7

37 7 5
                                    


Happy reading ❣️

Ting

Reisya yang sedang membereskan peralatan sekolah berhenti ketika mendengar suara notifikasi masuk ke dalam indera pendengarannya. Langsung saja diambil hp itu karena berpikir siapa tahu itu adalah pesan penting.

+628xxxxxxxxxx

Gua udah sampai, cepetan turun!

Ternyata yang mengirimkan pesan itu adalah orang yang sama. Kemudian karena waktu hampir menuju pukul setengah tujuh Reisya bergegas turun tidak lupa menutup pintu kamarnya. Belum sempat menginjakkan kaki di tangga Reisya tiba-tiba berhenti saat mendengar samar suara seseorang beserta suara tawa papanya. Dengan kening sedikit berkerut Reisya bertanya pada diri sendiri. "Papa bicara sama siapa sih? Tumben banget masih pagi gini papa bisa sesenang itu. Udah lah gak penting, ntar telat lagi." Kemudian gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.

"Astaga...jadi kemarin itu kamu yang kirim? Kita satu rumah jadi penasaran tahu, dasar ada-ada aja." Herry berbincang seru dengan seorang pemuda dengan serangam SMA.

"Biar jadi kejutan aja, Om. Kemarin pas aku pulang mama sama Arkan udah cerita soal Yaya," balas lawan bicara Herry dengan perawakan tegap, kulit putih, dan berpakaian rapi itu.

"Eh itu Reisya." Tunjuk Herry saat melihat putri kesayangan nya turun dari tangga. Yang merasa dipanggil seketika langsung menoleh. Dengan cepat Reisya menghampiri Herry.

"Kenapa Pa?" tanya Reisya.

"Ini ada yang mau ketemu, ingat gak?" ucap Herry mengarahkan pandangan kepada seseorang yang duduknya membelakangi Reisya.

Reisya meneliti penampilan sosok pemuda yang berbicara dengan papanya itu dari belakang tidak berlangsung lama Reisya menggeleng tanda tidak tahu.

Melihat wajah Reisya yang kebingungan sontak membuat Herry tertawa sambil menepuk keningnya pelan. "Ya gimana bisa tahu orang kamu aja disitu. Sini, lihatnya dari depan bukan belakang haha."

Reisya yang malu hanya bisa mengusap kepala belakangnya tidak lupa dengan cengiran khas gadis itu. "Hehe iya juga yah," ujar Reisya malu, sedangkan pemuda yang sedari tadi diam tak bersuara diam-diam menahan tawanya sambil menunduk.

"Halo...permisi...," ucap Reisya saat sudah berdiri di hadapan orang itu. Seseorang itu perlahan mengangkat kepalanya disertai dengan senyum termanis yang dimiliki, menampilkan wajah yang begitu enak untuk dipandangi. Reisya memiringkan sedikit kepalanya memperhatikan siapa yang sedang behadapan dengannya 'kayak kenal, tapi dimana?' pikirnya.

"Hai Yaya." Sapa orang itu tersenyum. Reisya mengerjapkan matanya terkejut karena panggilan itu hanya diberikan oleh seseorang yang tidak pernah bertemu dengannya beberapa tahun terakhir.

"Siapa ya?" Reisya bertanya pada orang itu masih dengan wajah bingungnya. Ada apa dengan Reisya yang tiba-tiba lambat berpikir.

"Dia Feliks, Rei. Kemarin aja heboh mau ketemu giliran udah berhadapan malah bingung sendiri," jelas Wati terkekeh saat memasuki ruang tamu.

"Eh? Beneran kak Feliks?" ucap Reisya sedikit tak percaya. Feliks mengangguk mengiyakan.

"Udah gak usah bengong gitu, jelek tahu!" Feliks mengacak pelan rambut Reisya. "Berangkat yuk! Nanti kamu terlambat." Reisya mengangguk masih dengan tatapan tidak percaya.

"Ma, Pa, ini beneran kak Feliks? Mama sama Papa gak ada niat buat jual aku kan?"

"Ngaco kamu! Sana berangkat! Radit sama Riko udah duluan." Wati mendorong bahu Reisya pelan menuju pintu keluar. Belum sampai di depan, Reisya menghentikan langkahnya dan langsung berbalik menghadap Wati yang masih memegang bahunya.

ReisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang