4. Ide Part 2

20 1 0
                                    

6. Human is Visual Creature

Pernah nggak kamu lihat presentasi tapi isinya hanya tulisan? Bosen nggak? Pasti bosen! Tapi bagaimana kalau presentasi didampingi dengan gambar? Pasti isinya langsung masuk ke kepala.

Nah itu tugasnya, menciptakan visual di kepala pembaca dengan rangkaian kata. Bagaimana caranya? Deskripsi! Ya, deskripsi. Kalimat deskripsi itu penting, tapi jangan terlalu banyak juga. Jadi, seimbangkan antara deskripsi dan dialog.

Misal nih, latar ceritamu ada di Bali. Sedang di daerah wisata Garuda Wisnu Kencana. Kamu harus deskripsi gimana keadaan GWK.

Contoh:

Aku melangkah turun bersama tiga temanku keluar bus. Jauh di atas sana patung GWK terlihat. Tinggi dan gagah perkasa.

"Anak-anak baris sini, ambil tiketnya!"  Terdengar teriakan tour guide dari arah gerbang masuk.

Tour guide atau pemandu wisata. Di Bali kami memanggilnya bli atau dalam bahasa jawa mas.

Kami ber-empat segera berbaris di rombongan dengan rapi. Rombongan kami ada tujuh bus, semua angkatan kelas XI.

"Lama banget," ucap Faza—temanku.

"Ya sabar! Kita tuh ada tiga ratus lima puluh orang," jawabku melirik Faza.

"Tapi Lail, ini tuh panas banget!" sahut Nely.

"Ya jelas panas lah, lha wong siang bolong gini! Nikmati aja!" jawabku.

"Iya deh."

Beberapa menit kemudian kami pun mendapat giliran. "Jangan sampai hilang tiketnya!" ucap bli Putu.

"Siap bli!" Aku segera masuk dan menaiki anak tangga. Aku mengamati tiketnya. Tiketnya persegi dengan kode QR dan menggunakan dua bahasa, Inggris dan Indonesia.

"Akhirnya," ucap Mita.

"Kalau gini dari tadi kan enak, adem," sahut Faza.

Setelah masuk, terik matahari tak menyengat lagi. Sepanjang jalan ada atapnya dan jangan lupakan pohon-pohon besar yang menghalangi sinar matahari.

Jalan menuju GWK berbelok-belok dan naik turun. Banyak turis asing yang berseliweran.

"Ya Allah, jauh banget. Capek hamba!" ucapku.

"Istirahat dulu! Capek aku," ucap Mita. Kami pun duduk di tepi jalan.

Dirasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan.

"Semangat!" teriak Nely.

Kami melanjutkan sisa perjalanan diiringi candaan.

Sampailah kami di pintu masuk kawasan GWK. Aku kembali berbaris. Satu-persatu kami masuk dengan menempelkan tiket ke scanner.

Aku menapakkan kaki di area wisata. "Masyaallah luas banget." Ku tatap sekeliling GWK.

"Itu patungnya tinggi banget!" ucap Faza.

"Ayo ke sana!" ajak Mita. Kami pun berlari dengan tertawa ria.

Kawasan GWK ini berupa lapangan luas dan di kelilingi tebing kapur. Banyak sekali spot foto yang keren. Di tengah lapangan ada penari. Banyak rombongan kami yang ikut menari di belakangnya. Indah sekali.

Tapi kami lain dari pada yang lain. Anak-anak yang lain sibuk dengan kamera dan tarian, kami malah sibuk berkeliling dari ujung ke ujung. Melewati celah-celah tebing.

"Lail, lihat itu! Keren banget." Tunjuk Mita ke arah patung GWK. Dari tempat berbeda GWK akan terlihat berbeda pula.

"Nggak ada niatan ke sana nih?" Tunjukku ke arah patung GWK.

"Ayok ke sana!" Kami berlari lagi. Ya inilah kami, suka berisik kalau kumpul.

Nah begitu contohnya.

Tapi kan min, aku nggak pernah ke sana? Tuh google fungsinya apa? Riset dong!

7. Observe

Jadilah pengamat yang baik, ingat pengamat bukan penguntit. Jika kamu mengamati susana sekitar bisa kamu tuangin ke cerita.

Gini, ternyata temenmu 15 menit sekali ngupil. Eh, ternyata ibu kost yang super galak penyayang kucing.

Amatilah hal-hal kecil, seperti cara orang-orang berjalan, bagaimana bau setiap orang, bagaimana caranya doi makan, amatilah semuanya.

Emang sih kesannya nggak penting, tapi ini tuh bisa menghidupkan karakter di cerita kamu.

Motivasi dan Inspirasi KompeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang