Langkah Menuju Hidup Baru

1.6K 201 16
                                    

Seminggu setelah kepergian Aleya membuat separuh jiwa (Namakamu) hilang begitu saja. Sering kali Iqbaal memergoki (Namakamu) yang hanya melamun menatap langit melalui kamarnya.

Hati Iqbaal bukan tidak tersayat melihat (Namakamu) seperti itu, Iqbaal bukan hanya kehilangan Aleya, tapi juga (Namakamu)

"(Nam)" panggil Iqbaal pelan, ia tidak ingin membuat (Namakamu) terkejut.

(Namakamu) menoleh. Matanya sembab, terdapat garis hitam di bawah matanya. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Makan yuk, aku udah masakin" terakhir kali (Namakamu) masak keadaannya membuat Iqbaal khawatir, karena ia masak dengan tatapan kosong. Bukan karena Iqbaal takut tidak enak masakannya, tapi takut (Namakamu) kenapa kenapa, seperti tersiram minyak panas misalnya. Maka, Iqbaal yang memasak seminggu belakangan ini, untungnya Iqbaal masih lumayan bisa memasak.

(Namakamu) berdiri, Iqbaal merangkulnya.

***

Makananya hanya di mainkan (Namakamu) sedari tadi, sungguh Iqbaal lelah seperti ini.

Iqbaal meraih sendoknya, ia menyuapi (Namakamu) yang terkadang bukannya makan malah mengaduk makanannya sampai dingin.

"(Nam), udah, kamu gak boleh kaya gini terus"

"Kamu harus semangat lagi"

"Kita mulai kehidupan baru dari awal"

(Namakamu) menatap sendu Iqbaal. "Kamu gak ngerti perasaan aku"

"Aku ngerti perasaan kamu (Nam)" senggah Iqbaal.

"Kamu gak pernah ngerasain jadi aku Baal" ujar (Namakamu).

"Aku dan kamu berada di posisi yang sama (Namakamu)" Iqbaal tidak menyangka, (Namakamu) akan sehancur ini. Bukan tidak menyangka, itu wajar, tapi apa (Namakamu) tidak pernah memikirkan perasaan Iqbaal yang tak kalah hancurnya? Bahkan Iqbaal juga kehilangan (Namakamu) yang ceria.

"Kamu gak ngerti rasanya jadi ibu Baal"

"Kamu juga gak bakal ngerti rasanya jadi seorang ayah (Namakamu)! Aku sama hancurnya dengan kamu! Tapi bukan berarti kamu harus terpuruk terus! Kamu gak bisa kaya gini terus (Namakamu)!"

(Namakamu) tersentak mendengar suara yang mengandung emosi dari Iqbaal, di susul piring yang di pegang Iqbaal di bantingnya.

Iqbaal beranjak pergi dengan tangan terkepal.

(Namakamu) terisak. Apa ia terlalu egois? Beberapa saat ia beranjak mengejar Iqbaal.

(Namakamu) menarik lengan Iqbaal.

Iqbaal menurunkan emosinya, ia membalikkan badan dan langsung memeluk (Namakamu). Iqbaal bukan marah dengannya, melainkan dirinya sendiri. Seharusnya ia bisa membuat (Namakamu) bahagia. Tapi yang ia ciptakan hanya kesedihan untuknya.

"Maaf Baal" (Namakamu) terisak di dada bidang Iqbaal. Pundaknya terguncang hebat.

Iqbaal mencium pelipis (Namakamu) sejenak. "Maaf"

"Kamu gak boleh kaya gini sayang, kamu harus bangkit lagi, kamu butuh aku, aku juga butuh kamu (Nam), bukan kamu aja yang hancur, aku lebih hancur karena kehilangan kamu yang tidak seceria dulu"

(Namakamu) memeluk erat Iqbaal. Ia tau ia salah.

(Namakamu) mengangguk menyetujuinya.

***

Beberapa tahun terlewati oleh Iqbaal dan (Namakamu) yang belum dikaruniai buah hati. Keduanya hanya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.

Seiring dengan kondisi ginjal (Namakamu) yang memburuk. Devano sudah menyarankan untuk cangkok ginjal. Tapi (Namakamu) kekeuh tidak mau. Iqbaal juga memintanya demikian, ini demi nyawa (Namakamu).

My future (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang