Haii aku kembali membawa satu part. Aku tau, pasti belum ada yang baca ya ya ya? Memang, aku gak pake feedback atau apapun itu. Kebanyakan, mereka melakukannya untuk mendapatkan vote saja, bukan pendapat cerita.
Ingat ya teman-teman, biarkan readers mencari kita, bukan kita yang mencari readers. Oke, mari bertemu Iqbal dan Putih.
Spoiler: Awal Kehidupan Putih Seniarga.
***Kembali lagi dan lagi, Iqbal termenunng sendirian dibangku taman belakang sekolah dekat dengan pohon kemuning yang berada ditengah taman. Ia menatap langit senja disana, kebetulan adanya rapat OSIS dadakan hari ini membuatnya sedikit pulang terlambat.
Pikirannya melayang kemana-mana, namun masih setia menatap langit senja yang menurutnya lebih cantik dilihat dari sini.
"Senja..." Lirihnya pelan. Tangannya mengepal menjadi satu, lalu menahan dagunya.
"Kamu cantik, tapi masih cantikan Senja punya saya," Ujar Iqbal mulai terbawa suasana angin sepoy.
"Kapan kamu memberikan kebahagiaan saya Senja? Kapan kamu menahan kebahagian itu datang pada saya? Saya sudah tak kuat..." Lirih Iqbal lagi.
"Lagi lagi kamu mengulang namanya terus menerus. Sebenarnya, kapan kebahagiaan itu Senja?" Sangat tenang, tak sadar liquid bening itu menetes begitu saja.
"Bolehkah saya menangis sekali saja? Satu tetes saja, tak lebih, untuk kamu."
"Nih,"
"Kapan kebahagiaan itu Senja?!"
Gadis itu terlonjak terkejut saat Iqbal berdiri. Ia mengamati wajah Iqbal dengan mata memerah yang sangat dekat dengannya. Putih gugup sendiri membayangkan posisi dirinya yang sangat dekat dengannya.
"Ish!" Putih mendorong bahu Iqbal agar menjauh. Ia menatap tajam pemuda itu saat dirinya kembali duduk dengan wajah datar.
"Apa apaan sih lo?! Gue kaget tau ga?! Dikasih botol minum doang aja marah marah!" Ujar Putih berdecak sebal. Ia menarik kembali air kemasan tersebut, lalu meneguknya hingga setengah botol.
"Gue minum. Kayaknya, lo gak butuh," Putih menutup botolnya, lalu mengarahkannya pada tong sampah.
"Biar saya minum sisanya," Iqbal merebut botol biru tersebut, lalu menguknya hingga habis.
"Makasih, lain kali tak perlu membawakannya," Ujar Iqbal, lalu membuang kemasan tersebut setelah meremasnya.
"Ge-er banget gue yang bawa! Itu dari Adiba, dia bilang maaf karena laporan yang kurang bagus, dia buru-buru sampe gak bisa ngasih sendiri." Ujar Putih, seraya memberi tahu titipan Kakak kelasnya tadi. Tak ada sopan santunya memanggil Adiba tanpa embel-embel Kak.
"Alasan kamu bagus, saya kagum,"
Putih berdecak sebal. "Itu memang dari Adiba! Kalo dia bukan sepupu gue, mana mau gue turutin!"
Iqbal mengerutkan keningnya, "Sepupu?"
"Dia sepupu gue, Mamahnya kakak dari bunda gue,"
Iqbal beroh ria, lalu berdiri mengangkat sebelah alisnya menatap Putih.
Putih yang dipandang seperti itu, mengerutkan keningnya. Bukan, seperti huruf V sekarang.
"Apa?!"
"Kenapa kamu masih disekolah?"
Putih menggaruk tengkuknya yang tak gatal, memalingkan wajahnya. "Ya--ya terserah gue lah!"
Iqbal tersenyum, menghampiri gadis itu. "Cepat pulang, hari sudah hampir malam. Kamu masih gadis lemot yang baru saja masuk SMA,"
"Tarik ucapan lo!" Putih mendengus. Mengapa Iqbal sangat membuatnya naik darah hari ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbal dan Putih Abu Abu
Teen FictionMenceritakan pemuda bernama Iqbal Putra Angkasa yang sangat sulit dideksripsikan kepribadiannya. Abu-abu. Semuanya serba abu-abu. Dari mulai masa lalu hidup yang kelam, keluarga, dan jati dirinya. Semuanya bisa berubah selagi berjalannya waktu. Se...