Chapter 4

18 2 0
                                    

Hampir seminggu mereka mencari si pembunuh. Namun jejak menuju ke si pembunuh pun tidak ditemukan selalu buntu. Hingga David memberi tau jika ada seseorang yang mengaku sebagai pembunuh bunga lily. Tentu saja membuat mereka curiga dengan dia. Karna tak mungkin dengan mudahnya ia mengaku begitu saja pasti ada maksud tertentu.

Navya dan Raycca pergi bersama ke ruang introgasi tempat Thoby,orang yang mengaku sebagai pembunuh lily berada. Mereka melihat Thoby duduk tenang dikursi dengan kedua tangannya diborgol diatas meja. Thoby tersenyum remeh melihat siapa yang mengintrogasinya. Hanya dua orang cewek lemah di hadapannya.

"Tak adakah polisi pria disini sampai sampai membiarkan wanita lemah yang terjun langsung mengintrogasiku aku merasa terhina,"ledek Thoby dan dianggap angin lalu oleh mereka berdua.

"Jadi apa alasanmu untuk mengaku," kata Raycca dengan serius.

"Karna aku kasian pada kalian yang kesusahan mencariku,"katanya santai.

Navya tersenyum miring mengetahui jika dia berbohong melalui kedua matanya. Navya melirik Raycca untuk terus menyudutkan Raycca bagaimana pun caranya. Raycca yang paham dengan maksud dari Navya pun tersenyum smirk. Ia bangkit dari duduknya dan membisikkan sesuatu kepada Thoby.

Tanpa sadar Thoby meneguk ludahnya saat mendengar bisikan dari Raycca. Ia melirik ke arah Raycca yang tersenyum manis kepadanya. Lalu ia melihat kearah Navya yang hanya menatap datar ke arahnya. Ia menarik kata katanya tadi yang mengatakan mereka wanita lemah,tapi wanita mengerikan yang tersembunyi di wajah cantik mereka.

"Katakan apa maksudmu untuk mengaku sebagai pembunuh bunga lily atau kami tak segan segan memutilasimu disini,"itulah yang dibisikkan oleh Raycca kepada Thoby.

"A-aku tidak takut padamu dan sudah ku bilang jika memang aku pembunuh bunga lily,"

Navya tersenyum tipis melihat Thoby yang tetap keras kepala. Ia mengeluarkan pisau lipat didalam sakunya dan memainkannya didepan Thoby. Ia meminta Thoby untuk berkata jujur atau salah satu jarinya yang akan menghilang. Ia menatap mengeri melihat pisau lipat Navya mendekati jari kelingkingnya.

"Baik-baiklah aku mengaku bukan aku pembunuh bunga lily itu dan dia menyuruh mengaku pada kepolisian atau tidak adikku akan dibunuh,"kata Thoby dengan cepat. Dan menahan rasa sakit di jari kelingkingnya. Mereka tak main main dengan ancaman mereka.

"Siapa yang kau sebut dia?"tanya Raycca dengan dingin.

"Aku hanya bisa mengatakan bulan dan helaian bulu itu saja yang aku katakan sisanya kalian cari sendiri aku tak ingin kehilangan nyawaku dan adikku karna membocorkannya kepada kalian,"

Raycca dan Navya saling bertemu pandang dan mereka akhirnya memutuskan untuk menghentikan introgasi mereka. Karna mengetahui jika waktu yang diberikan petugas sudah habis dan kamera pengawas akan hidup kembali. Mereka pergi bertepatan dengan kamera pengawas kembali hidup.

Setibanya mereka di mansion saat sore harinya. Raycca dan Navya memutuskan untuk berkumpul ditempat biasa mereka berkumpul. Mereka menjelaskan apa yang terjadi pada saat diruangan introgasi. Navya meminta siapa saja yang mengetahui maksud itu segera memberitau yang lain. Dan mereka mengangguk patuh atas perintah dari Navya tadi.

Malam harinya Navya lebih memilih tidur lebih awal karna merasa terlalu lelah. Saat ia sudah jatuh terlelap tubuhnya tak lama kemudian bergerak tidak nyaman dan banyak keringat yang membasahi wajahnya. Ia terus bergumam tak jelas dalam tidurnya.

"Tidak... jangan... kumohon.... papa... mama...,"gumam Navya.

*In Navya's dream*

Navya remaja yang baru saja sampai masuk mendengar suara keributan dari ruang tamu. Sesampainya disana Navya genangan darah yang pertam kali ia lihat. Dan melihat mamanya terkapar dengan luka di kepalanya. Ia juga melihat seorang bertudung hitam menggunakan masker sedang menyiksa papanya.

"PAPA?!,"seru Navya terkejut.

Dia pun menghentikan aksinya dan menatap kearah Navya membuat Navya melihat sebuah tato helaian bulu melengkung dan ada bulan yang mengisi lengkungan itu dibagian dahi sebelah kiri. Navya mundur perlahan saat melihat dia mendekatinya dengan palu berlumuran darah dari orang tuanya. Baru saja membalikkan tubuhnya ia merasakan rambutnya ditarik paksa oleh pembunuh orang tuanya.



Author hanya berharap readers suka membaca cerita author
Jangan lupa vote dan komen ya...

See you later...

Love AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang