"Annyeong kangaji~" sapa Jian saat melihat seekor anak anjing yang kini tengah duduk diam di pinggir jalan dekat toko swalayan yang baru saja ia kunjungi. Jian mencoba menyamakan tingginya dengan anak anjing tersebut dengan berjongkok.
"Siapa namamu? Kau sendirian disini?" tanya Jian ketika melihat anak anjing tersebut merasa nyaman saat tangan Jian mengusap kepalanya dengan lembut.
"Eoh, mwohe Jian?" tanya Jimin seketika saat keluar dari toko swalayan dan melihat Jian sedang berjongkok.
"Ayah ada anak anjing. Bawa pulang boleh?" pinta Jian dengan melihat Ayahnya penuh harap.
"Jian ingin memelihara anak anjing?" tanya Jimin yang saat ini ikut berjongkok seperti Jian. Tanpa ragu Jian menjawab pertanyaan Ayahnya dengan mengangguk semangat.
"Nanti bagaimana jika pemiliknya mencari anak anjing ini?" tanya Jimin.
"Anak anjing ini tidak memiliki siapa-siapa kok, Jian sudah bertanya tadi." kata Jian seolah-olah ia mengerti bahasa hewan dan sudah mengobrol banyak dengan anak anjing tersebut.
"Ayah tidak melarang jika Jian ingin memelihara anak anjing, tapi nanti ya setelah Jian sudah besar." tolak Jimin secara halus, ucapannya terdengar tenang.
"Kenapa harus nanti? Kan Jian inginnya sekarang." kata Jian yang masih kuat dengan keinginannya.
"Kalau sekarang Jian kan masih kecil, sama seperti anak anjing ini. Jian masih harus dibantu Ayah kan saat mandi? Bahkan Jian masih sering menangis jika Ayah tidak menyuapi Jian." ledek Jimin sambil mencubit pelan hidung kecil miliki anak perempuannya.
Jian diam ketika Ayahnya berbicara seperti itu.
"Begini, kalau Jian saat ini masih butuh bantuan Ayah untuk melakukan beberapa hal. Lantas bagaimana Jian ingin merawat anak anjing ini?"
"Kan Ayah bisa membantu Jian merawatnya."
"Kalau nanti anak anjingnya jadi lebih sayang dengan Ayah daripada ke Jian bagaimana?"
Jian diam sekali lagi ketika memikirkan hal itu. Dia menggeleng sedih, membayangkan kalau anak anjing itu lebih sayang kepada Ayahnya daripada dirinya.
"Nanti ya saat Jian sudah tumbuh lebih besar, dan sudah bisa merawat diri Jian sendiri. Ayah akan memperbolehkan Jian untuk memelihara anak anjing." kata Jimin menenangkan Jian.
"Baiklah. Berari Jian harus makan banyak mulai sekarang. Agar bisa tumbuh tinggi dan bisa memelihara anak anjing," tekad Jian.
"Benar Jian harus selalu menghabiskan makanan Jian ya, agar Jian bisa tumbuh tinggi." kata Jimin menimpali.
Sebenarnya Jimin juga menyukai hewan, bahkan dulu saat ia masih muda ia juga pernah memelihara anjing namun anjing itu sudah meninggal sejak 10 tahun yang lalu akibat sakit. Dengan pertimbangan sebab saat ini Jimin hanya tinggal bersama Jian ia berpikir akan kerepotan jika harus merawat anak anjing juga. Sehingga ia harus menolak permintaan Jian kali ini dengan secara halus.
"Kemari, ayo segera masuk ke mobil dan pergi ke rumah nenek." kata Jimin sambil mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Jian.
Di sepanjang perjalanannya ke Busan, Jian mengisi kesunyian di dalam mobil dengan bernyanyi lagu anak-anak sesuai dengan lagu yang di putar oleh Jimin. Jimin bahkan sesekali ikut bernyanyi bersama gadis kecilnya. Jika lelah bernyanyi Jian akan berhenti sejenak sambil melihat pemandangan di luar mobil. Ia juga kerap menunjuk beberapa hal yang menarik baginya. Seperti saat melihat bus tayo hingga mobil pemadam kebakaran.
"Ayah apakah masih jauh? Jian sudah mengantuk." tanya Jian sambil mengucek matanya yang terasa lelah dan ingin diistirahatkan.
"Sebentar lagi akan sampai. Tidurlah. Nanti kalau sudah sampai di rumah nenek, Ayah akan membangunkan Jian." jawab Jimin sambil melihat Jian di kursi penumpang bagian belakang dengan spion tengah mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Girl - [PARK JIMIN]
FanfictionJudul : Daddy's Little Girl Sinopsis : Menceritakan bagaimana Park Jimin mengasuh anak perempuannya setelah kepergian sang istri. Menjadi single parent dengan memiliki peran ganda sebagai Ayah maupun Ibu bagi Park Jian. Happy reading guys, Keep vot...