11

13 3 2
                                    

Happy Reading ❣️

Hanya bisa memandang dari jauh. Tidak tahu kenapa saat berdekatan dengannya kesadaran ini seketika hilang, seakan terhipnotis terlebih ketika sudah menatap mata indah itu.

•••

"Alva?" panggil Reisya. Saat ini mereka berjalan di koridor kelas sepuluh dan hendak menaiki tangga.

"Hum?" balas Alva dengan tatapan lurus ke depan.

"Jawabannya jelek banget. Kalau dipanggil itu jawabnya iya kek apa kek jangan ham hum ham hum gitu. Gak sopan tahu!" tegur Reisya.

"Alva," panggil Reisya lagi.

Alva melirik Reisya sekilas lalu dengan secepat mungkin langsung dialihkan nya lagi tatapannya itu.

"Iya?"

"Nah gitu dong baru baik." Reisya mengangguk-anggukan kepalanya. "Baju lu keluar tuh, masukin ke dalam ntar kalau guru lihat bisa dimarahin."

Sadarkah Reisya apa yang baru saja dia lakukan itu hal yang salah? Mengapa dia bisa perhatian seperti itu?

Alva sedari tadi sudah menahan agar dirinya tidak terlalu terlihat gugup di depan Reisya. Lalu kenapa malah seperti ini yang terjadi. Reisya justru semakin membuat Alva salah tingkah.

"Oh makasih." Alva berucap datar.

Reisya tersenyum manis. "Sama-sama."

Terjadi keheningan selama beberapa detik sebelum akhirnya Reisya kembali mengangkat suaranya.

"Jadi lu dekat sama bang Riko ya?"

"Iya."

"Teman kenal dimana?"

"Tim basket."

"Ohoo paham paham."

Tanpa terasa kini mereka sudah sampai di depan pintu kelas Reisya.

"Udah sampai," kata Alva.

"Eh iya nih. Makasih ya udah mau nganterin, maaf juga udah ngerepotin," ucap Reisya tidak enak hati karena sudah merepotkan orang lain.

"Santai aja."

"Kalau gitu gua duluan ya," pamit Reisya melambaikan tangannya pada Alva. Alva tidak memberi respon apapun hingga Reisya menghilang di balik pintu kelas. Memastikan bahwa Reisya benar-benar sudah tidak terlihat lagi dan keadaan lorong lantai dua yang cukup sepi membuat Alva langsung memegang dadanya merasakan detak jantung tidak karuan.

"Aduh, jantung gua aman kan?" mengusap dadanya dengan gerakan naik turun.

***

"Halo gaess," sapa Reisya kepada dua sahabatnya dan juga Bagas.

"Halo juga," jawab mereka serentak.

"Riko mana Rei? Gak masuk sekolah dia?" tanya Bagas.

"Ada kok, masih di bawah katanya mau ketemu teman dulu gak tahu deh bahas apaan," jelas Reisya.

"Rei, weekend ke rumah opa yuk? Kangen temani oma nyiram tanaman sama masakannya juga," ajak Bagas.

"Boleh juga, ajak semua aja biar rame." Maksud Reisya disini adalah orang tua serta saudara mereka yang lain.

"Mama, papa sih udah setuju, Kak Neta juga katanya free sebelum di wisuda."

"Eh hampir lupa kak Neta udah mau wisuda aja? Cepat banget, gak kerasa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang