04. Tamparan keras

25 2 0
                                        

"Berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan kebaikan, karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk adalah bagian paling atasnya. Jika engkau bertindak untuk meluruskannya, maka engkau akan memecahkannya (mematahkannya). Namun jika engkau membiarkannya, maka selamanya ia akan bengkok. Maka berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan kebaikan.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah: Fath Al-Bari, nomor 5186)

_My Future_

***

Malam ini susana pondok pesantren Al irsyad begitu damai, seluruh santri tengah melaksanakan kegiatan rutinan setiap malam jum'at seperti maulidul barzanji, dhiba', istighosah dan lain sebagainya.

Namun seorang gadis dengan setelan tunik hitam yang dipadukan dengan sarung warna senada dan tak ketinggalan jilbab peach yang melekat di wajah manisnya itu tengah berlari tergesa menuju asrama putri entah apa yang akan dilakukan nya, padahal suasana asrama putri sedang sepi karena penghuninya sedang berada di masjid.

Setibanya di asrama putri ia terdiam sejenak mengamati sekitar asrama, benar saja suasana asrama begitu sunyi. Ia terlalu fokus hingga tak sadar ada sepasang mata yang menatapnya penuh curiga.

"Heh!! Mau ngapain kamu?" tanya seseorang itu membuat Jihan terlonjak kaget. Ia pun segera menengok ke arah suara, tetapu ia dibuat heran siapa pemuda itu? ia rasa tak pernah sekalipun ia melihat pemuda itu di sekitar sini, apa santri baru? Bahkan ia tak tahu siapa Jihan hingga berani membentak nya.

"Saya?" tanya Jihan memastikan.

"Ya Kamu lah, siapa lagi? Kenapa nggak ikut kegiatan? Mau saya laporin ke pengurus keamanan biar kena takzir?"  sewotnya pada Jihan.

Jihan yang mendengar itu ingin rasanya ia tertawa namun masih ia tahan.

"Kamu nggak tahu siapa saya?" tanya Jihan pada pemuda tersebut.

"Ya pasti kamu santri bandel yang nggak menaati peraturan kan? Ngaku deh?" tuduh pemuda tadi yang terus menganggap Jihan sebagai santri yang tak taat aturan.

"Saya itu bukan santri tau, saya itu anaknya Abi Zakki!" papar Jihan memberi tahu.

"Halah, pakek ngaku-ngaku, udah deh sini ikut aku tak bawa ke ndalem sekalian kamu, siapa suruh ngaku-ngaku jadi putri dari pemilik pesantren," ucap pemuda tadi yang langsung menyeret baju milik Jihan.

"Kamu siapa sih? Dateng-dateng nuduh yang enggak-enggak! Lepasin nggak tanganmu dari bajuku, entar robek nih!" geramnya pada pemuda tak jelas tersebut. Jihan merasa dongkol padanya.

"Saya adiknya ketua pondok putra, kenapa? Saya laporin kamu ke kakak saya ya biar di bawa ke ndalem sekalian! dasar santri bandel!" bentaknya membuat Jihan melotot kesal ke arahnya.

"Oh Kamu adek nya kak Arfan? Kok bisa beda banget abangnya kalem, adek nya songong gini!" ucap Jihan mengejek.

"Oh, saya tahu kamu fans nya abangku kan? Ngaku deh? Pakek banding-bandingin segala lagi! Heh denger ya! Saya nggak akan kasih izin kamu buat deketin abang saya!"
Ucapan pemuda tadi makin nglantur dan bikin Jihan pengen ketawa rasanya, tapi biarlah biar malu sekalian nih bocah nantinya kalo udah ke kak Arfan.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang