"Fajar..." teriak Senja memanggil Fajar yang baru saja keluar dari toilet pria. Seperti biasa, mereka berdua akan pulang ketika sekolah sudah lenggang. Hanya menyisakan guru piket saja.
Fajar menoleh. Buru buru menyembunyikan barang yang ia bawa dibelakang tubuhnya. Namun, sebelumnya Senja dapat melihat jelas apa yang sedang dipegang Fajar. Sebuah jarum suntik.
"Itu apa?" Senja melongokkan kepala.
"Bukan apa apa kok" jawab Fajar cepat.
"Pulang, yuk" alih Fajar. Yang langsung berjalan mendahului Senja.
"Boleh nebeng nggak?"
"Nebeng?" Fajar mengernyitkan dahi.
"Iya, aku mau ambil obat di tempat Kak Arfan. Kemarin kelupaan."
"Oklah ayo." ujuar Fajar singkat.
Senja mengulum senyum. Dengan begini ia bisa menanyakan beberapa hal tentangnya.
"Nggak usah pegang pegang." Fajar mewanti wanti.
"Iyaaa..."
Dan setelahnya hening. Tak ada percakapan diantara mereka.
"Fajar"
"Hmm"
"Boleh tanya gak?"
"Apa?"
"Kenapa mau temenan sama gue?"
"Karena kita senasib."
"Senasib? Maksudnya?"
"Nanti juga tau sendiri."
Dan kembali hening. Senja fokus dengan pikirannya, sedangkan Fajar fokus pada jalanan.
"Fajar..."
"Hmm.."
"Boleh tanya lagi?"
"Apa?"
"Lo siapanya Kak Arfan, sih?" tanya Senja hati hati.
"Adiknya"
"Kandung?"
"Bukan."
"Tiri?"
"Bukan."
"Lha terus apa?" Senja semakin penasaran. Sedangkan Fajar malah menepikan motornya di depan warteg.
"Makan yuk, lapar gue."
"Disini?" Senja menunjuk warung itu. Menurut penilaiannya, Fajar adalah anak dari seorang yang kaya. Barang barang yang dipakainya juga merk ternama. Jadi, rasanya aneh kalau Fajar mengajaknya makan di tempat seperti ini. Kalau Senja, sih oke aja.
"Kenapa? Nggak mau makan? Yaudah tunggu aja." Fajar berlalu begitu saja menuju warteg.
"Ehh... Gue ikut." Senja menyusul Fajar.
"Lo duduk aja disini, gue yang pesen." ucap Fajar tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang Senja pesan.
Senja menurut. Meski hatinya dongkol. Warteg, Siang ini begitu ramai. Senja memilih tempat duduk di dekat jendela.
Fajar nampak berbincang akrab dengan Ibu penjual warteg. Dapat Senja lihat, beberapa kali mereka tampak ketawa ketiwi nggak jelas. Senja tersenyum simpul. Fajar terlihat begitu tampan ketika tertawa. Merasa diperhatikan, Fajar menoleh. Dan pandangan mereka beradu sejenak. Pipi Senja memanas, dengan segera ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Pesona serba hijau terpampang di depan mata. Ia baru menyadari jika warteg ini terletak di samping persawahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR- The Sun After Set
Teen FictionSenja terpuruk atas keadaan yang menimpanya. Seperti namanya, ia ingin tenggelam dengan mencipta keindahan. Membuat orang takjub ketika memandangnya. Tapi, itu dulu. Kini Senja menelan pahit semua mimpi nya. Tak akan ada lagi keindahan yang mampu ia...