Chapter 09

61.6K 7.5K 1.8K
                                    

Ting! Tong!

Jaemin dan Haechan yang tengah main PS di ruang tengah pun menoleh saling tatap. Mereka berdua lagi ngidam main PS. Iyain aja.

Jaemin melirik jam gede di sudut dekat jendela. "Siapa yang namu malem-malem jam duabelas, ndut?"

"Maling kali, Na." Jawab Haechan asal.

Jaemin menoyor kepala Haechan dengan stik PS pelan. "Mana ada maling mencet bel."

"Ya siapa tau maling sopan."

"Ngaco!" Jaemin beranjak dari duduknya diikuti Haechan setelahnya.

"Kalo setan gimana, Na? Gak mungkin orang namu jam duabelas malem." Haechan beringsut sembunyi dibelakang Jaemin.

Jaemin menghiraukan perkataan Haechan lalu memutar kunci pintu dan membuka pintunya. Seketika terlihat dua orang paruh baya dengan koper di masing-masing tubuh mereka.

"Ayah?! Bunda?!" Jaemin kaget melihat kedua orangtuanya ada didepan pintu.

"Om Atuy?! Bunda Winnie?!" Haechan ikutan kaget.

Nakamoto Yuta, ayah Jaemin lahir dan berasal dari Jepang. Sedangkan Dong Sicheng alias Nakamoto Winwin, bunda Jaemin lahir dan berasal dari China. Dan putra mereka satu-satunya Nakamoto Jaemin, lahir di Korea. Jadi, Jaemin blasteran Jepang-China-Korea.

Sama seperti Haechan. Seo Johnny lahir dan berasal dari America. Seo Ten lahir dan berasal dari Thailand. Dan Seo Haechan lahir di Korea, sama seperti Jaemin. Haechan juga anak blasteran. Blasteran America-Thailand-Korea.

Beragam budaya, cuy. Haechan dan Jaemin pusing belajar bahasa dan budaya dari tiga negara. Kenapa juga orangtua mereka dan mereka sendiri berbeda negara? Haechan dan Jaemin musti belajar tiga bahasa sekaligus.

Jadi begini ceritanya, dulu orangtua Jaemin dan orangtua Haechan sekolah di SMA International yang beragam negara. SMA ini berada di Korea. Jadi itu alasan Haechan dan Jaemin lahir di Korea.

Paham gak? Kalo gak paham skip aja. Gak penting juga kok. Yaudah kita lanjut lagi ke ceritanya.

Jaemin menunduk ketika ayahnya menatap dirinya dengan tatapan menyeramkan. Haechan mengelus punggung sahabatnya itu.

Yuta menahan tawanya kemudian... "Pfft.. HAHAHAHAHAHA." Gak ada hujan gak angin Yuta tiba-tiba meledakan ketawanya.

Winwin geleng-geleng melihat kelakuan absurd suaminya itu.

Jaemin mendongak dan menatap ayahnya dengan kening yang mengkerut bingung. Sedetik kemudian dia memukul-mukul badan Yuta brutal.

"Ih ayah! Nana udah ketar-ketir takut di gampar tadi! Nyesel Nana udah takut." Jaemin masih mukul-mukul badan Yuta membabi buta.

"Aww! Sakit, Na. Hahahaha ampun." Yuta mengaduh sakit sambil menahan tangan Jaemin yang memukulnya.

Haechan tercengang melihatnya. Mulutnya sampai menganga lebar. Tapi tak lama kemudian dia tersadar. Om Atuy emang kagak bener dari dulu gak heran sih, batinnya.

"Ini bunda sama ayah gak disuruh masuk dulu? Udah malem loh ntar masuk angin." Interupsi Winwin.

Haechan menepuk jidatnya. "Ohiya lupa, hehe ayo masuk, bun." Haechan menggandeng tangan Winwin dan membawanya kedalam menghiraukan bapak dan anak yang masih bergelut itu.

Tak lama kemudian, Jaemin udah nemplok dipunggung Yuta. Yuta menggendong Jaemin sambil menggeret kopernya.

Jaemin melompat dari gendongan Yuta lalu beralih memeluk Winwin dan menenggelamkan mukanya di perut sang bunda. "Bunda gak sedih kan? Kalo.. Nana hamil." Suara Jaemin terendam sama perut Winwin.

Winwin mengelus kepala putra semata wayangnya. "Engga, Nana sayang. Bunda sedih kalo Nana dihamilin sembarang cowok. Untungnya Nana sama Haechan dihamilin sama anak yang udah dikenal baik-baik."

Jaemin mendongak menatap Winwin dengan senyum lebarnya. "Beneran, bun?"

"Iya, ayahmu awalnya mau samperin orang yang ngehamilin kamu. Tapi gak jadi karena daddy Haechan bilang kalo yang ngehamilin kamu anaknya om Jeff." Jelas Winwin.

"Humm.. Kangen maen sepak bola sama ayah." Ucap Jaemin tiba-tiba.

"Gak bisa, Na. Ntar anak kamu terguncang-guncang terus ayan karena kamu lari-lari maen bola." Ucap Yuta.

"Om Atuy, janin mana bisa ayan. Aneh banget." Ucap Haechan.

"Bisa, gendut." Ucap Yuta. Kemudian menghela napas jengah dengan panggilan Haechan. "Nih bocah gembrot hobi banget balek-balek nama orang."

"Suka-suka Echan dong, om Atuy! Satu lagi, Echan gak gendut!" Teriak Haechan.

"Gendut gendut gendut gendut. Haechan gendut." Ledek Yuta dengan muka minta ditampol.

"OM ATUY! DASAR OM-OM GONDRONG!" Teriak Haechan kesal.

Jaemin tertawa terbahak-bahak melihat ayah dan sahabatnya yang dari dulu suka berantem. Kadang Jaemin kompak dengan Yuta untuk mengerjai Haechan, kadang juga Jaemin kompak dengan Haechan untuk mengerjai Yuta.

"Ayah, udah, yah! Inget umur!" Tegur Winwin ketika Yuta menjat-manjat di sofa menghindari lemparan bantal dari Haechan.

"Dengerin tuh, om! Inget umur." Haechan hendak melempar bantal ke Yuta tapi meleset kena Jaemin.

"ASU! KOK GUE YANG KENA, NDUT?!" Teriak Jaemin dan melempar bantal sembarang arah lalu berakhir kena Yuta yang masih manjat sofa.

"Heh Jaemin! Ngomongnya!" Winwin menyentil bibir Jaemin yang membuat sang empunya meringis dan mengelus bibirnya.

"Eh apa nih ribut-ribut?" Tiba-tiba ada Johnny dan Ten yang turun dari tangga.

"Woi Yuta! Ngapain naik-naik atas sofa? Turun! Dasar gak ingat umur si bapak." Tegur Johnny ketika melihat Yuta naik diatas sofa.

"Marahin, dad! Tadi om Atuy ngejek Echan gendut." Haechan mengadu ke daddynya.

Yuta mendelik kearah Haechan. "Yeu bocah ngaduan lu."

"Lu apain anak gue, Yut? Mau gue pites pala lu?" Ucap Johnny.

"Hehe jangan marah lah, bro. Gue ada link bokep nih, nobar gak?" Yuta menyengir.

Haechan dan Jaemin bagai kambing conge. Mau gabung ama bapak-bapak malah bahasnya link bokep, mau gabung ibu-ibu yang sekarang lagi liat-liat berlian milik Ten tapi mereka ga paham apa yang mereka bahas.

"Kita bobo aja yuk, ndut." Ajak Jaemin.

"Ayuk."

TiBiCi

TiBiCi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby Accident | Nomin ft. Markhyuck ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang