1

180 11 10
                                    


Happy reading ❣️

"RIKO....BANGUN!!!!" suara menggelegar terdengar dari kamar yang terletak di lantai dua rumah mewah itu.

"Woi bangun ya ampun!" geram seseorang itu karena semenjak tadi orang yang dibangunkan tak kunjung bangun. Tidak mau menyerah begitu saja. Ia mempunyai cara lain dengan mengguncang tubuh saudara kembarnya dengan sangat kencang juga jangan lupakan teriakan menggelegar itu.

"Ish...apaan sih lu, biasa aja kali bangunin orang gak perlu pakai teriak segala,ck." Riko duduk sambil merentangkan tangannya.

"Hehe maapin Reisya Abang ganteng, habis sih Abang dibangunin dari subuh gak bangun-bangun dan sebagai adik yang baik tentu saja harus mengingatkan Abang tercinta untuk bangun dan berangkat sekolah karena Abang tahu, sekarang itu udah jam setengah tujuh," balasnya dengan wajah tak bersalah dan diimut-imut kan.

"APA??" mata Riko pun membola sambil bergegas lari menuju kamar mandi, "Kenapa gak usaha sih Rei!"

"Masih untung dibangunin bang. Abang aja yang terlalu kebo."

"Apaan coba tu. Abang apaan kasih contoh gak baik buat adeknya. Pakai acaranya nyalahin orang segala lagi." sungutnya dalam hati sambil mengelus dada dengan sebelah tangannya. Lalu berlalu keluar dari kamar itu.

Tidak lama kemudian...

"Rei, lu masih di situ gak? Tolong siapin baju gua!" teriak Riko dari dalam kamar mandi.

"Bang, lu apaan sih?"

Beruntung saat keluar tadi Reisya tidak langsung turun ke meja makan karena harus membalas chat dari sahabatnya terlebih dahulu. Dan saat Riko memanggil ia dapat langsung merespon.

"Gua minta tolong siapin baju gua. Lupa bawa baju soalnya," ucap Riko lagi sambil terkekeh kecil.

"Lu kan bawa handuk bang."

"Itu dia masalahnya. Gua juga lupa bawa handuknya," tutur Riko.

"Ck. Bang, lu jadi orang ngerepotin banget sih. Untung saudara gua, kandung pula." Setelah itu Reisya berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk dan juga seragam untuk Riko.

"Oi bang, ini baju sama handuk. Gece buru. Udah kesiangan banget ini," peringat Reisya.

"Iya iya bentar. Dikit lagi siap," Riko mengambil handuk dan seragam yang diberikan oleh Reisya. "Makasih Rei, lu adek gua yang terbaik." Sesudah mengucapkan itu Riko bergegas memakai seragamnya.

"Kalau ada maunya aja baru baik baik gitu, dasar Abang gua."

Sambil menunggu Riko, Reisya berkeliling melihat isi kamar sang kembaran. Cukup tenang memang. Warna kamar hitam putih yang terlihat sedikit monoton.

"Kamarnya seru sih bikin nyaman. Tapi, hitam putih gini ngebosenin banget."

Setelah dirasa cukup Reisya kembali menunggu Riko. Duduk di kursi panjang yang terletak di dekat jendela kamar sambil memainkan handphone miliknya, melanjutkan obrolan grup yang sempat tertunda.

Bunyi pintu tertutup dan menampilkan seseorang baru keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang rapi.

"Wih Abang gua ganteng banget."

"Baru sadar? Gua udah ganteng dari dulu."

"Tapi boong hahaha." Reisya tertawa mengejek akan tingkah Riko yang cukup percaya diri.

"Definisi diajak terbang habis itu dibuang."

Semakin pecah lah tawa Reisya mendengar perkataan Riko barusan.

"Kuy lah ke bawah udah telat kita ini," ajak Riko sambil menarik tangan adiknya tidak lupa juga dengan perlengkapan yang akan dibawa ke sekolah. Hoho jangan lupakan wajah kesal Riko yang disebabkan oleh sang adik, Reisya.

***

"Pagi mama, papa, kakak," sapa Reisya berlari menuruni tangga dan disusul oleh Riko yang berjalan lebih santai. Mereka menghampiri semua yang berada di meja makan sambil mengecup pipi mereka satu per satu.

"Pagi semuanya." Berbeda dengan Reisya yang masih sibuk sendiri, Riko justru lebih memilih langsung duduk dan melahap makanannya.

"Pagi juga sayang," balas Herry dan Wati bersamaan yang merupakan orang tua mereka.

"Hmm pagi juga bocil ku." Kali ini Radit yang menjawab.

Radit adalah anak tertua di keluarga itu. Ia sedang melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas yang ada di Yogyakarta dengan jurusan pilihan nya adalah seni musik. Musik sudah bagaikan hidupnya, bayangkan saja tidak tanggung- tanggung di rumah itu sudah disediakan satu ruangan khusus yang digunakan untuk meletakkan alat-alat musik yang digunakan oleh Radit mulai dari basis, gitar, drum band, keyboard, piano, dan masih banyak lagi. Dan lagi, panggilan bocil itu merupakan panggilan kesayangan yang dia berikan kepada adik-adik twins nya.

"Ayo, sarapan dulu habis itu kalian berangkat udah telat ini, gimana sih generasi milenial bangunnya siang gini," peringat Wati.

"Iya ma," jawab mereka bersaudara serentak.

Suasana menjadi hening. Semua menikmati sarapan dengan hikmat. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh.

"Kak, ayo berangkat Rei udah selesai nih."

"Yuk, kakak juga udah siap. Berangkat sekarang ya kitanya, hari ini kakak ada kelas pagi soalnya."

Radit pun menyalami kedua orang tua nya, di ikuti oleh Riko dan Reisya.

"Kami berangkat dulu ya ma, pa." Sambil berlalu ke luar rumah.

"Iya...kalian hati-hati ya, jangan ngebut dan belajar yang benar!"

"Baik ibu negara," jawab Reisya, sambil memberi hormat.

***

Halo semuanya...😊👋🏻 Masih banyak kekurangan disini, jadi aku mohon dukungannya...
Aku tunggu ya kritik dan saran yang membangun dari kalian hehe😁

Jangan lupa vote⭐
Love you guys ❣️

ReisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang