part 20

1 0 0
                                    

Hari kembali dimulai. Akan ada kembali masalah untuk diselesaikan dan akan ada sesuatu yang harus kembali diperjuangkan. Sang Surya baru saja kembali setelah menyinari belahan bumi lain memberikan sinar merah yang indah.

Nindia saat ini tengah menatap sinar matahari pagi dengan dibalut seragam sekolah lengkap. Apa lagi yang harus ku hadapi pagi ini? Rasanya setiap pagi selalu itu yang iya tanyakan. Beberapa menit menikmati sang fajar, gadis itu harus menghentikannya untuk melanjutkan aktivitasnya yaitu kembali ke sekolah. Ingin rasanya ia izin sehari saja untuk tidak sekolah. Apa lagi hari ini hari senin. Hari yang paling tidak disukai oleh siswa.

Akhirnya Nindia memutuskan berangkat ke sekolah. Ia mengendarai sepeda dengan pelan. Masih terlalu dingin jika mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya Nindia sampai dengan selamat ke sekolah.

"Pagi kakak." Sapa salah satu adik kelas yang dibalas dengan anggukan singkat oleh Nindia.

Dikelas sudah banyak siswa yang hadir. Nindia hanya masuk untuk menaruh tasnya dan langsung pergi keluar untuk melihat proses pembersihan. Menunggu beberapa menit, kini Cia telah berdiri disampingnya dengan senyum manisnya.

"Pagi Nindia. Senyum dong." Sapa Cia dan menyuruh Nindia untuk tersenyum.

Nindia hanya tersenyum kecil lalu kembali memperlihatkan wajah datarnya. Cia yang melihat itu hanya geleng geleng kepala. Ia berfikir apa Nindia tidak lelah dengan wajah datarnya itu. Dia saja yang melihatnya lelah.

"Lo udah sarapan? Hari ini upacara. Gue gak mau ya lo pingsang." Kata Nindia memperingati Cia.

Sedatar datarnya Nindia ia akan selalu perhatian kepada Cia. Cia sudah ia anggap saudara, Nindia tidak mau sampau cia kenapa kenapa.

"Udah kok semoga aja gak pingsan." Jawab cia sambari tersenyum lebar.

"Hari ini gue tugas di UKS." Ucap Nindia lagi. Cia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Upacara dimulai semua siswa berbaris di lapangan. Nindia bersiap di UKS bersama beberapa anggota PMR untuk menangani siswa yang pingsan. Segala obat untuk pertolongan pertama telah ia siapkan. Harapannya hanya satu semoga UKS tidak penuh.

Upacara mulai berlangsung, memasuki pengibaran bendera mulai banyak siswa yang pingsan. Petugas PMR mulai memberikan pertolongan pertama untuk siswa yang pingsan. Keringat mulai membasahi Nindia. Hingga upacara selesai. Sedikit demi sedikit siswa yang sakit kembali kekelas. Nindia langsung kekelas setelah memastikan siswa yang pingsan telah sadar. Beberapa anggota PMR yang merupakan adik kelas yang bertugas menjaga yang belum begitu sehat di UKS.

Sesampainya di mejanya. Nindia langsung mengambil air dan meminumnya. Rasa lelah dan haus sangat Ia rasakan. Begitulah resiko menjadi anggota bahkan ketua PMR.

"Capek banget gue." Keluh Nindia saat rasa lelahnya mulai berkurang.

"Elo sih disuruh jadi ketua gini mau disuruh ikut gitu mau ya itu resikonya." Jawab Cezza sambil mengeluarkan buku pelajaran hari ini.

"Ya kan gue cuman gak mau mengecewakan guru guru." Nindia mulai mengeluarkan buku pelajarannya juga.

"Jangan sampai lo sakit aja." Jawab Cezza.

Pembelajaran dimulai Nindia mulai mengikutinya dengan serius. Jam pertama ini merupakan salah satu mata pelajaran yang lumayan ia kuasai yaitu bahasa Indonesia. Jadi Nindia akan sangat menikmatinya. Cezza yang berada disampingnya terlihat mulai bosan. Materi hari ini adalah musikalisasi puisi. Hingga guru Bahasa Indonesia menunjuk Nindia, Cezza, Sinta dan Cia untuk memperaktekan musikalisasi puisi. Nindia yang memang sudah memiliki puisi untuk dinyanyikan akhirnya mengusulkan itu untuk mereka tampilkan. Sambari menunggu Marta mengambil gitar di ruang musik Nindia dan yang lain sibuk menghafalkan lagunya. Nindia mendapat tugas membacakan puisinya.

60 Hari DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang