3 : Makan Malam di Johor Bahru

25 3 0
                                    

~ Ketika hampir ketahuan pacar karena bertemu mantan, apa yang harus diperbuat? ~

----

Kami menginap di Hotel Grand Sentosa, Johor Bahru. Setelah kami check in, aku satu kamar bersama Medina. Kamar kami berada di lantai 3. Di luar hotel terlihat banyak ruko-ruko yang menjual berbagai jenis makanan khas Malaysia. Banyak mobil yang lalu lalang melewati hotel kami. Dapat dibilang posisi hotel kami tempati berada di kawasan yang strategis.

Setelah ku cari tahu tentang hotel yang kami inapi di mbah Google, hotel ini memiliki rating empat bintang. Fasilitas yang diberikan pun tidak mengecewakan. Terdapat dua kasur tidur berbentuk single. Sebuah televisi yang menyiarkan acara dan berita Malaysia. Juga beberapa botol minum sudah tersedia di meja rias. Cukup memuaskan untuk melemaskan kelelahan kami seharian ini.

"Gue mandi dulu ya, Ceu." Medina masuk kamar mandi beserta perabotan kecantikannya.

Aku mengganti stasiun televisi. Mencari acara yang bagus untuk ditonton. Kenyataannya memang tak ada yang dapat kulihat karena aku tak paham dengan bahasa melayu mereka.

Seseorang mengetuk pintu kamar kami.

"Hai." sapa Khaibar yang sudah berganti pakaian.

"Ada apa?" tanyaku.

"Jangan lupa nanti makan malam di bawah ya." Khaibar mengingatkan.

"Iya, Mas Ali juga udah ngasih tau di grup WA."

"Oh iya, ada di grup ya." Khaibar terkekeh lalu menggaruk rambutnya. Sehingga wangi samponya terhirup oleh hidungku.

Aku berniat untuk menutup pintu.

"Engg... bentar, Na." sanggah Khaibar.

"Apa lagi?" tanyaku tak sabaran.

"Abis dinner, kita keluar yuk. Liat-liat sekitar sini." ajak Khaibar.

Aku berpikir sejenak. "Tapi malam ini aku lelah, Khai. Abis makan malam maunya langsung balik ke kamar. Next time aja ya."

Bukannnya ingin menghindar dari Khaibar. Tapi malam ini aku benar-benar lelah.

Khaibar mengangguk. Lalu permisi untuk kembali ke kamarnya. 

Aku menutup pintu kamar. Tiba-tiba aku teringat dengan Danis. Semenjak aku mendarat di Malaysia, aku belum memberinya kabar. Setelah mengganti simcard, aku langsung menekan nomor telepon Danis. Dan kami melakukan video call.

"Hai..." sapaku setelah wajah Danis muncul di layar ponsel.

"Udah sampai, Ren?" terdengar suara bising dari ponsel Danis.

"Udah, kamu lagi di mana?" background Danis terlihat seperti di mal.

"Lagi di Gading. Nemenin mama belanja." Tumben Danis mau pergi ke tempat ramai seperti itu. "Kamu udah makan malam?" tanya Danis saat melihatku terdiam.

"Hmm, bentar lagi mau makan..."

Kulihat Medina sudah keluar dari kamar mandi. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. "Sepertinya tadi gue mendengar suara Khaibar di depan kamar kita, Ceu."

Suara Medina terdengar cukup keras. Sehingga aku yakin Danis dapat mendengarnya.

"Eh, lo lagi telponan sama siapa?" Medina menatapku. Lalu menutup mulutnya ketika aku memberi kode bahwa yang sedang kutelpon adalah Danis.

"Teman kamu yang lain juga ikut, Ren?" tanya Danis menyelidik.

Aku bingung harus menjawab apa. Di awal kami berkencan, aku pernah menceritakan tentang sosok Khaibar sebagai satu-satunya mantanku. Sepertinya Danis juga lupa kalau aku memiliki mantan yang bernama Khaibar.

"Enggak. Cuma panitia travel aja yang ngingetin buat turun." setidaknya aku tidak berbohong sepenuhnya.

Danis mengangguk paham. Tak lama percakapan kami pun berhenti karena aku dan Medina memutuskan untuk turun ke restoran hotel. Di sana ada banyak makanan Indonesia yang sudah disajikan oleh pihak hotel. Aku memilih sepiring nasi goreng, segelas air putih dan sepiring kecil salad buah sebagai pencuci mulut.

Aku dan Medina memilih duduk di pojok ruangan. Kulihat Khaibar dan Mas Ali sedang berdiskusi. Pakcik Rashid sibuk mengobrol bersama kumpulan ibu-ibu yang kudengar berasal dari Kalimantan. Sebetulnya aku belum berkenalan dengan semua peserta trip ini. Hanya sekedar salam sapa di grup WhatsApp.

"Boleh gabung, gak?" tiba-tiba Niki dan kedua temannya menghampiri meja kami.

Aku mengangguk. "Ya, silahkan."

Medina melirikku sekilas. Lalu ikut mengangguk.

"Kakak-kakak kuliah atau udah kerja?" tanya Niki.

"Gue ngantor di daerah Sarinah. Kalo Irena punya butik sendiri. Dia seorang desainer." Medina mewakili jawabanku.

"Oh, Kak Irena bisa desain baju. Kalo udah sampai di Jakarta aku boleh gak main ke butik Kakak? Soalnya aku dapat kain brukat dari temanku untuk dipakai di pesta pernikahannya nanti."

"Boleh. Kita sama-sama masuk grup WA kan? Nanti kontak aku aja setelah kita udah sampai di jakarta." Niki mengangguk setuju.

Setelah makan malam, aku dan Medina memilih untuk kembali ke kamar. Mengumpulkan energi untuk perjalanan besok. Sedangkan Khaibar dan sekelompok pria lainnya pergi ke luar menikmati malam di Johor Bahru.

TRAVEL-EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang