[02] - Morning Routines

1.3K 148 209
                                    

07.00 A.M

Tangan Jimin yang mulai terbiasa dengan alat-alat dapur kini sedang menyiapkan sarapan untuk Jian. Bertemankan alunan musik yang berasal dari ponselnya, Jimin sesekali bersenandung pelan saat sedang memotong beberapa bahan masakannya. Park Jimin memang tidak terlalu pandai memasak, namun setidaknya Jimin masih bisa menyajikan makanan yang layak baginya dan juga gadis kecilnya.

Semenjak kepergian istrinya ketika melahirkan Jian, Jimin dituntut sebisa mungkin menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi Jian. Ia harus tetap profesional melakukan pekerjaannya di kantor, diimbangi dengan menyelesaikan tugas rumah serta yang paling penting adalah mengasuh Jian. Memang sulit, tapi Jimin akan berusaha yang terbaik untuk anaknya. 

Jimin tengah memasak soegagi muguk untuk Jian. Jian sangat menyukai daging sapi selain itu hidangan ini juga cukup tepat untuk disantap pada cuaca yang dingin di pagi ini. Sambil menunggu kuah sup mendidih, Jimin mulai mengecek ponselnya. Jimin sedang berbalas pesan dengan ibunya. Ibunya mengatakan bahwa mereka merindukan Jian, dan ingin bertemu dengan Jian. Belum sempat membalas pesan dari ibunya, Jimin dikejutkan oleh suara tangis yang berasal dari kamar. 

"Ayah," panggil Jian dengan suara puraunya dengan diselingi tangisan kecil.

Setelah mematikan kompor dan memastikan sup yang ia buat sudah jadi, Jimin segera berjalan menuju kamar. Menghampiri Jian dan mengajaknya untuk sarapan. Sesampainya di kamar, dilihatnya Jian sudah dalam posisi duduk dengan rambut yang sedikit berantakan. Melihat Ayahnya di ambang pintu, Jian segera memanggil Ayahnya sekali lagi. Tangannya terulur memberikan kode untuk digendong oleh Jimin.

"Kenapa Ayah lama sekali?" tanya Jian yang kini sudah ada dipelukan Ayahnya.

"Ayah sedang memasak tadi. Maaf ya kalau Ayah terlalu lama." kata Jimin menjelaskan. Tangannya sibuk mengusap kepala Jian dan sesekali Jimin juga memberikan kecupan pada kepala Jian.

"Jian haus," adu Jian.

"Oke, kita segera ke dapur ya. Sekaligus Jian sarapan bersama Ayah."

.

"Jal meokgessseumnida~" kata Jian dengan semangat setelah melihat menu sarapan pagi ini. 

Jimin menanggapinya dengan singkat. Jimin pun kemudian ikut  menyantap hidangannya. Sesekali Jimin juga memperhatikan Jian yang dengan lahap menghabiskan sarapannya.

"Masakan Ayah adalah yang terbaik." puji Jian dengan bertingkah lucu karena merasa senang dengan makanan hari ini. 

Setelah selesai makan, Jian meminta bantuan Ayahnya untuk turun dari kursi balitanya. Dengan kaki kecilnya, Jian segera berlari menuju ke pada teepee tent miliknya yang diletakkan dekat jendela di ruang tengah. Sambil menunggu Ayahnya menyuci piring kotor dan membereskan dapur, Jian bermain dengan bonekanya. Sesekali Jian mengajak bonekanya untuk mengobrol hingga berpura-pura untuk pesta minum teh. 

Jimin yang sudah selesai membersihkan dapur, kini tengah duduk di depan teepee tent untuk menemani Jian bermain. Masih ada 1 jam lagi sebelum ia harus  bekerja. Meskipun Jimin melakukan pekerjaannya di rumah, namun Jimin berusaha tepat waktu. Beruntung karna Jimin bekerja di perusahaan Ayahnya, dengan menggunakan kekuasaan Ayahnya Jimin mendapatkan kelonggaran ini. Hal ini sebenarnya tidak baik untuk dilakukan, namun Jimin mencoba menjelaskan pada Ayahnya bahwa ia ingin tetap mengawasi tumbuh kembang Jian. Sehingga dengan alasan itu akhirnya Tuan Park menyetujui keputusan Jimin dengan syarat Jimin harus tetap profesional menyelesaikan tugasnya. Hanya beberapa kali saja Jimin akan pergi ke kantor, jika memang ada urusan yang begitu penting. 

"Jian bermain dengan bonekanya nanti lagi ya, sekarang Jian mandi dulu." kata Jimin mengintrupsi aktivitas Jian saat ini. Jimin tahu Jian sangat tidak suka mandi. Biasanya Jian akan berlari mengelilingi rumah untuk menghindari Ayahnya agar tidak dimandikan. Namun dengan sabar Jimin selalu pandai membujuk Jian.

Tanpa pikir panjang Jian menggeleng cepat menolak permintaan Ayahnya.

"Ayah saja yang mandi, Jian masih belum bau badan. Jadi mandinya nanti saja," bela Jian yang merasa tidak memerlukan mandi.

"Mandi tidak hanya karna bau badan Jian. Mandi  juga bisa membersihkan kuman yang ada di tubuh Jian. Nanti kalau tubuh Jian kotor banyak kumannya dan Jian jadi sakit, nanti tidak bisa bermain dengan Pororo." kata Jimin mempersuasi Jian.

Setelah memikirkan yang dikatakan Ayahnya, Jian akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan Jimin. Dengan patuh Jian menuju ke kamar mandi diikuti oleh Jimin di belakangnya. 

"Jian tunggu sebentar ya, Ayah akan mengisi bathtub nya dengan air hangat dulu." kata Jimin dan diberikan anggukan pelan oleh Jian. 

Sambil menunggu bathtub yang terisi oleh air, Jimin kemudian membantu Jian untuk melepas pakaiannya. 

Tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya 15 menit Jian sudah selesai mandi dan saat ini tengah memakai dress dibawah lutut dengan warna kuning cerah. Jian tampak menggemaskan. Jimin dengan telaten mengeringkan rambut Jian dengan hair dryer. 

"Ayah ingin dikuncir dua ya," usul Jian untuk penampilannya hari ini.

Jimin hanya mengangguk, tangannya masih sibuk menyisir rambut halus gadis kecilnya. 

"Nah sudah selesai." kata Jimin setelah selesai mengikat rambut Jian. "Ayah akan mandi dulu. Jian bermain sendiri dulu ya?" tanya Jimin dan segera diberikan anggukan dari si kecil.

Setelah memastikan Jian berada di posisi yang aman untuk bermain, Jimin segera melakukan rutinitas paginya sebelum bekerja. 

.

Bersambung..

.

Happy Anniversary BTS! Tak terasa sudah 7 tahun BTS menyalurkan emosi positifnya ke kita ya guys baik itu melalui lagu atau segala prestasi yang mereka capai. Mau tanya dong kalian mulai jadi ARMY sejak kapan guys? Dan ada nggak sih harapan kalian ke depannya buat BTS? Komen ya hehe

Oh iya sebenarnya aku mau jadwalin update tiap malem kamis, tapi karena kemarin ada tugas kuliah yang nggak bisa aku tunda akhirnya cerita ini deh yang aku tunda. Maaf yaa, selamat menikmati cerita yang ku buat reader-nim. :)

Happy reading guys :)
Keep vote and comment!
Sorry for typo~

-13 Juni 2020-

Daddy's Little Girl - [PARK JIMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang