UKM MUSIK

13 0 0
                                    

Hanya karena tidak berbalas pesan, bukan berarti tidak rindu bukan?

***

Setelah makan sore dengan Ranty, aku bergegas kembali ke kampus. Hari ini adalah pertemuan perdana UKM musik. Sama seperti kelas linjur, aku datang lebih awal. Seperti yang kuduga, belum ada seorang pun yang datang selain kakak tingkat pengurus UKM. Setelah mengisi daftar hadir, aku diminta untuk menunggu di sebuah ruangan dengan tikar yang sudah disediakan. Karena tidak ada satu pun orang dan kelihatannya kakak tingkat pengurus UKM juga sedang sibuk, jadi aku tidak perlu merasa canggung.

Bukannya ansos, namun memulai percakapan dengan orang itu sedikit merepotkan. Ish maksudku, cari topik pembicaraan tidak mudah juga ternyata.
Jadi seperti itu ya rasanya kalau cowok kehabisan topik pembicaraan hahaha. I feel you, boy.
Tidak banyak yang kulakukan. Hanya scroll beranda instagram, melihat status whatsapp, pencet tombol home, and repeat. Habis bagaimana, jika aku hanya diam melamun saja justru akan terlihat aneh.

Satu per satu orang mulai berdatangan.
Pukul 18.30 tepat acara dimulai. Seperti kebanyakan pertemuan perdana lainnya, acara dimulai dengan perkenalan satu per satu. Sudah kuduga. Sejauh ini belum ada yang ku kenal satu pun. Terbayang kan betapa sepinya hidupku. Jika hidupku dibuat sebuah cerita, mungkin hanya terdiri dari 5-10 tokoh saja. Walaupun tahu akan seperti ini, aku tetap ingin melakukannya. Aku yakin hal ini biasa terjadi. Lama-lama pasti akan membaur juga.

Setelah perkenalan, masing-masing anggota baru diminta untuk memilih spesialis alat musik yang tertarik untuk dipelajari atau diasah kembali. Aku memilih ukulele. Di samping lebih mudah dari gitar, ukulele memiliki bentuk yang mungil sehingga mudah dibawa kemanapun.
Di ruangan tersebut, terdapat bilik kira-kira empat jumlahnya. Di setiap pintu terdapat tulisan yang menunjukkan ruang spesialis musik. Aku memasuki ruangan gitar dan ukulele. Surga dunia kedua setelah toko buku. Sungguh, ruangan ini seperti toko alat musik milik paman. Mungkin koleksi gitar dan ukulele nyaris lengkap setiap jenisnya.

Mataku tertuju pada sebuah ukulele berwarna putih. Bersih dan cantik sekali di mataku.
"Itu ukulele jenis soprano." aku menoleh ke sumber suara.
"Ukulele paling kecil dengan ukuran fingerboard 33 cm. Cocok untuk pemula apalagi yang mempunyai jari-jari kecil." sontak mataku mengarah pada jari-jariku yang --- KECIL?!
"Ini bukan kecil, tapi mungil."
"Apa bedanya?"
"Mungil itu kecil elok, bukan kecil aja." Dia terkekeh.

"Kamu Ghina, kan?" Sepertinya dia ingin memastikan bahwa yang saat ini ada dihadapannya adalah orang yang sama dengan yang duduk di sebelahnya saat kelas linjur tadi pagi.
"Kamu yang terlambat di kelas linjur tadi, kan?"
"Jangan buka kartu di sini."
"Iya maaf.." Aku tertawa pelan.
"Kamu ikut UKM musik juga Le? Kok aku ngga lihat kamu tadi?"
"Aku sudah bergabung sejak semester lalu, Ghin." hanya kubalas dengan mulut O tanpa suara dan anggukan kepala.
"Di sini aku pegang gitar dan sesekali ukulel."
"Oh ya? Lebih mudah mana, gitar atau ukulele?"
"Mudah semua sih."
"Idih, sombong." Dia tersenyum. Iya senyum yang kubilang manis, tapi dikit.
"Sebenarnya kalau kamu udah menguasai gitar akan mudah menguasai ukulele juga, .... "

Tak terasa waktu pengenalan sudah selesai. Akhirnya aku mengenal seseorang di sini. Leo anaknya asik juga. Mungkin karena sama sama tertarik membicarakan ukulele. Dan kurasa dia memang sudah mahir dalam bidang itu, jadi aku bisa bertanya banyak hal.

***

Drrrtt.. Drrrtt..
Aku memasuki kamar kost dengan handuk kecil yang masih menutupi kepala. Kudengar ponselku bergetar terus menerus. Tidak seperti biasanya. Biasanya sepi seperti makam para pahlawan. Setelah mengeringkan rambut, aku membuka  layar ponsel.

[Group] UKM Musik Doremi

Benar saja, rupanya notifikasi dari grup UKM musik yang baru saja menambahkan nomorku. Isinya hanya sapaan saja, kurasa tidak ada hal yang penting. Tepat sebelum aku meletakkan ponsel, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor yang tak dikenal.

+62857292*****
Hai Ghin

Read

Tidak terdapat nama pengguna yang jelas dan tidak memasang foto profil, ada masalah apa sih hidupnya?
Apapun itu, aku merasa tidak berkepentingan untuk bertanya. Jadi, kubiarkan saya pesan itu setelah membacanya hehe.

Setelah exit dari room chat nomor asing itu, mataku tertuju pada satu nama. Namanya selalu teratas tapi bukan berarti selalu ada pesan masuk. Pesannya memang kusematkan sejak dulu. Aku jadi teringat saat ia pertama kali menunjukkan kemampuannya bermain gitar di depanku dan semua teman. Saat itu mataku tak sedetikpun teralih memandangnya.
Mengapa ya cowok yang sedang bermain gitar auranya bisa terpancar? Atau hanya aku yang merasa begitu? Entah bagaimana yang kulihat saat itu tanpa sadar telah menambah rasa kagumku padanya.

Aku membuka room chat itu. Masih sama, dia tidak mengaktifkan fitur terakhir dilihat pada informasi profilnya.

Bagaimana bisa aku tahu keadaanmu, Ga? Memberi kesempatan untuk tahu terakhir online saja kamu tidak mengizinkan.





_____________________________________
Yuhuuu..
Jangan lupa vote ya!
Ku revisi dikit, aku lupa kasi kata² di awal wkwkw. Selamat baca 😚

Long-term MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang