treat you right

1K 114 69
                                    

Agra

Hari itu gue mengerti bagaimana rasanya jadi Damar, bagaimana rasanya jadi orang tua pada umumnya saat menonton anak mereka tampil di panggung pentas seni sekolah. Haru, bangga, semua perasaan semacam itu bercampur dan berakhir jadi tepuk tangan kencang serta teriakan heboh seperti yang Damar lakukan sesaat setelah Yumnaa selesai tampil memerankan perannya sebagai seorang dokter.

"Yumnaa!!!" Teriak Damar dengan bangga sambil melambai-lambaikan tangan ke putri satu-satunya itu. "Ayah is so proud of you!" Lalu dia menoleh ke gue dan menepuk lengan lumayan kencang. "Yumnaa jadi dokter, Ga! Nadine kalau lihat pasti bangga walaupun cuma pura-pura." Cetusnya.

Sedari tadi. sesekali gue menoleh ke tempat Damar duduk, melihat anaknya tampil jadi dokter pasti sedikit banyaknya mengingatkan dia pada Almarhum istrinya. Tapi syukurlah nggak ada air mata, Damar justru senyum paling sumringah melihat anaknya berhasil memerankan tokoh dokter sekalipun ada salah-salahnya, kesalahan-kesalahan anak kecil yang jatuhnya malah jadi lucu. Melihat Yumnaa yang kadang bingung harus berbuat apa ketika lupa naskah membuat gue tiba-tiba kepikiran Alea. Dia tampil juga nggak? Jadi apa dia di pentas ini? Siapa yang menemani dia di sini? Apakah Lea datang menonton pentas Alea? Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengisi ruang kepala sampai gue mulai menemukan setiap jawabannya.

Gue memilih untuk tetap di aula waktu Damar beserta ibu dan adiknya pamit mau mengunjungi Yumnaa di belakang panggung. Dia senyum-senyum mesem waktu gue bilang mau tunggu saja di aula.

"Oke deh kalau lo mau di sini, gue ke belakang dulu ya. Selamat nonton calon anak, mas Agaa~" Cetusnya yang seketika membuat Nabila, adiknya, kaget. Gue dengar dia bisik-bisik, 'Serius mas Aga udah punya calon istri? Akhirnyaaa.' Si Damar cekikikan puas karenanya.

Gue cuma bisa mengangkat bahu, mau mengaamiini juga takut dianggap terlalu percaya diri. Biarlah itu urusan nanti, karena yang terpenting saat itu adalah Alea. Si kecil berkostum sayur.

Gue nggak bisa menahan senyum saat dia muncul di panggung dengan sedikit ribet. Tangannya terus memegangi bagian atas kostum brokolinya, mungkin berat atau kebesaran untuk badannya yang mungil. Sekalipun tempat gue duduk cukup jauh dari panggung di mana Alea tampil, gue tetap bisa dengan jelas melihat bibirnya yang sesekali menekuk ke bawah. Sudah pasti gara-gara si kostum brokoli itu.

Kalea, are you somewhere here too? Kamu ketawa nggak liat Alea lucu banget cemberut gitu. Persis kamu banget, Ya, kalau lagi sedih.

Tapi sekalipun kostum itu mengganggu penampilannya, Alea tetap memainkan perannya dengan baik sebagai brokoli si sayur yang tidak banyak disukai padahal punya banyak manfaat. Gue terhibur dengan penampilannya. Apalagi ditambah insiden tabrakan kecil antar sayur di panggung. Terhitung sudah tiga kali Alea si brokoli, saling tabrak dengan temannya, si wortel.

Saat para orang tua dari anak-anak yang tampil di depan berdiri untuk tepuk tangan, nggak bisa dipungkiri kalau gue sempat mencari Kalea. Barangkali dia ada, mungkin saja dia datang menyemangati Alea. Namun nihil. Gue tidak menemukan sosok Kalea di antara orang tua yang sedang bersorak gembira melihat anak-anak hebatnya berhasil tampil di muka umum. Harus gue akui ada sedikit perasaan kecewa. Tapi tak lama, gue kembali menyadarkan diri sendiri kalau tujuan gue ke sini murni hanya ingin melihat Alea. Selebihnya, bertemu dengan mamanya, cuma bonus. Dan Tuhan berkata, bonus untukmu Aga, ketika secara tidak disangka-sangka gue bertemu Lea di parkiran sekolah Alea. Kami sama-sama mematung saat menyadari pertemuan–tidak sengaja itu benar nyata. Sengatan terik matahari, angin semilir dan suara riuh ramai sekolahan yang menjadi latar pertemuan kami itu bukan mimpi belaka. Kami benar-benar bertemu lagi.

"Hey?" Dia menyapa gue balik seraya menguatkan pelukannya pada Alea. Brokoli lucu itu tidur di rangkulan mamanya.

"The broccoli girl looks exhausted?" Sejujurnya, ada perasaan takut yang sedang mencoba menelan gue bulat-bulat. Gimana kalau gue melewati batas dan membuat Lea pergi menghindar lagi? Harus bagaimana gue sekarang? Apa basa-basi ini terlalu berlebihan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the travellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang