“Awas! Pintu ini jangan dibuka! Tidak ada satu pun yang boleh masuk ke dalamnya!” perintah Bu Leonita.
“Ta-tapi … tadi saya …” ucap Mbak Julia terbata.
“Sudah sana!”
Mbak Julia menundukkan kepala kemudian berlalu dari pandangan nyonya besar.
“Lah wong pembantu baru kok mau tahu,” gumam Bu Leonita saat Mbak Julia sudah pergi. Ia pun merasa bulu kuduknya merinding saat berada di depan pintu rahasia.
Bu Leonita melewati taman, kemudian menoleh ke arah gazebo yang masih gelap. Pandangannya terhenti ketika ia sekilas melihat sesosok wanita berbaju putih sedang duduk sambil menunduk dan menggoyangkan kakinya.
Jantung Bu Leonita berdetak kencang, ia mempercepat langkah bahkan sesekali terjatuh di tanah yang becek.
“Ada apa, Bu?” tanya Pasha yang sedang berada di dapur untuk mengambil minum.
“I-itu … serem banget! Halaman belakang masih gelap. Nyalakan lampu taman!”
“Ohhh, iya. Pasha lupa, Bu. Maaf ya, baju Ibu sampai kotor begitu.”
“Ah, ndak apa-apa. Lagipula besok Ibu mau pulang.” Bu Leonita jalan terburu-buru.
“Pulang?” tanya Pasha yang mengekor di belakang ibunya.
“Iyo. Kalo Ibu di sini terus, nanti istri kamu enggak betah, gimana?”
“Aduh, Bu. Shezy itu kan memang manja. Kasih dia waktu untuk belajar, ya.”
“Halah, manja kok dipelihara! Kamu itu kan menikah untuk mendapatkan istri yang bisa mengurus kamu. Jangan kebalik, toh, Le!”
“Pasha janji, Shezy akan lebih baik lagi.”
***
“Sudah jam berapa ini, Mbak?” tanya Bu Leonita sambil membantu Mbak Julia menghidangkan sarapan di meja makan.
“Jam delapan, Bu.” Mbak Julia menata meja dan menyiapkan teh panas rasa melati.
“Astaghfirullah, Shezy belum bangun?”
“Biar saya panggil, Bu.”
Ternyata, Pasha dan Shezy sudah berada di depan meja sambil mencium aroma masakan.
“Waah, ini pasti wangi masakan Ibu. Nasi goreng kesukaanku, terimakasih, Bu.”
“Aku bantu apa, Bu?” tanya Shezy mencoba mencairkan suasana.
“Sudah selesai, kok. Perempuan itu jangan kebiasaan bangun siang. Masa sih, nanti sarapan dibuatin sama si Mbak terus? Kamu kan istrinya.”
“Duduk, Nduk,” titah Papa.
Raut wajah Shezy yang segar setelah mandi, mendadak berubah kecut. Gadis itu terpaksa diam, sesuai perintah suaminya tadi malam.
“Sudah, ayo makan.” Pasha duduk di kursi sambil mengambil sepiring nasi goreng untuk istri tercinta.
“Terima kasih, Kanda.” Shezy mencicipi nasi goreng yang ditaburkan bawang goreng. “Emm, ini enak banget, Bu," puji Shezy.
“Oh, ya?” tanya Bu Leonita.
“Iya. Nasi goreng Ibu memang juara, Sayang.”
“Bagus, lah. Ini masakan Mbak Julia. Berarti Mbak Julia lulus sebagai asisten di sini.”
“Wah, ini masakan Mbak Julia ternyata. Enak, Mbak,” puji Pasha dengan tulus.
“Iya. Enak.” Mendadak selera makan Shezy berkurang. Gadis mungil hanya memainkan sendok dan garpunya sambil sesekali makan.
***
Udara di halaman depan rumah Pasha yang berukuran sangat luas, terasa masih dingin setelah diguyur hujan semalaman. Rumput-rumput masih basah, sedangkan beberapa pohon besar masih meneteskan air sisa hujan.
“Nanti jangan lupa, panggil Pak Karto tukang kebun di sini. Tanaman-tanaman harus dipangkas,” pesan Bu Leonita.
“Iya, Bu. Nanti Pasha hubungi.”
“Oh, iya. Kalian harus program hamil, ya. Ibu kepengen punya cucu.”
“Papa doakan, semoga Allah memberi kalian keturunan yang saleh dan salehah,” timpal papa Pasha sambil membukakan pintu.
Shezy mencoba tersenyum dan melupakan kekesalannya sejak tadi malam hingga pagi tadi, kemudian mencium tangan ibu mertua dengan takzim.
“Kalau Ibu ini cerewet, jangan diambil hati. Lah Ibu ini kepengen kamu jadi anak yang lebih baik. Anggap saja seperti bundamu. Paham, Nduk?”
“Paham. Maaf ya, Bu.” Shezy pun memeluk Bu Leonita dengan pelukan hangat.
Mobil yang sejak tadi sudah dinyalakan mesinnya, perlahan melaju meninggalkan pintu gerbang. Pasha menarik jemari Shezy dengan mesra. “Nah, apa kubilang? Ibu itu sebenarnya penyayang, enggak mungkin menggigit,” seloroh Pasha.
“Apa sih, Kanda?” Shezy memukul bahu Pasha. Mereka masuk ke dalam rumah.
“Kalau begitu, aku berangkat kerja dulu. Kamu hari ini belajar masak sama si Mbak, ya.”
“Baiklah, akan kucoba. Suatu hari nanti, Kanda akan jatuh cinta pada masakanku," jawab Shezy penuh percaya diri.
***
Hari ini pertama kali Shezy menjalani aktivitas tanpa suami di rumah. Ia membereskan beberapa ruangan yang sudah lama tidak dihuni. Pertama, ia memeriksa kamar tamu yang berada di atas. Shezy memeriksa barang-barang di dalam ruangan tersebut.
Kemudian Shezy keluar menuju balkon yang mengarah ke taman belakang. Tampak Mbak Julia sedang menjemur baju di dekat taman. Shezy memandangi wanita yang usianya sedikit lebih tua darinya, dari atas hingga bawah. Cantik sekali Mbak Julia.
Mbak Julia yang tahu sedang diperhatikan dari balkon atas, menoleh dan melempar senyum kepada Shezy. Gadis mungil pun membalas senyum. Ia berniat turun ke bawah, hendak membantu si Mbak membereskan lantai bawah. Ia menoleh ke belakang dan terkejut saat Mbak Julia sudah berdiri di belakangnya.
“Astaghfirullah!” Shezy merasa sangat terkejut. Jantungnya berdetak kencang. “Mbak, kenapa tiba-tiba di sini? Bukannya Mbak … “ Shezy melihat ke arah taman lagi, tetapi sosok Mbak Julia yang tadi sedang menjemur dan melempar senyum sudah tidak ada.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of June
HorrorSepasang pengantin baru, Pasha dan istrinya Shezy menempati sebuah rumah tua peninggalan mendiang sang ayah. Sejak tiba di sana, hawa mistis mulai menyentuh. Ada satu ruang di bawah tanah yang paling membuat penasaran, tetapi sangat dilarang untuk d...