Bunga-Bunga Cinta

23 5 0
                                    

Cerminan jodoh adalah dia yang saat kamu melihatnya, hatimu merasakan kenyamanan saat bersamanya.

______

Diperjalanan, tidak ada obrolan yang tercipta. Hanya sesekali Alwa angkat bicara untuk memberitahu arah jalan. Diantara mereka malah terjadi kecanggungan. Entah Alwa yang tak ingin mengobrol atau Abri yang tak mencari topik obrolan. Keduanya adalah paket komplit dari kutub. Sama-sama dingin, sama-sama irit bicara.

Sampai rumah, Abri langsung membukakan pintu untuk Alwa. Bukannya langsung pergi, Abri malah menetap disamping mobilnya, dihadapan Alwa yang masih menunduk.

"Terima kasih." Ucap Alwa kemudian.

"Hmm. Saya Abri, kamu?" Ucap Abri berkenalan.

Alwa mendongak. Tak percaya Abri akan mengajaknya berkenalan.

"Bukannya udah tahu ya?" Ucap Alwa bingung.

"Hmm, tapi belum secara resmi." Ucap Abri.

"Aku Alwa. Maaf sudah merepotkan." Jawab Alwa tersenyum tipis.

"Tidak apa." Jawab Abri.

Hening. Mereka tidak tahu harus mengobrol apa. Ya, canggung itu masih ada.

"Kalau begitu, saya pamit pulang." Ucap Abri langsung beranjak ke mobilnya. Sementara Alwa hanya menatapnya saja.

"Maaf sebelumnya, kamu dan suamimu sangat serasi. Langgeng untuk pernikahan muda kalian." Ucap Abri sebelum benar-benar pergi menyisakan Alwa yang bingung sendiri.

"Serasi? Pernikahan muda? Maksudnya nikah muda? Lalu, suamiku?" Monolog Alwa bingung. Ia langsung beranjak masuk ke rumah.

Sampai kamar, langsung membersihkan tubuhnya. Setelahnya berbaring untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kejadian hari ini sungguh benar-benar tak terduga. Dimulai dari Abinya yang menelpon tiba-tiba mengabari bahwa Masnya kecelakaan. Lalu pertemuan tak sengaja dirinya dengan sosok Pilot tampan yang beberapa kali Ia temui. Yang juga merupakan si penolong Masnya. Itu semua benar-benar mengejutkan.

Bicara soal Masnya, Alwa baru mengerti. Bahwa Abri sebenarnya telah salah paham karena berpikir Alwa telah menikah muda. Dan suaminya adalah Wahid, Masnya itu. Haha, Alwa benar-benar tertawa geli. Bagaimana bisa Abri berpikiran seperti itu. Biarlah, biar Abri berspekulasi dengan pikirannya sendiri untuk saat ini. Jika nanti lain waktu mereka bertemu, Alwa akan menjelaskan tentang dirinya dan Masnya yang membuat Abri salah paham.

🌹

Abri baru saja keluar dari mobil saat tiba-tiba saja seseorang yang Ia kenali sudah ada didepan rumahnya. Entah sejak kapan Ia disana.

"Abri, aku mau jelasin ke kamu." Ucap Devira.

Abri tidak menjawab, namun Ia langsung melangkah duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. Devira yang tahu jika Abri memberinya kesempatan, langsung duduk disampingnya.

"Aku bener-bener minta maaf. Aku nggak bermaksud ngekhianatin kamu. Kamu tahu sendiri kan, kamu itu jarang sama-sama aku. Kita mungkin ketemu sebulan cuma 3 atau 4 kali." Ucap Devira.

"Lalu?" Tanya Abri tanpa minat.

"Aku bosen. Aku juga bukan wanita yang tahan menjalin hubungan seperti ini. Kamu terlalu kaku, dan kita itu berjarak. Aku tahu ini buat kamu sakit, tapi aku bahkan lebih sakit karena setiap kemanapun aku selalu merasa iri pada pasangan lainnya diluar sana. Mereka punya kebebasan bersama, mereka selalu bermesraan, sementara aku? Aku cuma bisa nunggu kamu datangi aku. Aku cuma nunggu kamu selesai tugas. Aku nggak bisa kaya gini terus. Aku harap kamu ngerti sama posisi aku saat ini." Jelas Devira.

Jodoh Dari Masjid (Slow UpDate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang