Kelopak mata yang sedari tadi masih betah terpejam mulai membuka, memperlihatkan manik hitam pekat dengan sorot tajam; membutikan kepiawannya dalam mengintimidasi lawan.
Sehun memijat pelipisnya pelan karena kepalanya terasa pening, setelah beberapa detik barulah ia mengingat kejadian tadi malam. Sontak saja ia langsung menoleh dan mendapati wajah damai Jessica yang tampak semakin menenggelamkan wajahnya pada selimut tebal yang kini tengah membungkus tubuhnya.
Bagaimana bisa kau menjadi sebodoh ini? Yang kau tiduri tadi malam bukanlah Jenny melainkan Jessica!
Sehun mengusap wajahnya kasar seakan amat menyesali perbuatannya tadi malam lalu beranjak dari kasur untuk mandi dan bersiap pergi ke kantor.
Jessica terbangun, senyumannya mengembang di bibir ranum wanita itu, pipinya pun tampak merona saat kilas kejadian tadi malam kembali membayanginya, ia melirik pintu kamar mandi kemudian beranjak dan kembali memakai bajunya.
Setelah beberapa menit, Sehun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk, di atas kasur sudah terdapat stelas jas miliknya.
"Selamat pagi," sapa Jessica ceria, tampak sekali kalau ia tengah sangat bahagia.
Entah mengapa saat melihat senyuman ini membuat Sehun merasa sangat bersalah, dia benar-benar tidak sadar dan justru menganggap Jessica adalah Jenny tadi malam.
"Hm."
Jessica terteguh, kenapa Sehun kembali pada sikafnya yang dingin, bukankah cintanya sudah tidak bertepuk sebelah tangan.
Namun wanita itu menggelengkan kepala, mensugesti diri sendiri kalau sikaf Sehun memang seperti itu sejak lahir dan tidak mungkin seseorang bisa berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena jatuh cinta.
****
Jessica mendudukkan diri di samping Sehun yang tengah menyantap sarapannya dengan tenang, sedangkan Lisa tampak tersenyum lebar.
"Kak Jessica, apakah kakakku terlalu kasar tadi malam," semua orang sontak berhenti makan dan menatap Lisa, Sehun dan Jessica secara bergantian.
"Sehun!" Margaret berteriak nyaring seraya menatap nyalang ke arah Sehun yang tampak sangat kebinggungan.
"Apa yang kau lakukan pada Jessica?" tanya Margaret dingin. Siwon pun tampak tak berkutik kala isterinya itu turut menyorotnya dengan tatapan tajam.
"Memangnya apa yang kulakukan?"
"Ka ..."
"Tidak ibu, Sehun tidak melakukan apapun, dia tidak pernah menyakitiku," potong Jessica menyakinkan Margaret.
Lisa tampak menepuk jidatnya sendiri, "Hei bocah tengik! Kau membuat ibu salah paham, jangan berbicara jika mulutmu itu hanya bisa membuat masalah," tegur Suho sambil melempar kacang ke arah Lisa.
"Ibu, bukan itu yang aku maksud," ucap Lisa meluruskan, mengabaikan tatapan maut kedua kakaknya.
"Lalu?" tanya Margaret yang mulai tenang.
"Ibu tidak melihat cara berjalan Kak Jessica, terlihat sekali jika tadi malam ... Akh, Sakit! Kudoakan semoga Jenny berhenti mencintaimu!"
Suho menjulurkan lidah kala mendengar sumpah serapah adiknya itu kala ia kembali melemparnya dengan kacang, memotong ucapannya yang menjurus pada hal dewasa.
Margaret tampak berfikir, memang benar jika cara berjalan Jessica agak aneh tadi. Ia seperti orang pincang dengan pipi merona.
Sehun berdiri, "Aku sudah selesai," ucapnya dingin.
Setelah kepergian Sehun, semua orang menatap geli ke arah wanita yang tampak cantik dengan balutan dress putih gading, Jessica menunduk malu.
"Ehm, lebih baik kita lanjutkan sarapan kita ... baru setelah itu memasang CCTV untuk melihat seberapa hebat permainan puteraku," sontak saja pipi Jessica semakin merah bak kepiting rebus.
Semua orang pun tertawa renyah melihat Jessica yang semakin menunduk, dan menyembunyikan wajahnya.
Silahkan tinggalkan jejak! Vote dan comen kalau kalian menyukai cerita ini supaya aku semakin semangat melanjutkannya!