Chapter 18

9 1 0
                                    

Esok harinya Soffy memberikan tiga lembar kertas kepada Navya. Navya membaca kertas yang berisi biodata keluarga Vian. Ia membacanya dengan serius dan terdiam saat melihat ada sesuatu yang tak asing baginya. Tapi ia belum yakin dengan penglihatannya. Ia meletakkan kertas itu dimeja dan mencari foto dari seseorang yang membuatnya menjadi ragu.

Tangannya terhenti disebuah foto yang secara tak sadar membuat tangannya bergetar. Soffy yang disebelah Navya melihat foto sosok Niel yang rambutnya tertiup angin dan memperlihatkan dahinya terlihat sebuah tato. Soffy mengambil ponsel itu dan memperlihatkan kepada Evano dan Raycca.

"A-aku per-permisi ke kamar dulu," kata Navya terbata bata.

Sedari tadi ia sudah berusaha menahan rasa sakit dikepalanya dan mencoba mengenyahkan kenangan kelamnya. Ia memegang dinding dinding kamarnya. Dan mengambil obat yang ada didalam laci. Ia meminumnya tanpa air minum karna kepalanya terlalu sakit untuk diajak kompromi. Navya mendudukkan dirinya mencoba menetralkan napasnya yang putus putus.

"Papa...mama...aku menemukan orang yang membunuh kalian,tolong kuatkan aku dari sana untuk bertemu dengan dia,"

"Aku akan selalu berada disisi kakak dan menahan kakak jika kakak lemah nanti,"balas Evano yang entah sejak kapan sudah berada disbelahnya.

"Begitu pun juga dengan kami,kami akan menjadi pistolmu yang akan membunuh semua yang membuatmu terpuruk,"kata Raycca yang berjongkok didepannya. Soffy mengangguk semangat mengiyakan perkataan Raycca.

Navya tersenyum haru mendengar perkataan dari mereka. Ia memeluk adik adik sayangannya dengan erat. Dalam hatinya ia akan berusaha melindungi mereka walau nyawa taruhannya. Selesianya acara pelukan itu tiba tiba ponsel Navya berbunyi. Mereka menoleh kearah ponsel itu dan Navya mengangkat panggilan dari David.

Navya tak mendengar suara apa pun dari panggilan itu. Membuat Navya mengernyit bingung dan ia menloud speaker panggilan itu supaya yang lain bisa mendengarnya. Karna tak ada suara sama sekali akhirnya Navya berbicara pertama kalinya. Namun tak ada balasan dari pihak penelpon.

"Paman? Kau disana kan?"tanya Navya yang entah kenapa membuatnya khawatir.

"Tentu dia disini bersamaku,"

Deg

"Si-siapa kau?"tanya Navya terbata bata.

"Aku? Aku Raven pembunuh dari orang tuamu,"kata Raven dengan bangga.

Tangan Evano mengepal kuat saat mendengar perkataan Raven. Navya memegang tangan Evano dengan lembut bermaksud menenangkan. Dalam hati sebenarnya Navya sudah ingin membunuh pria yang mengaku pembunuh orang tuanya itu. Tapi ia lebih memilih untuk terlihat tenang didepan para adiknya.

"Apa maumu?"tanya Navya mencoba tenang

"Ah...kau cepat tanggap ternyata pantas saja anakku menyukaimu atau mungkin...cinta,"Navya memejamkan matanya merasakan emosinya yang ingin meledak.

"Jangan pernah menyentuh pamanku atau aku takkan segan segan membunuhmu," ancam Navya yang sudah mengeluarkam aura mengerikan.

Mereka bertiga terdiam merasakan aura Navya yang sangat mengerikan. Bahkan Soffy sudah mendeguk saliva kasar karna suara dingin Navya. Sedangkan Raven hanya tertawa lepas mendengar perkataan dari Navya. Ia merasa senang bisa mendengar ancaman dari Navya.

"Kita lanjutkan pembicaraan kita nanti aku ada sedikit urusan dengan paman kalian ini,"

Tut

Soffy menampilkan wajah sedang khawatir mendengar perkataan terakhir dari Raven. Begitu juga dengan yang lain yang sama khawatirnya dengan Soffy. Tiba tiba Raycca terdiam mengingat alat pelacak yang ia letakkan dikalung yang selalu David gunakan. Ia segera pergi ke kamar Soffy untuk melacak David. Yang lain mengikuti Raycca saat paham dengan tingkah Raycca yang bangkit secara tiba tiba.

Mereka menunggu dengan cemas koordinat David muncul. Raycca menghembuskan napas lega saat koordinat David muncul. Evano dan Navya terdiam melihat koordinat David berada. Rumah mewah mereka dulu yang mereka tempati hingga orang tua mereka terbunuh disana. Soffy berdecak kesal dengan kelicikan Raven yang menggunakan kelemahan salah satu kelemahan mereka.

"Kita akan kesana sekarang"kata Navya tiba tiba.

"Kau yakin kak? Maksudku apa kakak tidak akan apa apa?"tanya Evano cemas.

"Kita harus kesana jika tak ingin paman bertemu dengan papa dan mama,"kata Navya dengan nada serius.

"Hah...baiklah tapi jangan paksakan dirimu nanti ya kak,"pinta Evano dan diangguki yakin oleh Navya.

Mereka menuju ke kamar mereka masing masing untuk bersiap siap. Setelah itu mereka berkumpul didepan pintu ruang bawah tanah. Mereka masuk ke dalam bersama sama dan mengambil senjata mereka masing masing. Dan keluar dari ruangan itu dengan pintu yang terhubung langsung dengan garasi mereka.

Setibanya di garasi mereka lebih memilih menggunakan motor sport mereka masing masing. Dan melajukan motor mereka ke rumah lama Evano dan Navya. Mereka tak ingin terjadi sesuatu pada David nanti. Saat tiba disana rumah itu terasa sepi dan tak terawat banyak rumput ilalang yang memanjang di taman depan. Tak ingin terlalu larut dengan masa lalu Navya dan Evano bergegas masuk ke dalam rumah itu disusul Soffy dan Raycca.

Setibanya disana mereka bertemu dengan sepuluh orang pria berjas berdiri tegap didepan mereka. Mereka menatap remeh kepada anggota Sky. Dan menyerang mereka serempak setelah mendengar komando dari salah satu dari mereka. Tim Sky dengan lihai melawan mereka dengan tangan kosong.

"Lama tak bertemu Navya,"sapa seorang pria yang berdiri santai didepannya.

"Ternyata benar kau adalah Black Cat,"









Woahh....
Mau mendekati ending nih
Ada yang sedih nggak?
Author juga sedih karna sebentar lagi harus berpisah dengan readers
Sebagai kenang kenangannya tolong vote dan komen cerita author ya...
Sampai jumpa

Love AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang