6 : Merasa Kehilangan

29 4 0
                                    

~ Bersikap manis suatu strategi mantan untuk balikan. ~

----

Malam ini banyak turis mancangera yang berkunjung ke landmark negeri Jiran, Petronas Tower. Lampu yang dipancarkan membuat Petronas Tower terlihat sangat megah. Menara Kembar Petronas memegang gelar sebagai bangunan tertinggi dari tahun 1998 hingga 2004 dengan ketinggan 452 meter. Banyak perusahaan yang menyewa lantai di Menara Kembar Petronas untuk dijadikan kantornya.

Pernah ribuan orang berhamburan keluar dari gedung Petronas Tower setelah menerima telepon ancaman bom pada tanggal 12 September 2001, sehari setelah serangan 11 September yang menghancurkan menara kembar di World Trade Center di New York. Regu penjinak bom dikerahkan tetapi tidak ditemukannya bom di dalam gedung setelah mengevakuasi semua orang.

Peserta trip mulai mengabadikan momen di depan Petronas Tower. Mulai dari kelompok Niki sampai ibu-ibu Kalimantan ingin dipotret oleh Khaibar. Mendadak Khaibar menjadi fotografer di trip ini. Sesekali Niki meminta foto bareng dengan Khaibar. Pria itu sama sekali tidak menolak.

"Ren, fotoin gue dong, jangan duduk terus di situ. Kayak jomblo ngenes keliatannya." ujar Medina bercanda.

Aku yang sedang duduk di depan air mancur simfonik hanya mengalah. Menuruti permintaan Medina untuk memfoto dirinya dengan malas. Ia ingin menghiasi halaman Instagramnya dengan foto-foto liburannya.

"Mundur sedikit. Petronasnya gak keliatan." suruhku.

Tanganku sibuk mengatur posisi gambar.

Medina menggaruk rambutnya. "Petronas segede gaban kayak gini gak keliatan di mata lo, Ceu? Mesti diLASIK lagi tuh mata."

"Bukan begitu pacarnya Aliando. Susah nih atur posisi yang pas buat Petronasnya masuk dalam kamera." kataku sudah lelah.

Aku mengembalikan ponsel Medina. Perempuan itu tersenyum puas dengan hasil jepretanku.

"Lo mau kemana, Ren?"

"Mau ke toilet. Ikut gak lo?"

"Enggak deh. Gue mau selfie lagi." Medina terkekeh.

"Gila foto ya lo. Capek deh gue."

Medina hanya menyengir.

Aku izin pada Pakcik Rashid untuk pergi ke toilet. Kemudian aku masuk ke Suria KLCC sebentar. Melihat-lihat desain gaun yang dipajang oleh toko. Sampai aku lupa sudah cukup lama berada di dalam pusat perbelanjaan tersebut.

Ponselku berdering. Menampilkan nomor yang tak kukenal.

"Halo?" kataku.

"Nana, kamu di mana?" tanya Khaibar. Nadanya gusar.

Sudah pasti Khaibar mendapatkan nomorku dari grup WhatsApp trip ini.

"Aku di Suria KLCC. Abis dari toilet."

Khaibar hanya terdiam.

"Khai, Aku matiin ya teleponnya."

"Aku ke sana. Tunggu aku di lobi."

Lalu telepon dimatikan oleh Khaibar. Teringat dengan nadanya yang cemas membuatku bingung. Mengapa Khaibar begitu khawatir terhadapku.

Kulihat Khaibar sudah masuk ke dalam gedung. Matanya mencari diriku.

"Kamu kenapa cemas begitu, sih?" tanyaku ketika kami sudah berhadapan.

"Aku takut kamu hilang. Kamu kan orangnya lupa jalan. Kenapa sendirian sih ke toiletnya?" Khaibar terlihat begitu panik.

"Pakcik Rashid tau kalo aku ke toilet. Aku juga udah pernah ke sini sebelumnya. Jadi aku masih ingat tempat ini. Lagian masa iya aku minta kamu buat nemenin ke toilet. Kamu lagi mendadak jadi fotografer gitu, kan gak mungkin. Gak usah panik gitu, Khai." Aku menahan tawa ketika melihat raut wajah Khaibar yang seperti orang gila.

"Gak usah ketawa ya. Aku tuh panik banget, tau gak?" ujar Khaibar sebal.

"Dulu waktu kita putus, kamu gak sepanik ini, bahkan terkesan gak peduli." sindirku gemas.

Aku berjalan terlebih dulu keluar dari gedung.

Sebagian rombongan yang lain sudah naik bus. Sebagian lagi yang masih di sekitaran Petronas Tower diminta oleh Mas Ali untuk kembali ke bus karena kami akan pulang ke hotel.

"Akhirnya udah ketemu. Yuk, masuk bus. Kita mau jalan lagi." kata Mas Ali sambil tersenyum ketika melihat aku dan Khaibar berjalan beriringan.

"Gak jadi foto bareng?" kudengar suara Mas Ali yang setengah berbisik pada Khaibar.

Khaibar tidak mejawab pertanyaan temannya itu.

Ketika aku dan Khaibar sudah masuk ke bus, Ibu Ajeng yang berasal dari Kalimantan itu berkata, "Duh Mba Irena, tadi pacarnya khawatir banget tuh. Nyariin Mba Irena kemana-mana."

Aku dan Khaibar saling menatap. Kulihat Khaibar hanya menyengir setelah mendengar perkataan Ibu Ajeng.

"Pacar saya? Khaibar maksudnya? Kita gak punya hubungan spesial kok, Bu." sanggahku atas asumsi Ibu Ajeng.

Ibu Ajeng hanya tersenyum mendengar jawabanku. Aku tahu maksudnya hanya gurauan saja, tetapi kulihat peserta perempuan yang lain seperti patah hati melihat kedekatanku dengan Khaibar. Terutama Niki yang wajahnya berubah seperti cemburu pacarnya diambil olehku.

"Kenapa jadi gini sih situasinya?" tanyaku pada Medina yang sedari tadi tersenyum jail.

"Ada yang merasa kehilangan pas lo lagi ke toilet tadi." bisik Medina tepat di telingaku.

Medina hanya cekikikan. Kusuruh Medina untuk menulis awal mula Khaibar panik di note ponselnya. Agar peserta lain tak dapat mendengar pembicaraan kami. Selesai mengetik Medina memberikan ponselnya padaku.

"Awalnya Khaibar nanya gue, lo di mana, katanya dia mau foto bareng sama lo di depan Petronas Tower. Gue bilang lo lagi ke toilet tapi udah lama lo belum balik juga. Akhirnya dia langsung berasumsi lo tersesat di dalam gedung itu. Terus dia pakai nanya segala ke setiap peserta trip ini, lihat Irena gak, gitu tanyanya. Bisa jadi hubungan lo sama Khaibar sebagai mantan pasangan akan ketahuan juga." Tulis Medina di notenya ditambah dengan sebuah emoji tertawa kecil.

Aku hanya menggelengkan kepala. Diriku pasti akan dilirik sinis oleh para perempuan yang jatuh hati pada Khaibar. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ada sesuatu yang kusuka dari pria itu ketika kami berada di Suria KLCC tadi. Wajah Khaibar yang begitu cemas dan mengkhawatirkan diriku, membuat aku merasa kalau Khaibar benar-benar tulus dan sayang. Selama kami berpacaran dulu, belum pernah kulihat Khaibar bersikap seperti itu. Mungkin karena dulu kami masih remaja dan menganggap kalau cinta kami hanya sebatas saling menyemangati kesibukan sekolah. Bahkan, aku yakin Danis takkan sepanik itu ketika aku hilang nanti.

TRAVEL-EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang