Pagi ini Lisa membuka kedua matanya dengan malas. Tubuhnya menggeliat pelan di bawah selimutnya yang tebal. Tubuh itu terasa sangat enggan untuk beranjak dari kasur empuknya.
Sesekali kedua mata Lisa mengerjap Menangkap secercah cahaya matahari yang menelusup melalui celah-celah jendela kamarnya. Cahaya cerah yang menyiratkan kehangatan.
Lisa menghela nafas pelan. Gadis itu lantas menarik sebelah tangannya dan menjadikannya sebagai bantalan kepala. Dan sekejap berikutnya tanpa ia sadari, angannya perlahan melayang.
Bayang-bayang wanita yang bersama Jungkook kemarin masih terngiang jelas di kepala Lisa. Memori di mana ia pertama kali melihat seorang wanita memeluk tubuh Jungkook dengan erat. Dan lagi wanita itu cantik. Astaga, Lisa merasa sesak di dalam dadanya.
Lisa menghela nafas pelan. Ia terlalu takut untuk beranjak dan keluar kamar. Ingin rasanya Lisa berada di dalam kamar seharian ini. Atau kalau perlu Lisa akan berpura pura sakit saja. Ia belum siap untuk bertemu Jungkook dengan kedua mata yang membengkak.
Sempat terdiam sejenak, tiba-tiba Lisa menggelengkan kepalanya sendiri. Memejamkan kedua matanya erat dan menarik nafas panjang.
Tidak.
Lisa tidak boleh lemah.
Lisa harus ingat siapa pria yang ia sukai. Dia adalah Jeon Jungkook, seorang pria matang dan dewasa yang berusia 30 tahun. Lisa tidak boleh terlihat lemah dan kekanakan. Ia harus bisa mengimbangi Jungkook. Lagipula Jungkook menyukai wanita dewasa bukan?
Ya, Lisa harus bersikap dewasa.
Dengan cepat Lisa menyingkap selimutnya. Gadis itu lantas beranjak menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya di sana. Berpakaian dengan rapi dan memoles wajah cantiknya. Tak lupa Lisa juga berkonsentrasi pada make up untuk bagian mata. Ia ingin menutup matanya yang sedikit membengkak. Ya meskipun sebenarnya percuma. Toh, Jungkook juga telah mengetahui jika Lisa menangis semalaman.
Lisa menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Gadis itu berdiri dan berputar-putar pelan di depan cermin kamarnya. Lisa juga membenahi rambutnya yang ia biarkan tergerai bebas. Dan kembali menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.
"Baiklah Lisa, semangat! Kau pasti bisa! Kau masih ada kesempatan. Bukankah sepertinya mereka berdua sudah tak ada hubungan? Semangat semangat!" Lisa bermonolog. Berbicara pada dirinya sendiri yang ada di dalam kaca.
Lisa kembali menarik nafas panjang dan berbalik keluar kamar tepat setelah ia menyambar tas miliknya. Hatinya berdegup kencang, namun ia harus kuat dan bersikap dewasa.
Cklek..
Lisa menutup pintu kamarnya. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Apartemen Jungkook kosong. Jika biasanya Jungkook akan berkutat dengan segala alat di dapur, kini yang ada kamar Jungkook masih tertutup rapat. Lisa menggigit bibir bawahnya. Ia lupa jika wanita semalam dan Jungkook mungkin masih terlelap di dalam sana.
Tangan Lisa bergetar, tanpa sadar pelupuk matanya menggenang. Namun, sebuah suara pintu yang terbuka seketika mengalihkan atensinya.
"Kau sudah siap belajar lagi hari ini?"
Lisa mendongak. Dan ia mendapati presensi Jungkook yang telah keluar dari dalam kamarnya lengkap dengan tas di punggung, sebuah topi berwarna hitam dan juga tangan pria itu menenteng jaket yang juga berwarna hitam.
Lisa cengo. Gadis itu lantas memiringkan badannya dan mengintip pintu kamar Jungkook yang kini tertutup rapat. Lisa melirik pintu itu dan Jungkook secara bergantian. Membuat Jungkook mengernyit dan ikut memandang pintu kamarnya.
"Hei.. kau kenapa?" Tanya Jungkook membuyarkan aktivitas Lisa yang membuatnya mengernyit heran.
Lisa terkesiap. "A..a tidak.. hanya, di mana teman mu itu paman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef, I Love You! || Lizkook [END - DI NOVELKAN] ✓
Fanfic( Ilustration by : Abimanagara ) ( Cover Design by : B.K Graphic ) [ M ] Lee Jungkook, seorang Chef tampan dan seksi yang menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan memasak . Tangan kekarnya begitu terampil dalam menciptakan berbagai olahan cantik...