Terkadang rasa yang datang begitu sulit untuk dikendalikan. Entah itu jatuh cinta, atau jatuh patah. Rasa cemburu pun juga kadang menyusup seenak hati. Tanpa tahu jika hati tak pernah siap untuk terbebani.
______
"Guys, udah pada tahu belum nih?" Tanya Gisel yang baru saja tiba di taman depan gedung Fakultas Ilmu Hadist.
"Apaan?" Tanya Iqlima.
"Kalian tahu kan, kalau Pak Abdullah udah resign dari Kampus. Nah, penggantinya itu katanya lulusan Cordova." Jelas Gisel.
"Udah tua atau masih muda? Masih lajang nggak? Kira-kira Dosennya ganteng nggak ya?" Celetuk Sisil yang mulai kepo segera merapat.
"Ih, Sisil! Kalau nanya satu-satu dong! Dasar kepoan!" Cibir Gisel yang kesal dengan Sisil.
"Santuy atuh!" Celetuk Sisil lagi.
"Oke, aku jelasin. Dosennya tuh masih muda, kayanya sih masih lajang. Dan poin plusnya, ganteng banget! Kaya pangeran-pangeran timur tengah. Gamisan cuuuy!" Jelas Gisel semangat.
"Gila! Gak kebayang gantengnya kaya apa tuh, Dosen baru." Celetuk Nabila.
Selain dengan Iqlima, Alwa lebih sering bersama dengan 3 temannya yang lain. Yup, Nabila, Sisil dan Gisel. Mereka berteman saat baru menjadi Maba. Hingga sampai sekarang mereka menjadi sahabat.
"Btw, tuh Dosen beneran ngajar Hadist? Bukannya jelasin hadist, ntar malah ngemodus." Celetuk Iqlima tiba-tiba.
"Beneran, aku tadi sempat lihat matkulnya kok." Jawab Gisel.
"Berarti, kamu tahu juga dong namanya, Sel?" Tanya Sisil.
"Ya pastilah. Secara kan, Gisel si tukang gosip, penggali info. Ya kali gak tahu namanya. Bukan aku banget, elah." Sela Gisel membanggakan dirinya.
"Siapa nama Dosennya, Sel? Jangan bilang nama Dosennya Paijo, atau paling banter Jio, lengkapnya Pujiono! Hahah!" Sisil mulai ngelawak guys!
"Namanya ke arab-araban banget cuy! Al-Wahid Fathir Al-Fatih. Gak kebayang gantengnya kaya apa!" Pekik Gisel girang sendiri.
Tanpa sadar, Alwa tersenyum tipis menanggapi percakapan teman-temannya. Tidak ada niatannya untuk menyembunyikan perihal kakaknya. Ia hanya ingin teman-temannya tidak mengambil kesempatan karena Dosen baru itu adalah kakaknya. Biar saja temannya yang tahu sendiri.
"Wa, kamu diem aja dari tadi, kenapa sih? Sariawan?" Tanya Iqlima yang sadar dia dari tadi diam mendengarkan.
"Hah? Enggak kok." Alwa gelagapan sendiri.
Walaupun Iqlima teman Alwa dari Aliyah, Iqlima tidak pernah dikenalkan oleh Wahid kakak Alwa. Iqlima hanya tahu, bahwa kakak Alwa memutuskan untuk Mondok di Pesantren yang ada di Kediri. Itu sebabnya, Iqlima juga tidak tahu siapa kakak Alwa sampai saat ini.
"Btw, selesai ngampus ke Gramed kuy!" Ajak Nabila.
"Kuylah!" Ucap mereka kompak. Usainya, mereka kembali ke kelas.
Selesai jam mata kuliah, keempatnya pergi ke Gramedia sesuai janji yang mereka sepakati. Sesekali refreshing atau hanya sekedar cuci mata saja.
"Aku kemaren lihat promo bukunya Bang Boy Candra. Pengen banget baca Bukunya yang Ingkar." Celetuk Nabila.
"Beli aja gih." Jawab Iqlima.
"Iya nih, aku juga mau cari yang diskonan. Biar irit, dompet udah mulai menipis, udah pertengahan bulan." Ucap Sisil kemudian.
"Anak kosan mah gitu." Celetuk Gisel.
"Irit-irit, biar akhir bulan aku gak sekarat." Guyon Sisil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Masjid (Slow UpDate)
Romance"Tempat yang paling dicintai Allah di muka bumi adalah Masjid-Masjidnya." H.R Bukhari. "Aku tidak berharap bahwa jodoh yang ku minta di Masjid, akan Allah pertemukan di Masjid pula. Namun, jika memang pertemuan itu berasal dari Masjid, aku akan sang...