•Bagian Satu•

30 4 2
                                    

Minta doanya aja. Vote belakangan.
Sip?
***

Iqbal menyadarkan punggungnya pada dinding hijau menemani Pak Sam, selaku satpam sekolah yang berjaga. Karena Iqbal tahu, Pak Sam nudah dikelabui sebagai satpam oleh siswa yang datang terlambat.

Sebagai ketua OSIS yang bertanggung jawab, ia turut turun tangan. Mengingat kejadian tempo hari dimana anggota OSIS lainnya, tidak bertanggung jawab, dan mudah dikerjai oleh siswa yang terlambat. Entah dengan bualan manis, alasan kebohongan, maupun suap.

Iqbal yang mendengar hal tersebut, tak marah sedikitpun. Malahan, ia memaafkan hal tersebut dan melepaskan mereka. Walau tak jera sedikitpun, Iqbal memaklumi mereka.

Segala sesuatu kesalahan seseorang, harus dimaafkan. Seberat, sepanjang, selama apapun itu. Sebab, sebanyak, seluas apapun dosa manusia, pasti Tuhan maafkan. Apalagi kita yang hanya makhluknya?

Namun, ada saja yang menganggap bahwa tindakan Iqbal salah. Entah, pihak sekolah ataupun siswa lainnya. Mereka mengira, Iqbal tak tegas dengan posisinya sebagai Ketua OSIS. Bukan Iqbal jika ia menanggapinya. Yang dilakukannya, hanya diam dan menutup telinganya rapat-rapat. Sebab, mereka hanya belum mengetahui, bukan tidak mengetahui.

"Sudah setengah delapan, Mas Iqbal. Masih mau menunggu?" Tanya Pak Sam.

"Tak apa, Pak. Hari ini free class,"

"Kalo gitu, saya sarapan dulu ya, Mas," Iqbal mengangguk. Pak Sam, pergi meninggalkannya ditempat menuju warung kantin tempatnya berjumpa dengan makanan.

Iqbal mengedarkan pandangannya, sepertinya sudah tak ada lagi siswa yang akan datang. Jika ada, pasti ia akan menghukumnya langsung karena kesalahannya sudah fatal. Kelas 10 dan 11 sedang menjalankan Ulangan Harian serempak hari ini. Kecuali kelas 12 yang free class karena menjadi pengawas. Dan kegiatannya, sudah berlangsung sejak pukul 7 pagi tadi.

"Sepertinya aman," Iqbal berbalik, berniat kembali ke kelasnya.

"Pak Sam! Pak Sam! Saya bawa jandanya nih!" Seseorang datang dari kejauhan, melambai lambaikan tangannya ke gerbang sekolah, namun tak dapat jawaban.

Iqbal yang mendengarnya pun, refleks berbalik. Tatapannya jatuh pada satu gadis berseragam SMA seperti dirinya tengah melambaikan tangan kanannya.

Gadis itu terkejut melihat Iqbal ada dihadapannya dibalik gerbang dengan wajah datar. Sedetik kemudian, ia membalikkan badannya, menatap zebracross yang ia pakai untuk menyebrang tadi.

"Sial! Pak Sam jadi muda," Umpatnya menginggit bawah bibirnya.

"Ekhem!" Iqbal berdiri dihadapan gadis yang memunggunginya. Perlahan, gadis berkuncir kuda tersebut berbalik.

"Bukain gerbangnya," Ujarnya pelan. Iqbal mengerutkan keningnya.

"Untuk apa?"

Gadis itu berdecak sebal, "Biar gue bisa masuk lah! Gue mau sekolah,"

"Sekolah sudah tutup dari jam 7 pagi tadi. Sekarang sudah jam setengah delapan. Artinya, sekolah tak akan dibuka kembali kecuali jam pulang," Ujar Iqbal. Gadis dihadapannya, bersedekap dada memberi tatapan tajam..

"Gue mau sekolah! Hari ini ada ulangan harian serempak! Gue ga mau ikut susulan," Rengeknya. Iqbal menggelengkan kepalanya kuat.

"Kamu akan ikut susulan. Ulangan sudah dimulai sedari tadi. Imbalannya, kamu harus dihukum." Ujar Iqbal jelas tak bertele-tele.

"Pak Sam jangan main-main deh! Saya udah bawa jandanya nih! Anak satu doang kok, masih muda lagi. Rumahnya dikontrakan nomer--"

"Saya tidak main-main," Iqbal terlebih dahulu memotong ucapannya.

Iqbal dan Putih Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang