Keringat dingin mengucur dari pelipismu, kamu meremas pelan ujung haori Kanae. Ketakutan. Itu yang kamu rasakan. Terlebih lagi, iblis di sana menatapmu dengan beringas, "belum mau mati, belum nikah."
Netramu terbelalak, kamu melihat siluet iblis lain sedang berjalan mendekati jasad ibumu dan mengangkatnya kasar, ia memakan sedikit di bagian lengan. Kemudian netranya bergulir pada eksistensi kalian bertiga di ambang pintu, "wah, ada domba kecil yang tersesat kemari."
"Bajingan." Umpatmu dalam hati. Bagaimana pun dia tetap ibumu, ia sudah membesarmu selama jiwamu berpindah ketubuh gadis kecil ini. Miris. Padahal, setidaknya kamu ingin menyelamatkan ibu Inosuke yang sudah berjasa padamu.
"Inosuke-kun, bawa adikmu dan berlarilah menjauh dari sini. Ini berbahaya," ujar Kanae, ia mulai membentuk kuda-kuda.
"T-tapi orang tua ku masih di sana!" Pekik Inosuke tak terima, kamu melihat air mata mengalir membasahi paras cantiknya.
Kanae berdesis, ia menatapmu. "Aku harap kau bisa memahami situasi ini lebih baik dari pada kakakmu. Tolong, ya? Kalian harus lari, orang tua kalian ... sudah tidak bisa di selamatkan." Ujarnya menatapmu teduh, namun ada sedikit tatapan nelangsa di sana.
Kamu terdiam, menatap Kanae dan kedua iblis di sana bergantian. "Kanae tidak mungkin menang melawan Douma," pikirmu frustrasi. Iya, yang barusan kamu sebut bajingan itu Douma, si Uppermoon 2. "Tapi aku tidak bisa membiarkan Inosuke tetap di sini, eksistensinya ... masih di butuhkan di masa depan."
"Bukankah ... Kanae harusnya memang mati di tangan Douma, bukan?" Pikirmu bimbang. Sejujurnya, kamu ini bukan seorang tokoh utama yang aktif, jadi kamu akan mengikuti sebagaimananya alur berjalan. Tapi setelah menatap iris Kanae, rasanya kamu tidak ingin melihat cahaya hilang dari sana.
"Ah, naif kau, (Name). Ini bukan sikapmu, kau tidak cocok jadi orang baik." Keputusanmu sudah bulat, lantas kamu menarik tangan Inosuke untuk menjauh. Tentu pemuda itu memberontak.
"Kanae-san! Kau harus kembali hidup-hidup! Berjanji pada ku!" Teriakmu di susul dengan air mata yang mengalir. "Jangan membuat ku merasa bersalah karena sudah membuat keputusan ini. Walaupun sebenarnya ini memang takdirmu."
Kanae sedikit tersentak dengan teriakanmu, kemudian ia tersenyum. "Iya, aku berjanji," ucapnya tanpa suara, hanya di tafsirkan dengan gerakan mulut.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" Inosuke menepis kasar tanganmu, membuatmu tersentak dan terjatuh. "Ayah dan ibu masih ada di sana!"
Rahangmu mengeras, kamu menatapnya tajam. "Mereka sudah tidak bernyawa! Kau lihat, tubuh mereka sudah terkoyak, darah mereka menyebar di mana-mana! Tidak ada manusia yang bisa bertahan hidup setelah kehilangan banyak darahnya!"
Inosuke terbelalak, "setidaknya doakan mereka! Bukannya malah lari seperti ini, kita terlihat seperti pengecut."
"Memangnya apa yang bisa di lakukan anak kecil seperti kita?" Inosuke bungkam dengan pernyataanmu. Sementara kamu menyungging senyum miris, "lihat? Pada dasarnya kita memang tidak bisa apa-apa, ingin melawan pun percuma. Kita bukan orang-orang yang memiliki kemampuan yang mumpuni."
Kamu dan Inosuke sama-sama terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai suatu suara membuat kalian was-was.
Srek.. srek..
Kamu menoleh cepat kearah semak-semak, netramu terbelalak melihat iblis yang bersama Douma tadi mengikuti kalian sampai kemari. Kamu menarik tangan Inosuke dan kembali berlari, "ayo cepat! Aku--kita tidak boleh mati!"
Kamu dan Inosuke semakin masuk kedalam hutan, sesekali kamu menengok ke belakang, ternyata iblis itu masih mengejar kalian berdua. Sampai pada akhirnya kalian terpojok di jurang yang cukup curam, kamu lihat ada hilir sungai di bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
little sister, hashibira inosuke
Fanfiction[re-make + revisi] ❝Apa dosaku hingga semesta mengirimku untuk menjadi adik babi hutan ini?❞ all character is belongs to ©Koyoharu Gotouge Story ©saltseayes, 2020