28| aku tahu dia membencinya, bukan suatu yang sanggup dia tampik tanpa alasan

89 12 0
                                    

aku membuka baret, berteduh di depan kelas xii. ipa 1 dan 2 yang terbuka, itu akan digunakan untuk siswi yang sakit. latihan pbb sesi kedua akan segera dimulai. para siswi memasuki lapangan dengan kening mengernyit kesal. cuacanya memang tengah terik meski sudah pukul 4 lewat 15 menit.

"kalau diperhatikan banyak cewek bening juga." tatang anak x. ips. 2 berdecak kagum. abaikan saja, setiap orang menyukai keindahan.

"lupakan tang, dia udah punya pawang."

"lo kira gue macan, perlu pawang?"

"bukan sih, cuma bucin lo aja yang hakiki." aku meninju lengan atas tatang main-main.

"eh anjir banyak siswi yang tepar, gila!"

aku kembali melihat kearah lapangan, mataku menyipit saat melihat dia dengan wajah pucat dipapah kearahku. aku bergegas menghampirinya karena mereka berhenti di tiga perempat lapangan. "biar saya gendong, kak." aku langsung menggendongnya di depan, wajahnya snagat pucat.

"jangan tutup mata!" aku berkata dengan tegas ketika matanya akan tertutup, berlari dengan cepat, menaruhnya diatas matras di depan kelas. "hey bi, fokus." aku menepuk kedua pipinya pelan.

beberapa anak pmr membantu membuka duk, sepatu, dan mengoleskan kayu putih. aku memijat pelipisnya pelan. "masih pusing?" dia masih diam, seperti belum sadar.

"bi, hey, jangan tutup mata dulu." aku kembali menepuk kedua pipinya pelan. dia mengerjap membuka matanya kecil. aku dengan sikap menerima obat dan segelas air.

"bisa minta sendok, dia gak bisa minum obat tablet." siswi itu mengangguk dan kembali dengan cepat.

mengangkat kepalanya sedikit tinggi, menyodorkan sendok berisi obak yang sudah cair. setelah menelannya, aku kembali memberinya minum, membaringkannya kembali. "tidur yang nyenyak, bi" mengelus keningnya berulang kali, setelah itu baru aku keluar kelas.

***
[19 juni 2020]

gw lebih suka bersikap bodo amat, tapi kenapa orang² selalu mencoba melanggar batasan.

Biru

kelahiran kembali: ketika semesta mengizinkan mengulang kehidupan (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang