part 18

1 0 0
                                    

Hari ini pelajaran berakhir, siswa kelas 12 yang bukan anggota Bantara dipersilahkan untuk pulang dan sisanya yang merupakan anggota bantara dipersilahkan untuk istirahat selama lima belas menit untuk makan dan mempersiapkan materi untuk nanti.

Nindia memutuskan tidak makan mengingat baru istirahat tadi  ia makan dengan ditemani Adhe. Nindia memutuskan memakai perlengkapan selaku bantara. Tak lupa ia juga mengambil peluit Morse yang ia bawa dari rumah. Setelah itu ia berkumpul didepan ruang guru yang berhadapan langsung dengan lapangan. Disana sudah ada Sintya, lucky dan Maesa yang menunggunya untuk pembagian tugas.

"Jadi hari ini rencananya gimana?" Tanya Nindia saat sudah ada didepan ketiga partner-nya itu.

"Jadi materinya kan smapur dan morse. Rencana gue sih untuk satuan putra kita kasih materi morse sedangkan putri kita kasih materi smapur. Itupun kalau kalian setuju." Usul Maesa memberikan ide untuk pembagian meteri kali ini.

"Tapi sa kalau diputra kita kasih morse, untuk bantara putra banyak yang kesulitan dalam materi morse." Lucky menolak ide Maesa.

Memang banyak bantara yang kesulitan dalam materi morse. Tidak hanya pada satuan putra, satuan putri pun banyak yang kesulitan.

Sintya sangat tidak terima jika materi morse diberikan di satuan putri. Baginya posisi bantara putra sama kesulitannya dengan bantara putri.

"Mending gini aja. Gue setuju usulnya Maesa untuk pembagian materinya. Gue liat juga dalam satuan putra untuk menerangkan materi dan teori morse mereka bisa hanya saja kesuliyan dalam memberikan contoh." Nindia menarik nafas sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.

"Gue pikir pikir kalau morse kita kasih praktek barengan bakalan bingung karena lokasinya kan dikelas jadi bakalan kedengeran berantakan bunyi morsenya. Mending untuk yang ngasih test keliling itu kita berempat yang keliling." Jelas Nindia lagi.

Bagi mereka Nindia adalah orang yang paling bisa menyikapi masalah dari berbagai sudut pandang. Jadi tidak heran jika keputusan Nindia adalah keputusan yang ditunggu dan paling bijak.

"Lah gue sama lucky gak bisa morse Nindia dan kita juga gak bawa alatnya. Gue sama lucky bawa bendera smapur aja." Kata Sintya yang diangguki oleh Lucky.

"Gue mah santai. Gue dah bawa morse." Ucap Maesa mengejek sintya dan Lucky.

"Udah jam. Sa lo kumpulin anak anak sama bantara. Lo jelasin dah yang tadi langsung. Lo tetep di morse sama gue. Sedangkan Sintya sama Lucky di smapur karena alat alat kita terbatas." Jelas Nindia dan langsung dilaksanakan oleh mereka semua.

Nindia tengah mengawasi barisan satuan putri dan didampingi oleh pembina ekstra pramuka. Sesekali Nindia menegur siswa yang tidak mendengarkan arahan. Saat seperti ini sikap pemimpin Nindia akan sangat terlihat. Bahkan tidak akan ada yang berani macam macam.

Setelah siswa dibubarkan dan dipersilahkan untuk masuk ke ruangan yang telah di bagi. Nindia langsung masuk kebarisan bantara untuk mendengarkan beberapa arah dan target pencapaian hari ini dari pembina.

Semua Bantara langsung di bubarkan dan masuk ke ruangan yang menjadi kecuali Nindia dan ketiga temannya yang ditugaskan memberikan test ke masing masing ruangan. Mereka langsung menyiapkan soal yang akan mereka berikan dalam bentuk morse dan smapur.

"Sa jangan mencar yuk. Mending kita masuk kekelas itu berdua terus kita giliran ngasih soalnya. Gue malu kalau sendiri." Ajak Nindia kepada Maesa. Maesa hanya mengiyakan saya ajakan Nindia tersebut.

"Udah 15 menit. Mulai keliling dah kalian." Ucap pembina pramuka tersebut.

Mereka berempat pun langsung berjalan ke kelas yang akan mereka uji. Nindia dan Maesa sesekali berbincang mengenai materi pramuka yang mereka pahami. Nindia dan Maesa memang sangat dekat sebagai partner kerja. Mereka sering diposisikan sebagai ketua dan wakil. Seperti dalam PMR Nindia sebagai ketua sedangkan Maesa sebagai wakilnya.

60 Hari DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang