9

27 4 1
                                    

Happy reading ❣️

Pagi yang cerah untuk mengawali hari dengan bahagia. Namun, hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Reisya. Gadis itu semenjak bangun tidur merasa sulit untuk berjalan. Sepertinya efek terjatuh dari tangga kemarin sore.

"Reisya!!!" teriak Devi ketika melihat Reisya memasuki kelas dengan Riko yang memapahnya. Devi segera berlari menghampiri dua saudara itu.

"Riko! Resiya kenapa? Gara-gara lu ya? Lu apain Reisya sampai pincang gini jalannya?" Devi memberikan banyak pertanyaan beruntun, meskipun begitu tangannya tidak tinggal diam untuk segera membantu Reisya menuju tempat duduk.

"Heh! Lu ya! Orang baru datang bukannya disambut dengan meriah malah dituduh gini. Aman lu?" jawab Riko tidak terima dituduh seperti itu. "Reisya kemarin pulang-pulang emang udah gini. Emang dasar anaknya aja yang pecicilan mana jalan gak lihat-lihat, udah deh gini hasilnya."

"Hehe santai dong gak usah ngegas gua kan nanya baik-baik,"

"Baik kepala lu kotak?"

"Yang ada di boboiboy dong? Haha hijau dong." Devi terus saja membalas.

"Lu em--,"

"Bisa diam gak?!" Reisya yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan itu kini sudah tidak mampu menahan kesabarannya lagi. Ditatapnya kedua manusia berbeda jenis itu dengan tatapan datarnya. Mereka yang ditatap begitu langsung tidak dapat berkutik sedikit pun.

"Abang, makasih udah bantu Rei sekarang balik gih ke tempat duduk." Reisya sudah kembali menatap Riko dengan tatapan seperti biasa.

"E-em iya Rei. Kalau butuh apa-apa bilang aja ya." Riko pun berlalu ke tempat duduknya.

Kini beralih kembali pada Devi juga Reisya.

"Siska mana? Tumben banget belum datang," ucap Reisya menyadari bahwa sedari tadi tidak melihat batang hidung sahabatnya yang satu itu.

"Mungkin dia agak telat Rei, tadi udah hubungi gua juga sih. Oh ya, itu kaki lu kenapa btw?"

"Kemarin jatuh dari tangga."

"Lah kok bisa?"

"Biasalah hehe,"

"Kronologinya gimana? Tolong deh jangan buat penasaran." Mohon Devi karena semenjak tadi tidak puas dengan jawaban Reisya.

Reisya menghela nafasnya sambil menatap Devi. "Jadi, kemarin kak Feliks ngantar gua dan janji pas pulang bakal ngajak gua jalan."

"Kak Feliks tetangga lu itu? Loh, kok lu gak cerita kalau diantar sama si kak Feliks itu? Bukannya dia gak tinggal di rumahnya ya?" Devi memotong ucapan Reisya.

"Iya iya sabar elah mau cerita ini." Reisya menginterupsi dan dibalas anggukan antusias dari Devi.

Gadis itu kembali melanjutkan ceritanya. "Iya, dia tetangga yang pernah gua ceritain. Lu bayangin aja deh dia udah kayak abang kandung terus hampir dua tahun gak pernah ketemu juga gak ada komunikasi sama sekali. Terus datang tiba-tiba kasih kejutan siapa yang gak kaget coba?" Reisya menarik nafasnya sejenak.

"Dua hari yang lalu mama kak Feliks bilang kalau anaknya bakal datang, dengar kabar gitu gua senang dong bahkan sampai minta tolong ke mama buat bantuin bikin kue kesukaan kakak. Sampai sebelum makan malam kita udah pada nungguin eh orang yang ditunggu malah gak datang. Masa yang datang kurir bilangnya mau ngantar paket buat gua isinya boneka panda sama snak keju kesukaan gua. Selesai makan malam ada nomor baru juga chat gua sok misterius gitu, masa. Keesokkannya pas mau berangkat sekolah ada tamu, eh gak tahunya kak Feliks kasih kejuatan. Habis gitu dia janji bakal ngajak jalan pas pulang sekolah sebagai permintaan maaf. Ya, gua semangat banget dong, tapi kemarin kalian tahu juga pas lonceng bunyi si Abimanyu malah tahan gua buat rekap absen. Gua udah telat banget turunnya dan pas rekap selesai gua lari-lari dong pas turun tangganya eh kesandung alhasil gini deh. Untungnya kemarin ada Alva yang nolongin, dia bantu sampai gerbang. Baik banget ya dia."

ReisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang