Manusia itu rumit, Ty. Aku ingin memahaminya
***
"Ghin bangun. Udah jam 2 loh, katanya ada kelas jam 3."
Ranty membangunkanku. Setelah mengikuti kelas pagi, aku memang sering menumpang di kost Ranty. Jarak kost Ranty ke kampus lebih dekat daripada jarak kostku ke kampus.Hari ini adalah hari pertamaku mengikuti kelas lintas jurusan Biologi. Setidaknya aku harus datang 30 menit sebelum kelas dimulai. Aku termasuk mahasiswa yang on the way 10 menit sebelum kelas mulai kok. Hanya saja karena ini hari pertama, aku ingin beradaptasi dengan suasana baru. Halah, katakan saja tidak mau canggung karena datang saat sudah banyak orang, Ghin.
Dari tiga kelompok bangku, aku memilih kelompok tengah, tepatnya dibaris ke empat. Kurasa tidak terlalu depan dan tidak terbelakang juga. Saat aku datang sudah ada dua orang di kelas. Sepertinya mereka berasal dari program studi berbeda sepertiku.
Mayoritas mahasiswa di kelas ini berasal dari prodi Biologi. Sudah pasti Ghin, ini kan ruang lingkup mereka.Kelas akan dimulai lima menit lagi. Semakin banyak bangku yang berpenghuni. Sebentar, kurasa ada yang salah di sini. Apa hanya aku saja yang berasal dari prodi psikologi? Yang benar saja?! Tidak ada satupun yang kukenal sejauh ini. Baiklah Ghin, no problem.
Apa aku harus memulai percakapan dengan beberapa orang? Oh Tuhan ini canggung sekali. Oke, kalau ingin betah, kamu harus mengenal beberapa orang, Ghin. Sepertinya mereka ramah-ramah. Bagaimana jika dimulai dengan orang yang duduk di samping kananmu? Oke kita mulai.
Satu
Dua
Tiga"Hai.. Ghina." Aku mengulurkan tangan.
"Oh hai, aku Citra. Salam kenal." Dia membalas uluran tanganku. Kami berjabat tangan.
"Ah.. Citra. Dari biologi ya?"
"Iya, aku dari biologi kelas D. Kamu dari kelas mana? Kayaknya aku belum pernah lihat kamu sebelumnya."
"Kamu benar, aku memang baru pertama kali berada di fakultas Biologi. Aku dari kelas B Psikologi."
"Oh Psikologi? Kamu lagi ambil lintas jurusan ya?"
"Iya hehe."
"Ngomong-ngomong kenapa milih Biologi?"
"Emm anu.. Aku lumayan tertarik sama biologi sih. Dulu waktu SMA juga suka biologi. Tapi waktu pendaftaran, biologi kutempatkan di pilihan kedua saja. Aku pikir, aku bisa ambil biologi saat lintas jurusan nanti."
"Oalah gitu.."
"Iya hehe."
Aduh. Mau ngomong apalagi ya. Ghin, cari topik Ghin. Susah juga ya cari topik."Selamat siang menjelang sore." sapa dosen yang baru saja muncul di balik pintu.
"Selamat siang menjelang sore, Pak."
Syukurlah dosen segera datang, jadi tidak perlu mencari topik pembicaraan lagi.Perkuliahan hari ini diawali dengan pengantar atau perkenalan mengenai materi kuliah selama satu semester ini, ya kira-kira topiknya mengangkat isu-isu lingkungan seperti sampah, perubahan iklim, krisis air, dan lain-lain. Menarik. Isu-isu lingkungan tersebut merupakan masalah besar yang justru sering diabaikan oleh manusia. Manusia semangat dalam menuai hasil alam, tetapi malas sekali jika disuruh menabur kembali.
"Selamat sore, Pak."
Reflek semua pasang mata tertuju pada sumber suara. Aku tahu rasanya. Betapa canggung suasa itu bagi dia. Laki-laki dengan tinggi sekitar 170cm itu kemudian berjalan menuju bangku kosong untuk duduk. Aku lupa kalau bangku sebelah kiriku masih kosong sejak tadi. Dan sekarang dia duduk di bangku itu.Tanpa disadari aku memandanginya sejak ia mengucapkan salam sampai duduk di sebelahku sekarang. Nafasnya masih terengah-engah. Sepertinya dia berlari menggunakan tangga. Bukan, dia berlari menggunakan kaki melewati tangga.
Tiba-tiba dia membalas pandanganku. Mampus kikuk banget. Sepertinya ia menyadari karena sejak tadi aku memandanginya. Bukan terpesona, hanya heran saja pada hari pertama di kelas baru sudah terlambat. Untuk menghindari kecanggungan aku segera memperkenalkan diri, "Ghina dari psikologi."
"Oh, Leo dari biologi." katanya sambil tersenyum ramah.Setelah itu, kami sibuk memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan mengenai topik pertama. Sekitar 2 jam berlalu, akhirnya kelas lintas jurusan di sore itu selesai.
Hari ini tidak terlalu buruk. Walaupun ada kecanggungan sana sini, tetapi aku lega. Ini hanya karena hari pertama saja. Hari-hari selanjutnya pasti akan lebih baik. Toh aku sudah berkenalan dengan beberapa orang tadi. Biar kuulang namanya. Citra anak biologi D, Nadia biologi kelas A, Ica teknologi pangan, Deri teman Citra, dan Leo anak--- anak mana ya tadi. Pokoknya anak yang terlambat di hari pertama kelas lintas jurusan.
Btw, senyumnya manis. Dikit.***
"Gimana kelas barumu, Ghin?" tanya Ranty sambil mengunyah makanannya.
"Ya.. First impression not bad lah. Lumayan. Materi kuliahnya menarik. Dosennya ramah juga. Cuma belum tau sistem penugasannya kaya gimana."
"Kamu memang tertarik sama biologi ya Ghin? Kenapa ngga ambil jurusan komunikasi aja? Bukannya kita lebih perlu?"
"Dulu waktu SMA aku memang sangat menyukai dunia biologi, apalagi bab reproduksi."
Ranty terkekeh.
"Itu salah satunya Ty, masih banyaj lagi yang aku suka wkwkwk. Cepet aja pahamnya. Ternyata ngga bisa kalo dihafal Ty, harus dipahami."
"Terus kenapa akhirnya masuk psikologi?"Aku terdiam sesaat. Pertanyaan Ranty membuatku teringat akan seseorang yang mungkin jadi alasan mengapa aku memilih jurusan psikologi. Seseorang yang ingin sekali kulupakan, namun bayangnya saja masih tetap tinggal. Dia orang pertama yang membuatku menyadari bahwa,
"Yang susah dipahami ngga hanya cewe aja tau, jenis lain juga wkwk. Manusia itu rumit, Ty. Aku ingin memahaminya."Siapa dia, orang macam apa dia, sekeras apa cangkangnya, aku ingin mengetahuinya.
______________________________________
Semoga suka yaa!😊😊
Jangan lupa vote, biar semangat update
KAMU SEDANG MEMBACA
Long-term Memory
Ficção AdolescenteBukan buku psikologi📚 Aku rasa, melupakan hanya sebuah mitos. Tidak ada lupa yang disengaja. Jadi saat kamu bilang, kamu melupakannya, sebenarnya saat itu juga kamu sedang mengingatnya. Terinspirasi dari kisah seseorang yang bukan tidak bisa, namun...