Part 3 : Kesayangan Bunda

10 2 0
                                    

Vero berdiri sambil memandang suasana kota dari atas apartemen bersama keempat sahabatnya. Kebiasaan mereka berlima setiap menjelang malam memang menghabiskan waktu di atas sana setiap minggu ataupun hari, bahkan sepulang sekolah mereka pasti berkumpul di balkon.

Entah mereka sekedar bincang-bincang seputar sekolah, membicarakan sikap Salsa yang masih hangat pada Vero walau Vero sudah memutuskan hubungan mereka karena Salsa kepergok jalan dengan cowok lain, atau rencana berlibur mereka selanjutnya.

Apartemen milik keluarga Rifki memang masih digunakan untuk tempat kost anak-anak kuliahan. Hanya saja Rifki meminta bokapnya untuk tidak menyewakan apartemen paling atas karena Rifki ingin tempat itu dijadikan basecamp bersama sahabatnya.

"Bro nggak nyangka ya, bentar lagi kita gak bakal bisa kumpul kayak gini-gini lagi." Ucap Putra

"Ya iya juga sih." Tambah Rifki sembari menggejreng gitar kesayangan miliknya.

"Trus rencana lo pada mau kuliah dimana,??" Tanya Vero

"Gue pengennya sih bisa kuliah bareng Amanda aja dah cukup." Timpal Alan.

"Dasar cowok bucin, hari gini masih aja bucin." Ejek Rifki.

"Bucin-bucin gini penting gak jomblo dong kayak yang punya apartemen nih." Bela Alan sambil cengengesan.

"Eh gue bukan jomblo tapi single." Bela Rifki lagi.

"Sama aja bro." Tambah Elang berkata di dekat telinga Rifki

Rifki hanya bisa menerima ejekan dari Alan dan Elang. Sambil terus memetik gitar.

"Kalo gue cari kuliah yang deket sama sodara gue yang lagi di Bali sih biar bisa numpang hidup. Ya gak ha.. haha..ha." Ucap Rifki dengan ketawa karena jawabannya sendiri.

"Bisa aja lo kutu babi." Timpal Putra

"Ye babi mana punya kutu. Punya bulu aja gak ada. Wkwkwkw ha...hahaha..ha." Timpal Rifki lagi

"Kalo Putra mah gak usah ditanya lagi pasti bakal gantiin bokapnya buat jalanin usaha restoran padang." Kata Alan

"Ya tuh lo tau. Makanya walaupun nanti nilau ujian gue jelek. Gak papalah. Penting bisa ngitung duit...". Kata Putra semangat

Alan, Rifki cuma bisa ketawa tanpa henti. Sedangkan Elang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena tingkah laku para sahabat-sahabatnya itu.

Bagaimana tidak Putra memang dari dulu tak pernah absen dari rangking terakhir di sekolahnya. Bahkan jangankan bawa buku ke sekolah, tas sekolah saja dia tak pernah membawa.

Hampir semua buku-bukunya diletakkan di loker mejanya dan sebagaian ditaruh di loker sekolah. Sedangkan pulpen atau alat sekolah lain ia titipkan pada teman perempuannya.
"Terserah lo Put. Hahaha..haha." Tambah Elang

"Kalo lo Lang?" Tanya Rifki

"Gue kayaknya sih kuliah di sini-sini aja. Males kalo jauh. Kalo seandainya SMA kita punya universitas swasta."
"Gue bakal kuliah di situ." Kata Elang.

Mereka tertawa lepas. Ada saja tingkah dan lelucon mereka. Mereka berlima bisa kenal satu sama lain. Karena mereka sama-sama satu kelas.

Vero, Rifki dan Elang di kelas XII Ipa 2, sedangkan Alan dan Putra berada di kelas XII Ipa 3. Mereka juga satu ekstra di ekstra IT dan bola voli kecuali Rifki yang tak ikut ekstra bola voli karena ia punya pengalaman buruk tentang bola voli.

"Kalo elo sendiri Ver??" Pertanyaan Elang membuat Rifki dengan Vero. Dengan saran dari Rifki, Vero rasa tak ada salahnya jika ia menceritakan perihal masalahnya.

As Real As You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang