliki. Walau berratus kali ia mengecek pun, tak kan ada notifikasi pesan seperti yang ia harapkan. Ia tahu hal itu. Semenjak beberapa hari lalu, ponsel itu sepii dari chat chat yang biasanya selalu meramaikan ponselnya. Pasalnya ia tak lagi terhubung chat dengan semua teman temannya. Bahkan juga banyak yang memutuskan memblok akunnya. Juga di grup chat pun, ia dikeluarkan atau ia sendiri yang memilih keluar. Tentunya kalian sudah paham mengapa Senja melakukannya. Entah kenapa ia merasa rindu mendapat pesan dari nomor tak dikenal, yang mengaku sebaagai penggemar rahasianya. Walaupun kebanyakan dari mereka sering ia abaikan.
Dan kini, ponsel itu sama sekali tak menunjukkan tanda adanya pesan yang kini sangat ia harapkan. Ia rindu pada Fanya dan Elga. Biasanya di hari Minggu seperti ini, mereka bertiga akan menghabiskan weekend mereka dengan jalan jalan ke mall, nongkrong di kafe, atau sekedar streaming drama korea di warung lesehan yang berlabel free wifi. Dan sekarang, jangan harap mau jalan bareng seperti dulu, menyapa saja tak pernah. Dan terakhir mereka bercakap lewat chat, ketika Senja mengabarkan perihal penyakitnya. Ia pikir sahabatnya itu akan datang menghiburnya. Namun nyatanya malah semakin membuatnya sakit.
Senja berdecak sebal. Ia melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul 08:00am. Biasanya di jam jam seperti ini, ia akan mendapatkan serentetan kata ajakan dan bujukan dari Kakaknya. Mengajaknya jalan, nonton bioskop, streaming anime dan juga drama korea, ataupun mencoba resep makanan baru yang ia dapat dari internet, bahkan mengajaknya memandikan si Oyen kucing kesayangan Kakaknya. Dan selalu ditolak oleh Senja.
Kali ini ia sangat mengharapkan Kakaknya mengajak dan membujuknya seperti hari hari Minggu sebelumnya. Ia mulai bosan dirumah hanya mengurung dirinya seperti ini.
Sampai pukul 09:00am Kakaknya belum juga mengetuk pintu kamarnya. Mungkin masih tidur karena lelah begadang tadi malam. Senja ber positive thinking.
Akhirnya Senja memilih keluar kamar menemui Kakaknya. Dan sudut matanya menangkap sesosok kakaknya yang sedang sibuk berjibaku dengan laptop di hadapannya. Dan Bunda yang tengah sibuk di dapur.
"Pagi Bunda..." sapanya pada Bunda kemudian duduk di samping Bintang.
"Pagi juga sayang..." jawab Bundanya sembari melanjutkan mencuci piring.
"Kakakk..."
"Hmm..." Kakaknya masih asyik berkutat pada layar laptop dihadapannya.
Senja melongok ikut menatap layar monitor yang dipenuhi ketikan ketikan Kakaknya. Kakaknya seorang penulis. Meski masih penulis amatir.
"Kakak nggak mau ngajak Senja jalan bareng gitu?" tanya Senja to the point. Sontak langsung membuat Bintang menoleh. Ia tak salah dengar? Adiknya mau keluar rumah? Selama ini Senja selalu enggan keluar rumah. Kecuali pada saat sekolah (itupun karena terpaksa) dan kunjungan rutin ke makam Ayahnya.
"Serius, Sen?"
Senja mengangguk mantap.
"Horraayy.... Ok lo tunggu kakak siap siap dulu" jawab kakanya bersemangat dan bergegas membereskan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR- The Sun After Set
Teen FictionSenja terpuruk atas keadaan yang menimpanya. Seperti namanya, ia ingin tenggelam dengan mencipta keindahan. Membuat orang takjub ketika memandangnya. Tapi, itu dulu. Kini Senja menelan pahit semua mimpi nya. Tak akan ada lagi keindahan yang mampu ia...