Tubuhmu mematung ketika merasakan dengan lembutnya ia mengangkatmu, kemudian membawamu pergi dari sana. "Kau mau bawa aku kemana, hah?!" Kamu berusaha meronta, namun gagal, tubuhmu sulit di gerakan.
"Diam." Ucapnya dingin, ia menatapmu tajam.
Berbeda dengan kamu yang menatapnya heran. Tadi ia menghajarmu tanpa belas kasih, lalu menggendongmu dengan penuh kasih. Maunya apa, sih?
"Hei, otakmu masih waras 'kan? Aku ini manusia dan kau iblis, kau tak seharusnya bersikap seperti ini." Kamu menatapnya nyalang.
"Lalu kau ingin mati di tangan ku?" Ia menaikkan satu alisnya.
Sementara kamu hanya diam, malas menyahuti ucapannya.
"Tenang, aku tak akan membunuhmu," ucapnya.
"Omong kosong." Kamu tertawa remeh, seperkian detik kemudian tawa itu lenyap, di gantikan tatapan tajam yang menusuk. "Tidak usah pencitraan, aku tau kau yang menculik anak-anak di desa ini."
Dia nampak melotot, kemudian melepaskan tubuhmu tanpa aba-aba, membuat tubuhmu bertabrakan dengan kerasnya tanah.
"Sialan, apa mau mu, hah?!"
"Kau berisik, suka menuduh pula. Aku tak suka."
"Hubungannya denganmu apa...," gunammu sangat pelan. Kamu segera berdiri dan membersihkan debu yang menempel, walaupun sekujur tubuhmu benar-benar sakit, tidak ada yang bisa kamu lakukan saat ini.
"Kau bisa anggap misimu selesai, sebab sudah tak ada lagi iblis di sekitar sini," celetuk iblis itu. Membuat kamu menoleh kearahnya dengan wajah terkejut dan kebingungan.
"Apa?"
"Katakanlah, misimu selesai."
"Tunggu—kau membantuku?"
"Aku punya hati nurani, aku tidak membunuh anak kecil sepertimu."
"Tapi—"
"Bukan aku yang membunuh anak kecil disini," ucapnya lagi, kali ini dengan penekanan. Wajahnya terlihat kesal karena kamu terus membantah ucapannya. "Bukankah kau terlalu banyak bertanya untuk ukuran anak kecil?"
Kali ini kamu terdiam, tak lagi menyahuti ucapannya. "Ah, sialan, dia menyebalkan," batinmu.
"Pergilah, sepertinya kau harus segera mengobati lukamu sebelum kau benar-benar kehabisan darah."
Kamu lalu pergi tanpa sepatah katapun meninggalkan iblis itu, sekujur tubuhmu benar-benar sakit. Sejujurmya, kamu benar-benar takut mati untuk kedua kalinya.
***
"Apa penginapannya memang sejauh ini?" Gunammu. Kepalamu terasa sangat pusing. Dan benar, seperkian detik kemudian kamu terjatuh dan berakhir kehilangan kesadaran .
"Kakek! Ada orang pingsan disini!" Teriak seseorang.
"Kau benar ... dia seorang pemburu iblis,” sahut seorang pria tua di sampingnya, ia menatap ragu kearahmu yang terkapar diatas tanah. "Kalau begitu cepat bawa dia."
Laki-laki itu langsung mengangkat tubuhmu begitu mendapat instruksi dari pria tua di sampingnya dan membawamu pulang ke kediaman mereka.
"Kakek ... apa dia terluka parah?" Tanya laki-laki itu.
"Lumayan, dia juga demam." Pria tua itu meletakkan kain yang sudah dibasahi di atas dahimu.
Bruk!
"Kakek, aku sudah lelah berlatih!" Tiba-tiba saja seseorang memasuki ruangan itu, surai kuningnya itu sedikit mencolok dan menarik perhatian.
"Kau ini...," sang Kakek menghela pasrah.
Kebisingan yang ada sedikit mengusikmu, kamu perlahan membuka mata dan berusaha menganalisis tempat yang menurutmu sangat asing. "Aku dimana?" Gunammu pelan.
"Kau sudah bangun?" Berkat pendengarannya yang tajam, pria tua itu bisa mendengar gunammu dan langsung menaruh atensi kearahmu. Ia juga membantumu untuk duduk.
Pandanganmu sedikit kabur, sulit bagimu untuk mengamati figur di hadapanmu, "kau siapa?"
"Ah, namaku Kuwajima Jigoro, mereka berdua adalah muridku, Kaigaku dan Zenitsu. Siapa namamu?" Kata Kakek Jigoro, ia menatapmu teduh.
"Ah! Ada seorang gadis cantik disini!" Teriak Zenitsu histeris. Kamu yang terkejut reflek bersembunyi di belakang tubuh Kakek Jigoro. Kamu sedikit mengumpat kearahnya.
"Tidak bisakah kau diam?" Ujar Kaigaku, ia langsung menjitak kepala Zenitsu, membuat empunya meringis. Kemudian ia menatapmu, "jadi, siapa namamu?"
"Hashibira ... Ryo." Jawabmu pelan.
"Maaf jika pertanyaanku kurang sopan, berapa umurmu? Bukankah kau terlalu muda untuk menjadi pemburu iblis?" Tanya Kakek Jigoro.
Kami terdiam sesaat. "Didunia ini tidak ada batasan umur untuk bertahan hidup. Iblis-iblis itu tidak akan melihat umur seseorang untuk di mangsa, muda atau tua terlihat sama saja di mata mereka. Aku ... hanya mau bertahan hidup."
Ketiga orang itu tertegun, entah apa yang ada dipikiran mereka, kamu benar-benar tidak peduli. Kamu lantas beranjak dari tempat tidur, membuat Kakek Jigoro reflek menahanmu.
"Kau mau kemana?"
"Aku ... ada urusan," jawabmu. "Temanku menunggu."
Baru saja kamu akan beranjak, kamu merasakan rasa sakit yang begitu hebat di perutmu, ternyata lukamu terbuka lagi. Saat kamu akan jatuh Kaigaku buru-buru menangkapmu. Melihatmu kehilangan kesadaran untuk kedua kalinya, Kakek Jigoro menghela nafas berat, "anak ini keras kepala...."
"Rebahkan gadis itu dan panggil dokter, sepertinya ia terluka parah." Ujarnya lagi. Kaigaku mengangguk.
Sementara Zenitsu hanya diam memperhatikan wajahmu, tak lama ia mendengarmu bergunam sesuatu.
"Inosuke...."
t.b.c
cr: pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
little sister, hashibira inosuke
Fanfiction[re-make + revisi] ❝Apa dosaku hingga semesta mengirimku untuk menjadi adik babi hutan ini?❞ all character is belongs to ©Koyoharu Gotouge Story ©saltseayes, 2020