Chapter - 09

4.5K 680 42
                                    

Shinobu melepaskan pelukannya perlahan, ia menatapmu sendu. "Tak apa, kau pasti bisa bertemu dengannya nanti."

Kamu hanya berdehem menjawabnya. Tiba-tiba netramu menangkap sesuatu yang menarik, nampak seorang gadis berparas rupawan tengah duduk di dekat kolam ikan. Entah mengapa, kamu merasa familiar.

"Bukan Kanao, ya?"

Sadar akan dirimu yang tengah memperhatikan sesuatu, Shinobu mengikuti arah pandangmu, ia mengulas senyum tipis, "gadis itu di temukan di tengah hutan beberapa hari lalu. Ia nyaris saja tiada andai kata Gyoumei-san tidak menyelamatkannya."

"Dia cantik." Satu kata yang terucap dari bibirmu membuat Shinobu mengulas senyumnya. Tak lama setelah itu, burung gagak mu kembali datang, memberi misi untuk pergerakanmu selanjutnya.

"Kwak! Desa timur, kwak! Setiap malam para anak selalu hilang tanpa jejak, kwak!"

"Aku dengar! Jangan teriak tepat di sebelah telinga ku!" Gerutumu sambil mengusir gagak itu. Akhir-akhir ini dirimu agak sensitif, terutama akan suara yang bising. Kamu segera berpamitan dengan Shinobu, sebelum pergi, kamu memperhatikan gadis itu sejenak.

"Dia mirip Giyuu." Batinmu, lantas berlalu dari tempat itu.

***

Puk!

"Akh." Kamu meringis pelan tatkala sebuah batu melayang tepat mengenai kepalamu. Dengan mata yang sinis, kamu mengedarkan pandangan, berusaha mencari sang pelaku. Tanpa sadar kamu sudah berkacak pinggang dan melotot menatap beberapa anak kecil yang tengah bermain.

"Hei, tidak baik melempar batu sembarangan, kalau terluka bagaimana?"

Tidak menggubris ucapanmu, mereka malah mengabaikan eksistensi mu. Kamu mengumpat samar dan melanjutkan langkahmu yang sempat tertunda.

"Ano ... maaf," panggil seseorang padamu.

"Ha?" Kamu menoleh dengan tatapan yang tidak santai. "Kau salah satu dari bocah kurang ajar itu, bukan?"

Ia mengernyit menatapmu, "kenapa kau bicara seolah-olah kau lebih tua di sini? Hei, kurasa kau perlu berkaca, bahwa kau tidak ada bedanya dengan kami."

Kamu terdiam kaku, yang anak itu katakan memang tidak salah, tapi mentalmu sudah bukan anak kecil lagi. Tenang, [Name], dia hanya anak kecil, kau tidak mungkin marah pada seorang anak kecil bukan? Pikirmu. Berusaha meredakan emosi.

"Iya? Apa ada yang kau butuhkan dari ku?" Kamu menatapnya sembari tersenyum semanis mungkin. Yang malah membuat anak itu salah tingkah.

"A-apa yang ada di pinggangmu itu pedang sungguhan?"

Kamu menaikkan satu alismu, menatap katana mu dan anak itu bergantian. "Kalau iya memangnya kenapa?"

"Boleh aku meminjamnya? Untuk malam ini saja." Ia menatapmu penuh harap.

Kamu sedikit melebarkan bola matamu. Meminjam katanya? Omong kosong, malam ini kamu masih membutuhkannya untuk menyelesaikan misi.

"Maaf, tapi--"

Tiba-tiba saja anak itu berjalan mendekat, memegang kedua bahumu dan lantas mmbisikkan mu sesuatu. "Kumohon ... teman ku di culik oleh iblis, dan aku ada di sana menyaksikan. Aku ... ingin membalaskan dendamnya."

Tubuhmu tiba-tiba membeku, lidahmu terasa kelu untuk membalas ucapannya. "Kalau kau keberatan ... mungkin aku tak bisa memaksa, aku akan menggunakan senjata lainnya," ucapnya lagi. Menatapmu teduh, dan berniat berlalu.

Namun kamu mencegahnya.

"I-iblis itu tidak bisa di bunuh dengan senjata biasa, mereka bukan manusia yang hanya di tikam pisau langsung kehilangan nyawanya.Mereka ... makhluk yang tangguh." Ucapmu gugup. Walau cukup kasar, begini-begini kamu masih punya hati nurani.

Anak itu tampak terdiam, seperkian detik kemudian ia berbalik padamu dengan senyuman, yang membuat kedua matanya menyipit. Sebuah senyuman yang memperlihatkan ketidakmampuannya.

"Haha, kau benar juga. Mereka makhluk yang tangguh, memangnya aku bisa apa?"

Kamu terdiam, situasi ini terlihat saat deja vu untukmu. Sebuah situasi yang membawamu kembali pada kejadian beberapa tahun silam.

"Kakak ... bagaimana kabarmu?"



t.b.c

little sister, hashibira inosukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang