Andra masih berbaring di atas ranjang tanpa terlelap sejak tadi. Entah hal apa yang membuat hatinya tidak tenang. Setelah melihat Agatha yang keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri, lalu turun ke bawah, tiba-tiba saja Andra mengalami pergulatan batin.
Ia berusaha untuk memperkokoh benteng pertahanan yang sudah dibangunnya. Matanya menatap langit-langit kamar berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukannya itu adalah sesuatu yang sangat benar.
Andra mencoba untuk mengalihkan pikirannya. Ia meraih ponsel yang sejak tadi belum disentuhnya.
Mungkin dengan berkirim pesan dengan Anatha bisa menghilangkan sedikit penatnya.
Kening Andra berkerut begitu melihat satu pesan baru yang sudah terbuka padahal jelas-jelas bukan dia yang melakukannya. Siapa yang lancang membaca pesan Anatha?
My lovely : Aku baru periksa kandungan lho.
Andra belum melihat kalimat itu sebelumnya.
Decitan pintu yang dibuka hati-hati membuat Andra menoleh. Agatha menahan napasnya saat mendapati sang suami yang rupanya belum tidur. Padahal Ia sengaja menghabiskan waktu di lantai bawah dengan menonton televisi agar intensitas pertemuannya dengan Andra malam ini sedikit berkurang paling tidak sampai lelaki itu terlelap.
Dan lagi, Agatha butuh waktu untuk kembali membangun reruntuhan hatinya yang baru saja dirubuhkan secara paksa.
Agatha masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Lagi, ia berharap lelaki itu sudah menutup matanya.
Namun setelah Ia menghabiskan waktu hampir lima menit di kamar mandi, Andra masih saja belum terpejam.
Bahkan Agatha bisa merasakan kalau lelaki itu seperti menelanjanginya melalui tatapan ketika Ia mengambil selimut.
Agatha menggelar selimut miliknya yang Ia bawa dari rumah. Selimut kesayangannya akan menjadi saksi betapa kejamnya Andra yang sampai saat ini masih acuh, membiarkan Istrinya tidur di atas lantai yang sangat dingin.
Agatha berbaring miring. Dan air mata yang sejak tadi Ia tahan akhirnya menunjukkan jati dirinya. Mengalir deras tanpa bisa membuat Agatha sedikit bernapas lega. Sesak itu masih begitu terasa. Interaksi mereka, kalimat-kalimat yang Anatha dan Andra ucapkan di dalam pesan itu masih terekam jelas dalam ingatannya.
Andra meletakkan ponselnya. Ia memilih untuk berhenti memikirkan sosok yang lancang membuka-buka ponselnya. Melihat Agatha di sana, Ia merasa--- entahlah. Lega bercampur dengan kesal. Tetapi Andra tidak tahu penyebabnya.
Mereka masih nyaman dalam diam tanpa ada yang menutup mata. Sama-sama menikmati heningnya malam, dan dinginnya udara.
Andra meletakkan sebelah lengannya di atas kedua matanya yang sangat sulit dipejamkan.
Kalimat-kalimat yang tadi sempat Ia lontarkan sebagai tombak agar Agatha merasa kesakitan tiba-tiba saja memenuhi otaknya. Ia sudah merasa tepat untuk melakukan itu. Namun salah satu sudut hatinya berkata lain.
"Kamu udah mandi. Enggak perlu tidur di bawah,"
Andra yakin Agatha mendengarnya, kalau perempuan itu belum tidur. Karena Andra mengatakannya dengan lugas walaupun terdengar pelan.
Sementara Agatha yang tentunya masih terjaga memilih untuk terus berada dalam kepura-puraannya. Tidur bersama orang yang telah menghancurkan separuh jiwanya beberapa saat lalu rasanya kurang nyaman untuk Agatha. Dan lagi, untuk apa Andra terlalu memikirkan dia yang katanya -perempuan murahan- ini. Seharusnya dia jijik. Seharusnya dia tidak lagi mengeluarkan suaranya di depan Agatha yang menjijikan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agandra
Fiksi PenggemarSampai kapanpun tamu tidak bisa menjadi tuan rumah. Anggap saja begitu dalam memperlakukan hati. Agatha berperan sebagai tamu sementara tuan rumahnya adalah Andra dan Anatha. Agatha dan Anatha, Dua gadis kembar yang masa kecilnya diperlakukan adil...