Losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey, all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
But loving him was red
Loving him was red
Red - Taylor SwiftVero terbangun dengan pakaian masih memakai seragam. Ia teringat kata-kata Anisa semalam. Sebegitu marahkah Anisa pada bunda dan dirinya setelah ia tahu bahwa dia bukan anak kandung bunda,
"Kurang ajar lo kak!!" Kata-kata Anisa barusan membuat Vero ingin menampar pipi kanan Anisa. Tapi ia tak sampai hati ingin melakukan itu.
"Kenapa berhenti?"
"Tampar gue kalo lo mau.""Kak gue tau lo bukan anak kandung bunda tapi kita ini sama-sama anak bunda. Bunda sayang sama kita berdua karena kita kesayangan bunda."
"Gue gak akan jadi anak kesayangan bunda. Dan gak akan pernah. KARENA GUE BUKAN ANAK KANDUNGNYA!!!"
Tiba-tiba bunyi alarm berbunyi dengan keras. Alarm menunjukan pukul 6.40. Sial, batin Vero. Hari ini dia tak boleh terlambat karena jam pertama adalah mata pelajaran kimia dimana guru yang mengajar adalah Bu Desi, bukan Pak Bayu tentunya lebih killer dari Pak Bayu.
Bu Desi adalah orang tak toleran terhadap siswa yang terlambat dia paling benci jika hal itu dilanggar. Jika ada yang melanggar sudah pasti hukuman yang diberikan adalah pulang ke rumah artinya dia absen alasan A untuk hari itu juga. Vero bergegas ke kamar mandi. Dia pun melewatkan jam sarapan.
***
Elang dan Rifki melihat situasi di luar kelas. Mereka menunggu kedatangan Vero. Tak biasa-biasanya Vero terlambat ke sekolah terutama hari Kamis."Btw Vero ke mana ya Lang??"
"Tau tuh biasanya kan kalo Kamis selalu on time ya gak."
Elang menutup pintu kelas itu berarti tanda Bu Desi akan segera masuk kelas."Gaes gaess ada Bu Desi otw depan kelas XII Ips 4."
Seruan Rifki membuat kebiasaan dalam kelas yang ramai menjadi hening dan tertata rapi."Selamat pagi."
"Selamat pagi buuuu."
"Satu...dua...tiga.... kok cuma 33 siswa dan yang gak ada cuma
..... cuma Vero. Kemana dia??"Siswa saling memandang satu sama lain. Mereka tak tahu keberadaan Vero jika salah satu siswa absen biasanya ada surat atau mengabari lewat media telepon ke guru piket, begitupun dengan Elang dan Rifki. Keduanya belum menerima pesan dari Vero sejak semalam.
"He ssstt gimana bro? Tanya Rifki dengan suara pelan.
Elang hanya menggelengkan kepala."Udah bu, Vero diabsen A aja. Kayaknya Vero terlambat bu des."
"Eh jangan seudzhon lo. Sama temen sendiri kek gitu."
"Habis lo tau dia lagi dimana??" Tanya Metha dengan tatapan tajam.
"Metha benar, kamu tahu dimana Vero sekarang??"
Rifki terdiam, dia tak tahu juga Vero dimana. Pembelajaran kelas tetap berlanjut tanpa Vero.
Yah gerbangnya udah ketutup lagi, Vero tak kehabisan akal dia masuk melewati pintu kecil di sebelah gerbang. Dia masuk dengan mengendap-endap supaya bapak satpam tidak melihat dirinya. Tap tap tap
"Kak Vero!!" Panggilan dari gadis tersebut membuat kaget Vero. Vero mengenalinya, tampak tak asing bagi Vero tapi dia lupa nama gadis itu. Vero tak memghiraukan panggilan dari gadis itu ia tetap berjalan dan melihat situasi sekitar,
"Kak Vero kok gak dihukum sih."
"Kakak kan terlambat juga." Kata gadis itu sambil mengikuti langkah kaki Vero.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Real As You and Me
Teen Fiction"Asal lo tau orang yang paling hebat untuk memendam, paling takut untuk bilang itu gue..." ~ Vero Misi Vero menjadikan Ve sebagai pacar palsu selama 60 hari malah membuat perasaan cinta menjadi sesungguhnya. Mereka terikat dengan perasaan masing-ma...