Story by @QonitaLutfiah24
Seperti Planet Venus yang memiliki rotasi berbeda dengan planet lainnya, aku pun demikian. Ketika manusia lain berlomba-lomba untuk menciptakan keramaian, aku justru memilih untuk menyendiri.
Bukan tanpa alasan, menurutku p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|💜_💜|
"Aku tak pernah tau ada kehidupan diluar sana yang menyenangkan. Sebab selama ini yang kutau dunia luar itu kejam"
|💜_💜|
"Shit," geramku dengan kesal. Pasalnya tiba-tiba sebuah motor melambungku dengan kecepatan yang melewati rata-rata, bisa dikatakan hampir maksimal.
Dia pikir ini jalan hanya untuk dilaluinya? Apa dia tidak tau aturan? Bagaimana kalau tadi terjadi kecelakaan? Dan merugikanku? Dasar manusia menyebalkan.
Aku kembali memacu mobilku dengan kecepatan rendah. Lebih baik pelan asal selamat. Aku akhirnya sampai di tempat tujuanku, yakni sebuah minimarket.
Ini sudah minimarket kelima yang kudatangi untuk mencari sesuatu yang diminta kakak perempuanku. Jika bukan karena dia, aku tidak akan mau keluar dan bertemu manusia lain.
Bagiku manusia lain, kecuali kakakku adalah makhluk yang harus kuhindari. Aku tidak pernah tau, kejahatan apa yang mereka simpan. Ya begitulah, dunia memang sekejam itu.
Aku melepas sabuk pengaman yang kupakai dan keluar dari mobil. Aku memasuki minimarket tersebut dan langsung menuju rak yang terdapat barang pesanan kakakku.
Saat tanganku hampir saja menyentuh barang itu, tiba-tiba ada tangan lain yang menyentuhnya. Kualihkan pandanganku kesamping, terlihat seorang perempuan dengan seragam sekolah. Sepertinya aku pernah melihat perempuan ini.
Tak butuh waktu lama, perempuan itu juga balik menatapku, wajahnya begitu terkejut. "Altair?" tanyanya
Tungu-tunggu, "dari mana kamu tau nama saya?" aku balik bertanya.
Seketika raut perempuan itu berubah menjadi gugup. Dia memandangku dengan tatapan aneh. Tanpa menjawab pertanyaanku, dia berbalik dan meninggalkanku begitu saja.
Tak mau ambil pusing, aku mengambil susu kotak yang sempat kupegan tadi. Ya barang pesanan kakaku adalah sekotak susu coklat yang entah mengapa susah sekali untuk mendapatkannya.
Setelah mengambil beberapa kotak susu, aku bergegas menuju kasir dan membayar belanjaan milikku.
Aku yang baru saja keluar dari pintu minimarket kembali terkejut dengan perempuan itu lagi. Siapa dia sebenarnya?
"Ada apa?" tanyaku tepat sasaran.
Bukannya menjawab, dia malah memilin-milin jarinya. Kulihat raut wajahnya yang begitu gugup.